Selasa, 30 Juni 2009

Sasak Yang Piawai

(Sasak.org) Saya mengira hanya tukang momot meco yang tidak mau belajar yang bisa bikin saya kelinggitan, ternyata anak Bangsa Sasak yang menggondol title akademis tertinggi pun bisa bikin keki. Saya tentu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan tidak bermaksud su'uzon tapi sekilas saya menangkap keterjebakan tokoh kita ini dalam pola pikir yang dependen sekali. Bagaimana tidak kelinggitan, saya berpandangan bahwa memiliki hak paten adalah kesempatan paling langka untuk 230 juta bangsa yang ada di Nusantara ini dan lebih langka lagi khususon bagi anak Bangsa Sasak.

Mengapa saya begitu menyayangkan keputusan sang cendekiawan yang melepaskan kesempatan mengangkat harkat martabat 3 juta bangsa Sasak, dan menukarnya dengan sekedar title yang hanya berlaku di lingkunagn akademis atau kampus saja. Dulu waktu SMA kasek saya beprestasi nasional dan kepala SMP saya berprestasi nomor satu nasional dan sangat diincar pusat, beliau tidak mau sebab ingin tinggal di Lombok saja. Saya membayangkan seandainya beliau menerima tawaran itu niscaya kita punya dirjen atau menteri. Itu tahun 80-an. Kakak saya seorang jenius dengan nilai hampir sempurna sejak SD dan autodidak tulen dalam ilmu pasti dan teknologi, sayang dia tidak berani mengambil langkah besar untuk minggat dari gumi paer dan terima hanya sekolah PGSLTP. Seandainya dia ke Malang atau Jogjakarta niscaya kita punya pakar IT pertama Bangsa Sasak di tahun tahun awal kemunculan komputer. Menyesali nasi yang sudah jadi bubur tidak baik, maka bubur itu kita harus buat spesial dengan telur dan ayam pelalah. Kelak bila kita memasak hendaknya menakar air dan pengatur panas agar nasi jadi pulen dan sedap. Manusia Sasak ke depan, dengan demikian, akan menjadi manusia matang, berdikari dan sedap dipandang karena ketokohannya mendunia. Bersama dengan Kangkung, Pelecing dan Brugax Elen yang siap kembali mempersenjatai pepadu dan dedare , para sarjananya perwira, pemudanya kesatria dan pemimpinnya integrasionis. Inilah daftar panjang keistimewaan intergritas anak bangsa Sasak masa kini dan masa depan.

Setelah saya indeng indeng dengan kapasitas orang menyesal tingkat dasan, saya mencatat hal hal besar yang mempengaruhi pepadu dasan dalam mengambil keputusan yang menentukan hidupnya.

Fikiran
Seorang anak dasan pertama tama harus mampu membebaskan keterbelengguan berfikirnya. Belenggu itu datang dari mitos mitos yang dikembangkan oleh orang lain untuk mengambil keuntungan dari kepicikan kita. Mitos merajalela di dasan, seperti mitos kebangsawanan, mitos goib dan mitos klenik.

Mitos kebangsawanan menghambat orang untuk menggugat ikatan istimewa segolongan orang sehingga kesempatan maju dikontrol satu fihak.
Mitos Goib, biasanya dikaitkan dengan keistimewaan seorang yang dianggap mendapat wahyu atau karomah sehingga dia dianggap mempunyai hak jadi pemimpin spiritual, yang sekali lagi menyebabkan penguasaan tertentu atas hajat orang banyak di satu fihak saja.
Mitos kelenik, masih adanya masyarakat yang mengkultuskan sesuatu atau seseorang karena mempunyai kekuatan supranatural. Kelompok masyarakat klenik ini menjadi santapan fihak lain, karena diekploitasi dengan tipuan dan permainan ala dukun.

Pembebasan fikiran itu sudah dimuali sejak lahir saat ayah mengazankan dan mengikomahkan sang bayi, tapi lambat namun pasti lingkungan yang penuh mitos itu membentuk mental blok yang dahsyat sehingga terbawa sampai tua. Syahadat adalah pembebas fikiran manusia, karena satu satunya batas adalah syirik. Manusia yang tidak syirik inilah yang dapat mengontrol daya fikirnya yang terintegritas.

Kalbu
Kalbu yang sifatnya bergolak, berputar dan berputar adalah seperti halnya mata, hanya alat kelengkapan saja. Kalau mata adalah jendela hati, maka hati adalah filter dari fikiran itu. Mata dapat melihat yang jelek dan yang cabul kalau tak ada kendali dari fikiran dan filter dari hati. Inilah yang disebut rasa. Rasalah yang menentukan penggunaan alat alat itu dan semua alat kita.

Kelak tiap alat yang terlibat akan mendapatkan perlakuan sama didepan pengadilan terakhir untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Bukankah kita adalah alam kecil dengan planet yang berputar ditempat masing masing? Jagalah planet planet kita agar tidak meledak karena bertabrakan. Kalau bertabrakan kita menjadi gila dan bagai meteor akan melayang dan jatuh berkeping.

Amal sholeh
Ketika kita sudah bebas dalam berfikir, kitapun bebas bertindak. Kebebasan kita itu dibatasi oleh kebesan dan hak orang lain sehingga sebebas bebasnya masih tidak bebas juga, apalagi kita telah bersyahadat pula. Lantas apalagi yang dapat kita lakukan selain beramal sholeh selama hidup kita. Untuk dapat beramal sholeh kita harus mempunyai integritas, loyalitas dan kesediaan berkorban.

Integritas berarti menjaga kualitas diri sebagai manusia utuh yang bermutu tinggi karena kemampuan berfikir menyeluruh dan berpandangan luas.

Loyalitas adalah kesetiaan pada janji pati yang berpegang teguh pada akidah, sebagai buah dari syahadat. Sehingga dalam mengambil keputusan tidak ada keraguan dan ketakutan selain kepada Allah. Ditingkat ini pangkat, jabatan, uang dan iming-iming lain tak akan berpengaruh.

Kesediaan berkorban, suatu tindakan yang dilandasi keberanian mengambil resiko apapun karena berprinsip semuanya milik Allah. Seorang dapat mengorbankan diri karena ia berfikir bebas dan loyal maka oleh karena itu ia mengerti skala priotas dalam hidupnya. Mana yang utama, membawa manfaat lebih besar dipilih dari yang tidak penting dan mnedatangkan mudarat.

Kembali saya membayangkan seandainya kita dapat menata diri menjadi manusia yang berintegritas tinggi, maka kita dapat memilih sesuatu yang lebih besar yang akan membawa kita kepada keuntungan lebih besar bahkan bukan untuk kita pribadi tapi untuk seluruh anak Bangsa Sasak dan seluruh manusia. Gelar akademis itu mudah sekali didapat tapi kesempatan besar untuk menyelamatkan dan memberi kesempatan banyak bagi anak bangsa untuk meraih title akademis, tidak akan datang dua kali.

Marilah semeton jari inax amax kita buka diri dan rasakan dengan seksama apakah kita sudah memasang niat untuk belajar, bekerja dan beramal dengan menimbang sebesar besarnya manfaat bagi segenap anak manusia, khususnya bagi anak Bangsa Sasak. Janganlah kita terjebak pada kepentingan pribadi yang sempit dan sesaat.

Wallohulambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Senin, 29 Juni 2009

Sasak Kembalilah Ke Brugax

(Sasak.org) Seorang amax mengamuk setelah anaknya diajak bersekolah oleh pepadu yang baru saja pulang dari menuntut ilmu di Jawa. Amax itu sangat tersinggung karena dia merasa terhina seolah tak dapat mengurus anaknya sendiri. Tetangga lainnya seorang inax marah marah dan memaki saat seseorang memberi anaknya makanan yang dibawa pulang oleh anak itu. Diapun tersinggung berat karena menyangka pemberi makanan itu menghinanya sebagai anak pengemis. Di dasan kami ada banyak pepadu yang diam saja di rumah meskipun sudah diajak gotong royong. Kalau di tegur, diapun mengamuk karena tersinggung diganggu kebebasannya.

Setelah ada berita Mikail Jackson meninggal, ramai sekali pepadu dasan berbondong ke taman kecil satu satunya disana. Masing masing mengekspresikan perasaan kehilangannya. Ada yang piawai melakukan gerakan moon walk dan menari ala jenazah zombi. Suaranyapun ditiru habis bahkan model pakaian tak ada yang kurang sedikitpun. Biaya untuk melengkapi diri agar sangat mirip dengan semeton Mikail cukup besar dihamburkan, sebab harga bahan dan ongkos jahit lebih mahal dari biaya sekolah sampai SMA. Itu tidak masalah, bukankah sudah biasa menghamburkan uang untuk beli HP canggih yang dapat dipakai berSMS ria dan bertelefon sampai mulut jeweh.

Kekompakan masyarakat kami di dasan sudah agak rapuh, dahulu ketika dasan kami masih temaram karena listrik hanya malam hari dan bioskop bergenerator memutar film hindustan tiap malam, orang masih saling ajak beriringan pergi pengajian dan mengangkat pasir, batu dan apa saja untuk membangun masjid. Bahkan kalau nonton film ratapan anak tiri atau film hindustan mereka menangis bersama dan esoknya mereka bercerita tentang film yang sama dan masih dengan titik air disudut mata.

Kalau ada anak nakal mereka serempak memberei peringatan atau merangkul anak itu, hampir tiap orangtua merasa memiliki terhadap anak bangsanya dan anak anak juga merasa segan, hormat dan sayang pada tetangganya yang dipanggil, kakax, tuax, amax , inax, papux , balox dsb. Mereka memang bertalian darah meskipun jauh sekali tapi hati mereka tertaut erat sampai begawe bersama dan lapar bersama dijalani. Mushalla hanya terbuat dari kayu dan daun kelapa, sempit bebentuk berugax. Brugax berasal dari bahasa Kawi "Rengga" yang artinya tempat duduk, tempat berkumpul. Orang Sasak mengadaptasi kata itu menjadi dua yaitu regang atu ringga dan brugax. Berengga jadi brugax. Brugax adalah tempat duduk sangkep. Nah, " sangkep" ini juga berasal dari bahasa Kawi yang artinya mempersenjatai pasukan. Entah sudah berapa puluh tahun fungsi Brugax yang sempat jadi mushalla itu sama sekali berubah jadi tempat momot meco! Alangkah besar dosa kita kepada papux balox yang mewariskan tempat berkumpul untuk mempersenjatai diri dengan ilmu pengetahuan dan agama, telah kita sia siakan untuk bejorax dan mengahbiskan waktu untuk hal bodoh sehingga kita tak lagi mempunyai generasi mumpuni sejak tahun 70 an!

Kita tak pernah absen mendengar azan dan bacaan shalawat dari megafon masjid dan mushalla di seantero dasan. Alangkah beruntungnya kita menjadi muslim yang hijrah dari kegelapan menuju chaya terang benderang. Tapi kebanyakan pepadu dan dedare kita mendengar lagu Mikail Jackson atau melototi acara dangdut di Televisi kabel sepuluh ribuan. Apa yang mau dipersenjatai, isi otak hanya dangdut dan kepiawaian bermoonwalk saja? Sedangkan si Mikail Jackson sudah pula bersyahadat dan ingin bertaubat serta berserah diri. Sedangkan para penirunya tidak pernah sdikitpun tahu apa yang terjadi kecuali moonwalk dan dia sudah mati!. Kanak dasan selalu menyangka kalau dia dapat berbuat seperti orang lain, umpama berlagak kebarat baratan, makan makanan barat sepertiyang berserakan di jalan dasan, sebut saja pizza yang dibaca PIZA oleh anak dasan dan Mc Donald yang dibaca MAK KDONAL, seolah setelah medengar musik,bergaya moonwalk dan makan barang aneh itu mereka sudah sama dan sederajat dengan orang yang ditiru tiru. Sekarang ramai lagi anak dasan menekuni face book dari pagi sampai malam, dari anak anak sampai dewasa. Sebagian menekuni PS sebagian menekuni Face book dan saat makan lari ke warung sampah, tahukah anak dasan bahwa makanan itu disebut JUNK FOOD?. Tentu tak peduli, bukankah semua orang berbaris antri ke sana?

Ketika semua orang berpaling dari kebiasaan dan adat yang dibudi dayakan ribuan tahun dan menukarnya dengan hal hal instan, maka tampaklah kemerosotan disegala bidang. Sudah berapa ratus ribu anak bangsa Sasak rarut meninggalkan dasan dan mereka tidak lagi taat pada perintah agamanya. Mereka tak sadar bahwa buaian harta benda yang sifatnya sangat sementara telah membawa kesengsaraan berkepanjangan untuk anak bangsa yang kehilangan indentitasnya kelak. Orang Polandia dan Orang Portugis dahulu hidup sangat susah mereka bekerja keras bahkan jadi pembntu dan buruh namun mereka tak pernah menyerah dalam mendidik generasi mudanya. Ibu ibu Jepang sejak kalah perang mengorbankan diri unutk tinggal di rumah demi menjaga harta paling berharga yaitu anaknya. Anak anak Jepang diasuh penuh oleh ibunya dan mereka menjadi generasi muda terbaik di dunia. Sekarang kita dapat bertemu dengan turis dari negera negara tersebut. Mereka tetap jadi pekerja keras dan belajarnya kuat.

Kita pernah mempunya generasi Sasak kekah karena mereka dengans setia dipersenjatai di Brugax. Senjatanya adalah Agama, ilmu Sastera, Ilmu pertanian dan peternakan, perdagangan sampai ilmu falak. Mereka faham kapan menanam kapan memotong pohon dan bagaimana memelihara lingkungan.Mereka adalah generasi yang dipersenjatai, sehingga bila mereka merantau ke Jawa, naik truk dan jalan kaki bahkan ada yang jalan kaki ke kampus pulang pergi sejauh Ampenan sampai Terminal Mandalika! Generasi ini mungkin masih ada tersisa di kantor kantor atau jadi guru dan petani, tapi mereka sangat minoritas. Kini dasan dikuasai oleh orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Apa saja dilakukan agar dapat memperoleh apa yang diinginkan.

Shalat 5 waktu adalah pengaturan waktu paling genius yang dapat menyelamatkan manusia dari kecendrungan merusak diri. Wajib berhenti sejenak tiap hari ada jeda lima kali! Kegilaan facebook tak akan berpengaruh apabila kita berpegangan pada 5 waktu itu. Kita bergantung pada Allah dan berkali kali kita lapor dan minta dikasihani agar terus berada dijalan yang lempang. Kini jalan yang lempang sudah bercabang ke PS, Facebook, mancing ramai ramai, pesta pora, kontes hebat hebatan moonwalk, dangdut dan cantik cantikan.

Seorang anak Bangsa sasak pulang ke dasan dan meradang, tangisannya pilu tapi tak ada yang peduli. Dia berkata; `Papuxku mate, inaxku mate, amaxku mate, tao tao capoh!' Mbahku, ibuku, bapakku mati, tau tau semua lenyap! Brugax masih didatangi tapi dia hanya menemani anak anak bermain berlagak sebagai pemain band dengan lagu sangar dari kuburan. Hanya cukup sampai disitu orang dasan sudah sangat senang, makannya cukup beli di mall, pelajaran cukup di sekolah, berugax tinggal kerangka sunyi meskipun dibangun dan dihias dengan dana besar, dia tak lagi punya ruh sebagai tempat SANGKEP. Tak ada yang menguasai satu senjatapun untuk diajarkan, cukuplah dengan beramai ramai bertepuk tangan melihat anak dasan aneh bertopeng zombi.

Subhanallah, anak dasan, segeralah kemabali ke brugax untuk sangkep, sudah saatnya kita siagakan diri, menjadi pepadu dan dedare yang lengkap dengan senjata iptek, akhlak dan amal sholeh. Maju dan jayalah bangsa Sasak!

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Sasak Yang Telanjang

(Sasak.org) Lombok tidak hanya lebih indah dari Bali tapi dari semua negeri lain, karena Lombok adalah tanah airku! Baik Tidak baik Seleparang lebih baik! Ungkapan yang berkata, Bali dapat dilihat di Lombok menandakan ketergantungan dan rasa minder manusianya. Mau Promosi? Di Lombok juga bisa Lihat Malaysia, Timur Tengah, Jawa dst. Bukankah ratusan ribu mantan TKI dan keluarga TKI sangat berbau bau Malaysia dan Arab?. Itu tidak berarti apa apa. Oleh karena itu marilah kita putar kepala kita ke kiri kanan depan belakang atas dan bawah. Lihatlah apakah kita bicara sambil bertindak atau hanya bangga di tempat saja? Bagaimana mau bangga dengan masyarkat bali yang 10% yang sudah mendarah daging jadi Bangsa Sasak tapi masih belum kita perlakukan sama dengan semeton sendiri? Apakah Bali yang dilihat di Lombok itu adalah Bali pengecualian?. Kecuali bahwa di Lombok mereka hidupnya tidak sehebat Bali yang di Bali.

Gubernur Lombok sudah dipegang oleh orang Sasak. Tapi gubernur darimanapun hanyalah seorang manager saja meskipun diambil dari datok datok dan Tuan Tuan Tidak akan membawa perubahan karena masalahnya adalah masyarakat Sasak yang tinggal di Gumi Paer sendiri masih morat marit, pendidikan rendah, kesehatan buruk, ketrampilan jauh dari harapan, itu ibarat Jendral Naga Bonar memimpin korban gempa untuk berbaris rapi dalam menyelamatkan diri. Lihatlah terlebih dahulu rohani rakyat sudah tenangkah, jasmani rakyat sudah normalkah, adakah kita sudah memberi pilihan yang memungkinkan mereka untuk berkata aku bisa maju! Sudahkah kita berfikir tentang membangun karakter yang kuat?. Harapan itu masih jauh panggang dari api.

Identitas Kesasakan sangat Rapuh. Pemimpinnya saja sisebut Tuan Guru atau Datok! Mengapa bukan Amax Guru dan Papux! atau lebih tinggi lagi Balox! Tuan tidak pernah ada dalam khasanah budaya Sasak sebelum kemerdekaan. Apalagi Datok yang diambil begitu saja dari Minangkabau kelak akan ada juga Buya. Kalau kiyai haji yang dari jawa sudah lama nempel kayak perangko. Ada juga yang nggeremon menyebut Ninik Tuan, entah apa maksudnya.Kalau berbahasa saja bingung bagaimana mau lempeng? Kakak Tuan? Adik Tuan? Papuk Tuan? Cucu Tuan? Tuan siapa? Makanya TKI disiksa dan diusir, ngomong saja bikin bingung orang.

Kemajuan disegala bidang yang diklaim Bangsa Sasak belum sampai pada perilaku kesasakan yang mencerminkan karakter khas. Lihat teruna dan dedare yang tidak pernah becus berpakaian ala Sasak. Mereka akan pandai bercuap cuap kalau ada kontes ratu ratuan Sasak. Pakaian adat perempuan Sasak adalah salah satu desain terindah dan efektif sesuai dengan negerinya. Belum pernah ada model terlihat memakai lambung berlenggak di papan kucing bahkan gadis di Lombokpun tak memakainya. Seharusnya desainer lokal mengakali dengan bijak, seorang dedare dapat menggunakan dekker dan menutupi bagian atas badan dengan lambung dan stocking dan celana panjang yang sesuai dibagian bawah atau pakai kain tenun. Sampai sekarang tidak ada keberanian untuk menerobos dalam hal berpakaian.

Semua anak Bangsa Sasak sangat suka makan yang enak enak bikinan inax kita, seperti Beberox, Urap dan Pelecing. Itu baru sebagian kecil karena masih ada ribuan makanan khas tapi tidak juga ada pengembangan kuliner agar makin bervariasi. Berapa banyak dari kita yang sungguh sungguh mempelajari bagaimana membuat sambal beberox dan pelecing dengan rasa Standar? Masing masing membuat makanan itu dengan rasa yang berbeda, berapa kali membuat sebanyak itupula banyaknya perbedaan rasa. Karena membuatnya angin anginan maka seringkali warung yang ada di dasan buka tutup sesuka hati. Rasa makanan yang tak standar adalah cermin kurang teguhnya hati. Selain rasa pedas apalagi yang kita tonjolkan?

Cobalah kita jujur, apakah generasi kita yang sekarang ini becus berbahasa Sasak dengan baik. Kebanyakan mengelak dan berkata bahwa dia tak bisa bahasa halus. Siapa yang suruh berbahasa halus, memangnya mau bicara dengan makhluk haluskah? Bahasa Sasak itu sama diseluruh gumi paer mau pakai dialek yang mana saja dari yang 4 macam shahih saja. Mau campur aduk juga boleh, komunikasikan diri dengan jelas sebagai bangsa yang jelas. Mengaku bangsa Sasak tapi bahasanya tidak becus padahal lahir dan besar disitu juga. Silahkan pakai mamix sebagai tanda sayang pada lelaki lain tapi mamix bini itu adalah bahasa bingung. Karena mamix adalah untuk AMAX, bukan? Diminutif dipakai untuk rasa sayang bukan rasa hormat. Kalau mau hormat pakai saja Yang Mulia Inax Tegining, Yang Mulia Amax Teganang, eh base Sasaknya bagaimana? Nah, kan memang tidak ada, apakah kita mau bikin?. Kalau begitu saya pakai jurus maut bangse Sasak; silax tiang ngiring.

Kemajuan tanah Selapatrang 100% tergantung dari tangan terampil dan keteguhan hati anak bangsanya. SDM yang memiliki ketrampilan dan ilmu kalau sudah kembali ke gumi paer tiba tiba jadi lumpuh tak berdaya. Sedangkan mereka yang sudah duduk di kursi kekuasaan setengah hati mendorong dan mengangkat harkat martabat bangsanya.
Dari sisi manapun SDM Sasak ini dapat kendala karena tidak adanya ikatan yang kuat antara yang muda dan yang tua terutama diantara sarjana baru dan pejabat. Pejabat yang bekerja sebagai kerbau dicucuk hidungnya tidak bisa berbuat apa apa karena tidak biasa mengambil keputusan dalam hidupnya. Bahkan untuk berhenti jadi pegawai saja tidak berani tapi ngomel terus sampai pensiun dan mati sebelum sempat membuat perubahan kecil yang dapat mngubah hidup diri dan anak bangsanya. Sebaliknya papadu Retour aux champs (orang yang kembali ke kampung halaman) merasa semangatnya sudah sampai diubun ubun minta diperhatikan dan tancap memaksa pejabat untuk memberi tempat. Enak saja kelakuan macam Arya arya Sasak yang Cuma mau menuntut hak tapi kewajiban tidak dilaksanakan. Rasa hormat antara mereka tidak terlihat sama sekali. Yang muda nggeremon bahwa mereka lebih pintar dari para pejabat. Para pejabat melirik dengan satu mata pada pepadunya seolah berkata, kamu masih bau kencur! Nih lihat aku sudah mau pensiun saja cuma jadi pejabat tidak terpakai kayak jas hujan di musim panas!
Lama lama pejabat dan pepadu sarjana hanya saling ejek seperti kebiasaan anak anak dasan saling polox olox!

Sudah waktunya anak bangsa Sasak berembuk duduk bersama seperti anggota KS sangkep, semua sama dan sederajat, telanjangi diri dan jadilah kesatria Sasak sejati. Setelah itu mari bicara dengan rasa hormat kepada tanah lelulur kepada inax amax dan papux balox. Kepala yang sama hitam dan hati yang sama merah harus dibiarkan mengkomunikasikan diri ke segala arah agar kelak dari setiap silang menyilang akan kita temukan ide brilian yang membawa kita terbang dari sekedar menghembus hembus rasa pedas kayak makan sambal segenggam. Para pepadu yang brilian sudah sepantasnya dan seharusnya berpikir jauh ke depan, bahwa dunia ini kecil, meskipun tak selebar daun kelor tapi sebagai anak peradaban modern kita harus merasa sebagai warga dunia. Memelihara ambisi untuk jadi datu di gumi paer sudah harus dihentikan. Hanya kalau punya sesuatu yang dahsyat saja baru memutuskan retour aux champs dan berjihad untuk merebut kesempatan menjayakan Bangsa Ssak di tanah sendiri.

Mari kita ganti pemimpin yang kurang tepat dengan pemimpin yang gemar beramal sholeh yang dipandu oleh ilmu pengetahuan tinggi dan akhlak mulia . Generasi baru harus berubah jangan hanya yang momot meco vs anak gaul yang keduanya sama sama bloon, menjadi teruna dan dedare yang cinta iptek dan rajin membantu orang lain. Kembalikan petani, nelayan dan peternak agar mendatangi kembali maqom mereka masing masing tentu saja pemerintah harus mendorong dengan infrastrukur dan fasilitas yang diperlukan. Makmurkan terlebih dahulu bagian terbawah masyarakat kita niscaya semua kita akan makmur. Bangunkan dahulu kaum wanita kita niscaya kita akn mulia. Hentikan kebiasaan kawin muda dan jebakan kawin lari yang bertentangan dengan akhlak mulia. Bangunkan para ustad dan TG agar tidak terus bicara teori tapi praktik sangat utama. Pesantren di Jawa menelurkan banyak intelektual muslim karena mereka kuat dalam praktik. Mereka mengaji sambil berdagang, bertani , beternak dan memelihara ikan. Semetara kita hanya punya ustad yang hafal hadits dan mungkin Al Qur'n tapi memberi makan anak istri saja tak sanggup, bagaimana kita memakmurkan sebuah bangsa.

Bangsa Sasak sangat potensial apalagi jumlahnya hanya 3 jutaan, mari kita mulai dari diri sendiri, disini dan sekarang. The JUNEP Centre siap memberi sebutir pasir untuk membangun menara peradaban Bangsa Sasak yang menjulang tinggi sehingga tampak di lima benua, bukan karena diteropong tapi oleh sebab anak bangsanya menjadi Warga Dunia yang Pagah dalam mempertahankan kebenaran, kejujuran dan daya saing yang prima. Amiiin Ya Rabbal Aalmiin.

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ihklas

Hazairin R. JUNEP

Senin, 22 Juni 2009

Sasak Sang Calon Juara

(Sasak.org)
"Buah nanas buah belimbing
Dibuat rujak segar rasanya
Nilai Unas tak terlalu penting
Akhlak mulia lebih utama".
SMS untuk Hassan dari gurunya).

Assalamualaikum wr wb.

Selentingan tentang kecurangan pelaksanaan UN masih terdengar dimana mana dengan versi cerita berbeda tapi intinya adalah pembiaran atas pelanggaran aturan main. Ada yang mengatakan bahwa siswa saling beritahu lewat HP atau guru mengoreksi lembar jawaban dan lain lain. Apapun itu, dari gosip liar kita dapat menangkap keresahan,dan ketidak siapan semua pihak untuk melaksanakan UN. Guru tidak yakin muridnya bisa lulus apalagi murid. Banyak orang tua yang panik tiap kali dilaksanakan UN. Tapi entah sudah berapa tahun kejadian yang sama berulang tanpa adanya usaha besar besaran dan sungguh sungguh dalam meningkatkan kebiasaan membaca dikalangan anak dasan kita. Setelah kejadian kasus Prita dan Aseng tiba tiba masyarakat jadi sangat ketakutan mengungkapkan kejadian yang menimpa murid saat UN. Kita jadi tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi setelah kelompok airmata guru kurang terdengar lagi kiprahnya.

Anak anak ini adalalah generasi harapan Bangsa Sasak yang mudah mudahan menjadi Sasak Kelet dan insyaallah menjadi Sasak Lokax kelak. Modal utamanya tidak jauh jauh, ya apalagi kalau bukan sifat asli anak dasan, PAGAH. Pagah yang tak dapat ditaklukkan dalam memegang prinsip kebenaran, pagah yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan dalam menjalakan hidup yang polos, jujur dan berani mengambil resiko.

Di Gumi Selaparang ada 9 SMA yang tak dapat meluluskan satupun muridnya dalam UN tahun 2009 ini. Saya terusik sekali dengan keadaan itu. Apakah mungkin kesalahan baca pada komputer atau memang guru di SMA tersebut ádalah para malaikat yang tak tertarik menipu beramai ramai. Kalau mereka betul malaikat mengapa banyak murid yang meraung raung dan putus asa karena tidak lulus. Seharusnya lulus diterima dengan senang sebagai hasil kerja keras dalam belajar dan gagal diterima pula sebagai hal yang merupakan pembelajaran untuk kesempatan berikutnya. Apalagi sekarang tersedia paket C yang lebih sederhana. Kalau belajar sungguh sungguh pasti bisa melewati ujian. Jika memilih untuk mundur berarti tidak dapat ijazah, Namur sudahkah para sesepuh kita di dasan mempersiapkan terune dan dedarenya yang tanpa ijazah ini untuk menjadi generasi mumpuni yang tetap siap bekerja keras mencapai cita cita dengan cara yang berbeda dan melalui jalar lain yang kurang populer? Disinilah dibutuhkan para TG dan sesepuh yang banyak ikut momot meco di seantero gumi Sasak agar serentak bergerak bahu membahu mengawal mereka maju maraih masa depan yang gemilang. Tiap anak dasan hendaknya diberikan pengetahuan akan visi dan misi yang jelas sejak dini. Visi adalah cita cita ideal yang memandang jauh ke depan bagaikan cita cita setinggi bintang. Misi adalah tekad mengoperasionalkan visi itu agar dapat dilaksanakan. Sejauh ini kita hanya mendengar orang berceramah dari tahun ke tahun bicaranya hanya cita cita yang tak pernah di berikan cara operasional untuk meraihnya.

Kami secara teratur mengadakan pengajian dan TPA sejak anak masih balita, dan ustad yang mengisi pengajian tak henti hentinya menghimbau agar kita banyak bersedekah dan mendidik anak agar menjadi generasi terbaik di negerinya sendiri. Kampung kami hanya begini begini saja keadaannya, entah berapa TG telah mengajar seperti ustad itu tapi tetap saja kami terpuruk. Mereka memang mengajarkan untuk banyak bersedekah tapi mereka linglung bahwa kami perlu diajar mencari harta dan rezeki yang dapat membuat kami bersedekah. Potensi kampung kami tak juga dikembangkan sedang penghuninya adalah orang yang kurang pendidikan dan pengalaman. Di dasan juga sama saja, kami disuruh banyak membaca tapi tak ada satupun dari orang yang pandai cermah itu membangunkan perpustakaan, bengkel ketrampilan, pusat kebudayaan dimana kami bisa berkreasi. Terus saja disuruh besedekah dan penghuni dasan tetap saja tidak bersedekah. Sang TG menyindir karena kurangnya masukan dari sedekah sang manusia dasan menyindir kalau TG cuma omong saja dan tak melihat kesusahan jamaah.

Di Singapura pasti ada juga TG atau Ustad yang mengajarkan demikian terus menerus tapi Lee Kwan Yew tidak pernah ikut pengajian dan dia terus membangun manusia sehingga orang orang China perantauan merasa Singapura ádalah tanah tumpah darahnya. Mereka bekerja keras sekali dan rajin membayar pajak, setia menjaga kebersihan dan sekolah serta rumah sakitnya jadi rebutan seluruh bangsa di dunia ini. Ada 15% penduduk Singapura yang muslim dan terus dijejali pengajian ala TG tapi prestasi dan peran mereka minim dan banyak yang akhirnya minder. Kaum Melayu itu kiranya sama dengan anak dasan yang merasa punya tanah air dan hanya sampai disitulah yang diandalkan. Semangat belajar rendah dan malas berusaha, kalau ada orang luar yang berprestasi mereka kurang suka. Tentu akhirnya minderlah yang akan menggerogoti hidup mereka.

Bangsa Sasak punya keunggulan yaitu PAGAH dan JUJUR. Sifat ini dapat menjadi modal besar untuk membangun Lombok sebagai Tanah harapan dimana ketika semua manusia rontok oleh penyakit dunia, bangsa Sasak akan berdiri dan tertawa yang terakhir. Manusia Pagah adalah manusia yang sanggup menghadapi kompetisi dan cobaan seberat apapun. Manusia Jujur ádalah manusia tangguh yang tak dapat ditawar tawar dalam soal prinsip dan nilai kebenaran. Orang Pagah selalu dapat memimpin diri dan orang lain dalam keadaan buruk sekalipun. Orang Jujur dapat selamat dalam keadaan krisis yang terberat. Inilah yang seharusnya dikelola sebagai pintu masuk para sesepuh dalam membangun karakter anak Bangsa Sasak. Hendaknya para penceramah memberi jalan kepada jamaahnya agar dapat memperaktikkan topik ceramahnya. Jangan suruh orang shalat sedangkan mandi saja belum pernah. Kita ajari kebersihan dan membuat sabun terlebih dahulu. Sabun dapat dijual untuk membeli sarung baru kemudian praktik shalat berjalan dan sedekahpun akan mengikuti.

Bangsa Sasak sedang tertatih mengejar bangsa lain yang sudah bersedekah dan makmur. Bangsa Sasak lari keluar dan mengejar kemakmuran di negeri asing, mereka pikir uang dapat menjadikanya hebat. Uang yang mengalir dari para TKI tak membuat kemakmuran karena sedekah tapi nilai nilai kehidupan yang saling asah asuh dan asih menjadi tergerus sedikit demi sedikit. Sekolah harus dibenahi, guru harus diuji lagi karena mereka banyak menipu kredit poin dan lalai mengajar. Masyarkat harus dibenahi, tidak ada kata terlambat, masíh lebih banyak orang baik daripada yang buruk. Tapi satu orang jahat di dasan dapat merusak semua yang baik. Oleh karena itu mari kita bangun akhlak yang mulia yang disandingkan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dapat mendorong semua beramal sholeh. Insyaalh Anak Bangsa Sasak akan mengukir sejarah kemanusiaan dimasa depan, Amiin Ya Rabbal Alamin

Wallahualam bissawab
Demikian dan maaf

Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Minggu, 14 Juni 2009

Sasak against the palm tree

Assalamualaikum wr.wb


“Brothers and sisters around Sanggau please help collect funds to save a Sasak who has worked for 10 years in the oil palm plantation without receiving his salary and now expelled from Malaysia. He is in our mosques, in a state of trauma, but he still comes to prayer. When the fund is collected we will send him back with a volunteer to our village”. (an SMS from member of the Sasak Community in West Kalimantan)

The tragedy of Manohara that could not be managed by our Embassy in Kuala Lumpur Malaysia that finally invited FBI and the United States and Indonesian Embassy in Singapore to involve in the case, made me aware of our nationalisme. I'm angry and I think about how that government officials work such as in the village level . Not because Manohara is a model, but because she is a woman of this country and I always cry out that if the women are bad the whole nation is bad. Fortunately Manohara has got two citizenships as she is only 17 and not old enough to chose one.. Had she only has Indonesian citizenship how awful she could have gone through the torture from her husband.

How many Sasak workers died and sent back home in a package to Sasakland, how many families mourn on the box of the cadaver that maight not be opened. How many women have become widows and children become orphans all at once?. How many people have become beggars because they sold their rice field to pay the ticket only to get die. And leave heirs with a debt burden that may not even be paid by selling themselves as prostitutes or thieves?. Give me an answer O Bajang Sasak, ahlil momot meco! ( O Young Sasak, the expert of idle and day dreaming!.)

When I checked in at the Kuala Lmpur internasioanal airport, I saw TKW (woman migrant worker) lied on the floor like Pindang (salty fish) covering the entire body with the traditional batik cloth, typical dasan’s children. How the nation shows to the world the face of her own children?. The buried women creates a buried nation. No wonder why foreigners consider us a garbage. Only garbage can ironed, burned, splashed with hot water, raped, aren’t we aware that we have treated our women like slaves?. They even could not speak well but we give them fake identities, because the smart women are not easy to handle and they would demand higher salary.. Our ignorant women are exploited like dairy cows by officials and the mafia of woman and children traffics and become slaves to their masters in neighboring country!

Pepadu (young) migrant workers are all the same , low education , less fluent of Indonesian and childish. They undertake something on basis of not heeding consequences and risks because of the sweet stories from some one who tries to get the advantage fro them. They go abroad mostly because they are ashamed to stay home to work in their plantation and paddy fields. They gain less money because of the less creativity ! If they are diligent why Lombok needs to import sugar and broad bins from Bali and Java? Salty fish comes from Sulawesi and Sumbawa! While all sources in Gumi Selaparang are plenty. The number of migrant Pepadu Sasak is awful a lot that so many of them hide in the Malaysian forest and the forest around the border. They are already determined to sail away from Gumi Paer, without documents and they ended up to be taken by the Tekong, mafia of human trafficking. Those who own passport are powerless, they must submit their documents to the company’s boss. Tratter clothes cover their body and they work until they die, like the fate of our brother in Sanggau.

The Revolution of the Sasak Nation children must include all of them in Gumi Paer and all the hiding or the legal ones in other countries. Those who are in Gumi Paer are easier and directly to be guided and for those who are abroad will be very difficult to be taken care of but possible. Why many migrant workers plunged into misery and finally have become slaves that died, expelled and jailed?.

There are three things that make them victims of migrant workers.
1. HR does not comply with the requirements specified by the recipient of foreign workers.
Foreign workers who enter another country using legal documents but with falsified identity will receive salary that is cut here and there and then when they come home they will be robbed in every corner of the airports and bus stations.

2. HR has the skills but not compeletely knowing rights and obligations.. Tehye have salaries but still they being expl;oited by their boss or provider of workers that keep their passports and salary for many moths.

3. HR bonek, are migrant workers who own nothing but determined decision, leaving without skills and without document they eneter other countries illegally, either through land or sea that often ended with the death. If they are not drawn in the deep sea, they would be arrested at the border. If they have escaped they hide in palm plantation or in the forest. The third kind is the majority of Sasak migrant workers in Malaysia . And those who are expelled as Pendatang haram ( illegal migrant) are found hack around along the borderline..

To prevent things like that continue taking place it is high time for all local government of Lombok to control the flow of migrant workers to leave for Malaysia. But people have to work extra hard to provide non formal training and education.. Because if formal one wil not be interesting to the yopung Sasak who actually have low disciplines. Skills training in agriculture, animal husbandry and fishery, what they are doing in foreign country is pearing the palm oil, isn’t it?. For a more diligent and ambiacious one give them vocational training in technology to work in industrial countries. And for those who speared coconut palm, can hoe, build tunnel and water irrigation. The government should and must build the infrastructure to support the productivity of Gumi Paer. If Israil can produce the most delicious fruit in their desert why the fertile ground Selaparang land is deserted?.

Lets be honest to ourselves, Sasak Children, stop deceiving ourselves to hide weakness of our cover, that we continue sending slaves abroad that we will regert at the end. We have f more and more number of insanes , bad nutrition, thieves, prostitutes etc. The leaders must try hard to improve the quality of life in all aspect.. Young people should not play idle , only want to become musicans, movie stars, heroes, managers and governor without hard working and going through right procedures. It is better to be ourselves. So children of the Sasak nation will be strong, independent and dignified. Let us change the bad behavior such as attacking each other. Let's help each other, help such as shown by oyr ancestors.. Look at the situation of our children and compare it with the history of our ancestors.. They took part in the parade during Maulid, with Gendang Belex, they had holydays in the time of planting rice and after harvest, they were always cheerful and sang, blew kendola (rice flute) in the field.

The scent of an expensive perfume
doesn’t compete the fragrant of Gumi Paer
when it rains and the sun touches her face ....
Temptation from the beautiful life style
will not be able to compete the beauty of yellow rice.
City dance will not be able to match the swaying flow of coconut leaves
Thundering waves is the hymn,
call of the soul that invites us to gather
wealth in the deep of clear water.

Buffalo’s bellow is a call for children
To the lap of the fertile land.
Rinjani stands still beautifully, it is our
faithful promise that never be exchanged
by a moment of spoiled entertainment.
O child of dasan, Gumi Seleparang
Bore you , gave life and spoiled you,
Now is the time to come and spread flowers on her lap.


Only Allah knows everything

Do forgive me for all mistakes,
Sicereley yours

Hazairin R. JUNEP

Minggu, 07 Juni 2009

Sasak Membangun Langit

[Sasak.Org] Ketika anak anak dasan berlarian mengangkut batu batu untuk membangun Sekolah di dekat perkebunan kelapa di batas dasan, datanglah pemilik truk yang juga bos dari perusahan konglomerat dasan terbesar dimasanya.

Bos itu mendekati merebot yang memimpin gotong royong seraya berkacak pinggang berkatalah dia: Amax biarkan anak anak dan pepadu yang bekerja , side betelah saja. Meskipun merebot enggan tapi untuk menghargai, dia diam juga untuk mendengar omongan bos itu. Bos meneruskan: Amax, saya yang akan membangun sekolahan itu, tolong doakan saya ya. Insya Allah jawab merebot. Ketika hendak melangkah bos itu mencegah lagi dan berkata: Coba lihat amax, sepanjang side melihat ke timur semuanya adalah lahan saya. Sepanjang side melihat ke barat, utara dan selatan itu semua lahan saya. Merebot heran sekali apa sebenarnya maunya si bos cerita begitu, meskipun dia tahu ini orang bterkaya tapi perlu juga diberi satu AYAT agar kiranya si bos mengambil hikmahnya.

Merebot yang berkeringat itu lantas bertanya dengan lembut: semeton, saya tahu luasnya lahan side, membentang sampai dikaki langit, tapi izinkan saya bertanya, apakah side punya lahan diatas sana? Sang bos bercucuran keringatnya padahal tidak satu batu kecilpun diangkatnya. Maka tanpa berpanjang panjang dia langsung njingkret pulang, sampai lupa mengucapakan salam. Bos ini memang kaya, tapi tabiatnya kurang ramah kepada pepadu dasan yang banyak direkrut jadi kulinya dengan bayar murah meriah karena tak ada yang berani protes.

Dua tahun kemudian bos itu mulai merosot usahanya karena dia tak sanggup melawan nafsunya berspekulasi. Dan akhirnya seperti cerita orang dasan yang pernah kaya, bangkrutlah si bos dengan cara yang sama pula. Mulai berbisnis, mengahalalkan segala cara berhasil jadi kaya lalu terpuruk jatuh. Sesungguhnya manusi dalam keadaan merugi kecuali mereka yang bertakwa. Kita gampang lupa bahwa semua ini ádalah amanat, titipan sementara. Dan semua yang bersifat semetara akan segera lenyap hanya soal waktu.

Hidup manusia dihiasi oleh senang dan susah, berhasil dan gagal, rahmat dan bencana. Diantara kejadian kejadian itu kita mencoba bersembunyi dari yang tidak kita sukai dan kita mengejar yang kita sukai. Yang paling malang nasibnya ádalah orang yang terjerumus cinta mati pada masalah duniawi dan takut mati. Kejadian di dasan baik yang berkelahi di kampung sampai di kampus dan bahkan kondisi kerja di kantor pemerintah sesungguhnya mencerminkan perilaku manusia yang cinta dunia dan takut mati.

Waktu muda saya pernah masuk ke 3 perguruan tinggi berbeda dengan dua kali pelonco dan yang ketiganya hanya penataran P4 dan perkenalan dengan senior tanpa seremoni.
Saat pelonco itu saya melihat banyak sekali cama dan cami yang sangat ketakutan tanpa alasan jelas. Mengikuti pelonco ádalah wajib, saya tahu karena saya secara khusus minta izin dari ketua panitia untuk tidak ikut pelonco karena saya dapat tugas besar untuk membawa nama bangsa di mancanegara, tokoh kita yang dosen, tetangga dan senior saya di Selong itu menolak dengan alasan wajib ikut. Rambut saya digunting entah sebab apa dan sayapun melawan, sayang rambut saya terpotong juga, saya tak memperbaiki potogan rambut saya dan akhirnnya saya punya kesempatan membalas dengan menghukum senior yang memotong rambut saya itu. Untung ada yang melerai dan kami kasihan. Pelonco kedua saya lawan habis, karena sesungguhnya acara perkenalan kampus itu hanya untuk menyambung tali persaudaraan tapi disalah gunakan. Mengapa begitu banyak kita lihat mahasiswa disiksa óleh seniornya seperti di IPDN dan terakhir di Universitas Nurtanio? Karena kampus diisi oleh orang lemah, tidak mengerti dan picik. Seandainya senior mengerti dan berpengtahuan dan seandainya mahasiswa baru tahu bahwa semua yang dilakukan oleh senior hányalah permainan tolol niscaya tidak ada kasus menghebohkan itu.

Mahasiwa baru begitu inginnya dapat kuliah sampai mengorbankan diri digasak fisiknya hinggá ada yang mati. Orang orang yang telah melewati masa sulit itu kelak kemudian akan bekerja di pemerintahan dan swasta dengan membawa luka trauma bathin yang berkepanjangan. Ketika saya diangkat jadi pegawai negeri saya memandang atasan sebagai orang yang wajib membantu bawahan yang memerlukan bantuan karena mereka digaji untuk itu. Kepala, rektor atau apapun harus membantu staf dan karyawan mereka untuk maju bersama. Tapi apa yang terjadi di dasan kami ádalah pegawai yang sangat takut kepada atasan dan atasan yang sangat represif kepada stafnya.

Pimpinan bertindak sebagi diktator karena haus kekuasaan. Menghalalkan segala cara untuk mengambil keuntungan dari kelemahan bawahan. Bawahan sangat ketakutan kalau sampai pimpinana menutup aksesnya naik pangkat. Kedua orang itu sama sama kuatnya dalam mempertahankan hidupnya sedemikian rupa sampai lupa seolah satu orang dapat menentukan hidup orang lain dan seolah si staf adalah makhluk tak berdaya yang harus menyembah. Pimpinan dan bawahan tidak lagi saling asah asuh tapi saling manfaatkan dengan cara kotor.

Kita tumbuh menjadi manusia kerdil karena kita fokus hanya kepada kesempatan menikamati kesenangan dunia. Meskipun banyak Tuan Guru yang memberi peringatan agar kita menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan rohani tapi jauh panggang dari api. Masyarakat sudah cinta mati pada harta, jabatan dan kekuasaan sehingga segala cara dihalalkan. Seorang tetangga di dasan nekad pinjam uang di bank 50 juta, karena pengecutnya sejak awal datang ke bank kelakuannya seperti pengemis. Tidak hanya itu sejak mengurus surat dan meminta tanda tangan kepala kantornya dia juga harus nyembah. Orang seperti ini tidak hanya mencelakai dirinya tapi juga atasannya dan karyawan sampai direktur bank itu. Melihat orang bodoh seperti itu timbullah niat jahat dari orang yang terlibat. Uang tidak dicairkan dengan cepat. Ketika uang cair bukan peminjam yang datang ke Bank tapi karyawan dan kalau perlu kepala yang datang dengan staf mengantar uang. Si bodoh ini dengan cepat menyiapkan amplop dan menyodorkannya kepada masing masing petugas dan juga pimpinannya. Berapa banyak biaya yang harus keluar dari kantong pengecut itu?. Sesudah itu dia akan mengangsur hutang selama 10 tahun!

Pegecut seperti itu ada dimana mana disetiap pojok dasan kami, korupsi merajalela karena yang paling keras memprotespun terlibat. Para penguasa senang membuat orang jadi pengecut, makin kecut makin banyak amplop. Korupsi sesungguhnya datang dari tabiat pengecut kita. Tabiat pengecut itu bersumber dari sifat cinta mati kepada dunia dan takut mati. Sekarang dan disini kita benahi karakter bajang Sasak agar menjadi satria, yang menjunjung kebenaran dan tidak takut mati. Jangan sampai ada yang mengeluh nanti saya tidak dapat kalau tidak ikut yang lain! Semua juga berbuat begitu, saya bisa tersingkir kalau melawan. Sekarang dan disini kita hentikan darah kotor dalam jiwa kita yang membuat kita jadi pengecut! Biarlah kita hidup sederhana tapi bermartabat. Biarlah kita tinggal di dasan tapi bersih dan asri namun kita punya kapling di atas sana. Insyaallah, amiiiin.

Wallahualam bissawab

Demikian dan maaf,
Yang ikhlas,

Hazairin R. JUNEP

Sasak Menerobos Dunia

[Sasak.Org] Anak anak SMP dan SMA di dasan kami sedang semangat sekali mengikuti pertemuan dengan senior mereka yang sedang pulang kampung dari Negeri Kanguru. Mereka bergembira menyambut acara ngobrol bareng bule. Inilah kesempatan yang ditunggu oleh semua siswa sekolah yang sangat capai didera oleh latihan menghafal dialog dan grammer. Acara kumpul seperti ini sangat efektif untuk meningkatan kemampuan komunikasi anak Sasak yang sangat pendiam kalau disuruh bicara serius dan sangat cerewet atau ribut kalau ada kesempatan saling ejek

Pada umumnya anak Sasak sangat pemalu sehingga sangat susah mengungkapkan pendapatnya apalagi kalau disuruh menggunakan bahasa Asing. Meskipun mereka sangat sering diajak mengaji dan melihat orang berceramah semalam suntuk tapi mereka tidak banyak yang berhasil menjadi orang yang komunikatif. Ada hal yang sangat kuat digenggam oleh orang Sasak dalam hal berbicara ini. Mereka mengatakan bahwa DIAM ITU EMAS. Ortang tua kami di dasan terus menanamkan pepatah yang sangat jitu mematahkan bicara orang itu karena kesadaran yang sangat tinggi akan kapasitas pengetahuan yang sangat terbatas. Selain itu para ulama kami atau TG kami yang sudah wafat sangat lama tapi masih diingat terus pesannya, seperti rumus hafalan murid sekolah, mengatakan bahwa, orang itu kalau terlalu banyak omong akan selalu kelelahan menjaga eksistensi kebenaranya. Nah ini sangat luar biasa menjaga mulut warga dasan kami yang hidup sederhana dan rukun. Paling paling orang dasan kalau bertegur sapa akan bilang; mari mampir, makan makan dulu. Yang mendengar akan dan harus menjawab ; ya, tidak usah, nanti dirumah saja.

Bagaimana kami anak dasan mau berani bicara dengan bule yang berbahasa Inggris, waktu belajar di kelas hanya disuruh mengisi petak petak kosong dan mengulang kalimat seperti beo. Sering sekali kalimatnya tidak ada urusan dengan kehidupan sehari hari. Begitu juga yang di santren, kami mati matian disuruh menghafal ayat tapi tidak ada tuntunan untuk memahami kata demi kata secara tuntas. Akhirnya kami lulus dan khatam dengan tanda koma. Ya, maksudnya belum sampai titik.

Dengan modal kemampuan koma masing masing anak dasan mencari cari identitas sampai bingung menentukan kemampuannya sebenarnya di bidang apa sih? Heran juga para TG kami yang sudah wafat wafat kok punya kapasitas full sehingga berguna sampai akhir hayat dan kata kata mereka masih saja terngiang dan samapi ke kami generasi sekarang. Kami sesungguhnya ingin mencapai full stop bukan koma, tapi guru dan ustad kami rupanya juga manusia koma. Buktinya banyak guru yang gagal melewati proses sertifikasi dan harus menipu angka kredit point segala.

Menteri kleder di dasan kami banyak sekali, ya tentu saja mereka lebih dinamis daripada yang momot meco, tapi kerjanya hanya jalan dari timur ke barat atau utara ke selatan dan turun naik dijalan setapak berbukit dasan kami. Lumayanlah mereka akhirnya terkikis oleh angin sementara yang momot meco akan habis menguap dengan sendirinya. Inilah kesedihan yang sudah menjadi kebiasaan dan semua sudah terbiasa dengan kenyataan ini. Dasan ini penuh dengan manusia koma.

Pribahasa dan pesan filosofis dari TG kami tercinta seharusnya membuat kita untuk sedikit bicara hanya karena perlu dan banyak bicara hanya karena perlu. Kalau kita telah menuntaskan pelajaran dibidang apapun hendaknya kita mampu mengkomunikasikan ilmu kita, meskipun hanya satu Ayat! Jangan mentang mentang, ayat disini, bukan saja dari Al Qur'an tapi kalimat yang benar dari sumber yang benar juga adalah ayat! Bahkan tanda alam sekalipun adalah ayat Allah bukan?.

Kalau kita tak dapat mengkomunikasikan diri lantas bagaimana memasarkan diri dibidang pekerjaan dan bisnis? Orang dasan kami ini cendrung mengisi satu blok saja dari empat pilihan tersedia yaitu jadi buruh. Padahal diantara mereka ada yang berbakat jadi pengusaha, manager, dan freelancer atau orang yang bekerja lepas. Karena menumpuk disatu tempat akhirnya potensi yang hebat menguap. Karena tidak adanya kemajuan dalam pekerjaan disebabkan oleh manajeman yang buruk maka pepadu yang sangat potensial akan menjadi apatis. Itu adalah fakta yang terjadi di dasan kami yang penuh dengan pegawai dan karyawan apatis.

Perjuangan kita untuk memerdekakan anak dasan di tahun 2015 hendaknya dimulai sekarang juga. Para Sasak diaspora seperti Nurul Hilmiati, M Roil Bilad, L M Jaelani dengan dibantu Le Wharid Rakhmana yang ada di dasan harus kita sambut dengan rasa hormat dan syukur yang dalam karena mereka ini adalah para pembebas. Tetapi kita tak akan mungkin berhasil guna apabila kita tidak mendapat dukungan penuh dari pemimpin setempat. Untuk itu kita harus mencari pemimpin ruhani yang sejati agar kita dapat mengembalikan kemerdekaan dan harkat martabat anak bangsa kita yang rapuh agar secepat mugkin tumbuh menjadi generasi yang kuat fisiknya, tinggi ilmunya, indah akhlaknya dan pandai berkomunikasi. Inilah generasi yang kita siapkan untuk menghadapi tantangan besar agar anak dasan menjadi warga dunia kelas wahid.

Apakah mugkin kita mencari seorang TG yang dapat menuntun kita kepada kesejatian diri?. Anak bangsa Sasak sejati dengan karakter diatas dapat dituntun bersama sama. Tinggal kita mencari ulama yang juga sejati diantara jerami impor, sampah kapitalis dan pakain bekas neoliberal! Ciri ciri ulama yang kita cari diantara bisingnya penjaja ideologi asing itu adalah sebagai berikut.

1. Tidak pernah absen daripada berzikir, mengagungkan Allah dalam segala keadaan.
2. Tidak menyembah berhala bernama materi, pangkat jabatan dan hal duniawi
3. Selau bertaubat kepada Allah
4. Menjaga silaturrahmi, menjadi pemersatu, garda terdepan dalam menjaga kesatuan ummat
5. Hanya takut kepada Allah
6. Takut kepada balasan Allah di hari akhir
7. Senantiasa bersabar menghadapi beban berat demi mencari rida Allah

Sekarang semua anak dasan harus punya catatan mengenai ciri ciri ulama itu agar dicocokkan dengan kehidupan keseharian orang yang mengaku sebagai ulama atau TG di dasan kita.

Jadi kalau ada yang masih suka mengoleksi harta benda, makan makan enak di restoran, mengejar jabatan dan memecah umat. Apalagi sampai memperlihatkan kehidupan hedonis macam kyai masuk bar dan panti pijat, jangan pernah dipercaya. Anak dasan rusak karena melihat contoh buruk dari orang tua dan lingkungannya. Kalau anak anak Bali pandai menari karena sejak lahir melihat orang tua dan pemudanya menari, maka anak Lombok otomatis langsung meniru, kalau hanya melihat orang memenuhi boug dan berugax untuk ngotok otok atau meco.

Mari kita perjuangkan anak bangsa Sasak agar menjadi manusia full yang siap mengahadapi segala tantangan. Kita mulai disini, dan sekarang.

Wallahualam bissawab,

Demikian dan maaf,
Yang ikhlas,

Hazairin R. JUNEP

Rabu, 03 Juni 2009

Sasak Lintas Sektoral Multi Disipliner

Oleh : Mansur

“Jangan pulang dulu, lebih baik kita berkembang dulu di luar, kalau sudah maju ...! “ Kalimat inilah yang mempertemukan saya dengan sosok Miq Junep lewat sebuah comment di blognya. Saat itu saya berpikir “Orang macam mana Miq Junep ini, kok benci Lombok ”, karena semua orang yang pernah saya hubungi selalu mengatakan “Cepatlah balik ke Lombok”.

Tulisan “Akidahku” telah melenyapkan kesangsianku pada Miq Junep. Tulisan itu membuktikan bahwa beliau membawa sifat religius-kesasakan yang murni dan mumpuni. Dengan sebutan “Guru Bolang” beliau justru telah mengamalkan apa yang tidak terpikirkan oleh para TG. Dan “SOS” telah membuktikan beliau mencintai orang Sasak lebih dari cinta inax amax “Sasak Ultra Modern”.

Tulisan tanpa tedeng aling-aling yang hanya dibalut oleh keihlasan seorang pengembara dunia menyiratkan rasa ”kelinggitan” yang dalam kepada “Setitik Tuba Sasak” dan “Cupak” yang “Maling” sangat mudah untuk dipahami, kecuali oleh “Sasak Napoleoniah” yang masih saja menganut ”Kepemimpinan Skat Mat Ala Sasak”. Betapa jalan keluar menuju ”Rahayu Pemban Selaparang” terbentang dalam setiap tulisan beliau yang bersumber dari kejadian masa kecil yang bersahaja sampai kajian seorang Sasak yang telah mengecap dunia secara holistik dalam pemaparan yang gamblang secara lintas sektoral dan multi disipliner.

Wahai bangsa Sasak ”Quo Vadis”. Cukuplah ”Dunia Daun Kelor” dalam tulisan saja. Buatlah ”TKI Sasak” enggan untuk meninggalkan pulau Lombok. Bangunlah dasanmu hingga ”Sasak Diaspora” kembali bukan bak orang asing. Tebarlah ”Slogan dan Niat” untuk mendobrak tirani ”Momot Meco” dan belenggu keangkuhan religius semu . Rebutlah ilmu pada orang sederhana yang mengerti ”wallahu a’lam bishshawab”. Mulailah dari diri sendiri saat ini juga.


Pandan, 04 Juni 2009
Guru SMAN 1 Matauli Pandan
Tapanuli Tengah Sumatera Utara

Selasa, 02 Juni 2009

Mededex dait mesangin

Assalamualaikum wr wb.

Berembe uninku paran miq Junep senikn.. iya sak ta paran dengan sak nyerat kadu angen..langan seratan ne tetu-tetu bing te pencerahan lahir bathin, berembe ampok ku sebut dengan nyerat kadu angen, jak kerana tetu tetu tama lek angen seratan seratan senukn. Kadang-kadang marak ku tulak malik lek saman laek waktun te kode, nyelem lek oloh, nostalgia kanak dasan iya jagak aran ne.

Selain cerita fiktif sak buka angen dit otek ta lek dalem narasi senikn, te cerita sak sesuai dait nilai-nilai kesasakan tulen, berembe setetu-tetun menuse Sasak senukn. Mun te paran menggugat berembe kesasakan sak terpengaruh isik budaya modern iya sak teparan menggugat... Laguk lek sisi lain kebanggaan jari dengan Sasak tetepne penggitan. Berembe pandangan pandangan penulis pekare Tuang Guru, Lepank Lolat dit sak lain-lain tumpah nuah lek Buku senikn..

Lamun semeton selapuk pade maca buku senikn, selapuk nuah ak temauk, pengalaman, nostalgia, pencerahan. aro selapukn nuah..
Angkak pada baca buku senikn ah?...(teanjurang 3 x sejelo marak dengan sak nginem owat...)
he..he..

Tabek
Gorontalo, 3 Juni 2009
Nazar H.
Bank Indonesia Jakarta
Kanak Kembang Kuning, Teros Tulen..

Glosarium :
Mededex ; menghibur
mesangin ; mencerahkan, memberi cahaya

Boyax Nyereng Olex Keru

Oleh : Le Wharid Rakhmana

Ape sax keru?

Sax keru yesino jiwantite, ruh, pikiran, lelakon dait pegawean, moral, etika dait padatan pepadu Sasak sax seke suwe seke keru dait gerix. Selapux sifat sino jaux bangse Sasak jari remuk dait telang jati dirixn.

Ape sax nyereng?

Sax nyereng yesino bantelan ongkat dait seratan cantik Hazairin R. JUNEP sax petitox ibux jiwe besopox isix geger girang nyerengang selapux sax piyax keru bangse Sasak sino.

Berembe ntan Hazairin R. JUNEP rebut nyereng oleh keru senuxn?

Elex buku sine Hazairin R. JUNEP berusahe nyelametang bangse Sasak leman gerapak, kadu base sax cantik dai lainruwe. Ye tao berontok lex aten bilang pepadu Sasak adexn sax ures leman gerixn. Bilang jiwe sax mace buku sine jaxn redemesax te jaux tipax alam indengan, girang, irox asex dait jejah sax besopox. Lagux sax peren gati yesino ite musti ngakux base leman buku sine Hazairin R. JUNEP wah sanggup mbait sax nyereng olex dirix tite sax keru.

Mudahan buku Hazairin R. JUNEP sine bau njaux bangse Sasak jari nyereng .

Rahayu !!

Lombok, 3 Juni 2009

Mencuri Kejernihan Dari Kekeruhan

Apa yang keruh ?

Yang keruh adalah jiwa, ruh, pikiran, tindakan dan perbuatan, moral, etika dan kebiasaan para pepadu Sasak yang kian hari semakin keruh dan terpuruk. Semua itu membawa bangsa Sasak menuju kehancuran dan kehilangan identitasnya.

Apa yang jernih ?

Yang jernih adalah untaian kata dan tulisan indah seorang Hazairin R. Junep yang merefleksikan kegundahan jiwa sekaligus semangatnya untuk menjernihkan semua kekeruhan bangsa Sasak itu.

Bagaimana seorang Hazairin R Junep mencuri kejernihan dari kekeruhan itu?

Melalui buku ini seorang Hazairin R. Junep berusaha menyelamatkan bangsa Sasak dari kehancuran, dengan gaya bahasa yang indah dan unik, ia mampu mengetuk hati setiap pepadu Sasak untuk bangkit dari keterpurukan. Setiap jiwa yang membaca buku ini dengan sukarela dibawa ke alam nostalgia, kegembiraan, kesedihan sekaligus kegamangan. Dan yang terpenting adalah harus diakui melalui buku ini seorang Hazairin R. Junep telah mampu mencuri kejernihan dari ego kita yang keruh.

Semoga buku Hazairin R. Junep ini mampu membawa kejernihan bagi bangsa Sasak, Rahayu !!



Lombok, 03 Juni 2009

Le Wharid Rakhmana

Jiwa keruh yang dijernihkan