Kamis, 12 November 2009

Sasak Memberontaklah!

[Sasak.Org] Saya mulai terbiasa melihat lalu lalang orang berbagai rupa dibawah apartemen, setelah mengintip dari jendela yang memandang ke jalan utama Rozi Luksamburg di Rayon Novi Laninski. Pagi hari saya usahakan jogging 10 menit dan mengulangnya di petang hari. Mulai kemarin pagi udara semakin beku mencapai minus 16 drajad dan malam hari sampai minus 20 drajad. Ketika udara sedingin itu alis dan lingkar mata sampai kumis jadi putih karena titik titik air langsung membeku. Air mata yang keluar karena pedih dan ingus langsung menjadi es serut yang menempel. Tiba tiba mata jadi sakit dan saya cepat lari masuk gedung yang hangat. Ada hal yang berubah soal jadwal makan dan tidur. Orang orang disekitar saya nampaknya tidak punya jadwal makan tetap tetapi terus saja makan sepanjang waktu kecuali saat tidur. Kami tidur jam 24.00 atau lebih larut dan saya bangun jam 6 pagi yang keadaannya seperti subuh di Jogja.Teman teman saya bangun jam 8 atau 9 atau 10. Mereka orang yang tidak terikat oleh jam kerja sebab semua diatur lewat telpon.

Saya berkeliling mengamati toko satu persatu dan juga pedagang yang memajang barang diatas kardus berderet di tepi jalur bis dan gang pasar. Ada yang menjual sayur masyur, ikan, daging dan buah. Saya liaht ada juga yang jual kaki sapi dan jerohannya. Rupanya orang Rusia juga memakan bagian bagian tersebut seperti kita. Waktu melihat warung kecil berupa kotak etalase berisi sayur mayur saya melihat jamur dan daun pakis atau paku. Saya kangen dengan paku dan tengkong manuk itu. Di dasan paku tumbuh sepanjang tahun tapi jarang sekali orang memanfaatkannya. Di Irkutsk saya mebeli 200 gram salad seharga Rp.26000 dan tengkong manuk kecil yang didasan disebut tresex 50 gram seharga RP. 9000. Salad paku itu sebenarnya hanya dipanaskan dengan bumbu bawang putih, merica dan sedikit paprika kering. Kalau di Jogja saya suka membeli di supermarket 4 ikat bisa kami makan sekeluarga dengan harga seribu dua seikat. Lagi lagi saya melihat betapa lemahnya mental orang dasan sehingga tangannyapun tak digunakan untuk memetik paku yang tumbuh disepanjang kokox dan reban di gumi paer. Mendingan mereka momot dan busung lapar atau berkelahi dari pada bertebaran menagmbil manfaat dari alam sekitarnya.

Di Masa Uni Sovyet, pemerintah menjual daging sekali sebulan di toko resmi dengan antrean panjang memegang kupon. Tiap anggota keluarga dapat jatah membeli daging yang harganya murah 2 kg sebulan. Begitu juga untuk kebutuhan lain, mereka selalu antre sebab persediaan terbatas. Kalau mereka membeli di pasar harganya selangit dan tidak mudah. Orang tidak kreatif karena tidak boleh membuat usaha sendiri. Pakaian juga dibagikan yang mutunya jelek dan bisa sampai 5 tahun sama saja. Buku tidak dijual dan semua tersedia diperpustakaan. Anak sekolah dijamin sampai asrama mahasiswa tersedia bagi siapa saja yang menginginkannya. Kamar kamar komunal bisa berisi 6 orang dan berderet deret dengan satu kamar mandi dan satu wc. Rumah tinggal juga dibuat berderet panjang dengan satu wc dan kamar mandi serta dapur yang dipakai bergantian. Saat ini masih ada rumah tinggal komunal bagi orang miskin, sewanya murah dan terjangkau.

Melihat sekeliling apartemen dengan orang orang tua yang bekerja, saya menyaksikan bahwa siapa saja yag mau berusaha hidupnya akan tercukupi. Kemakmuran bukanlah karena melimpahnya makanan dan harta tetapi kemauan bekerja keras dan kesempatan berusahalah yang menentukan. Sayang sekali perubahan kepada demokrasi telah merusak segi segi positif yang telah ditanam dan dipelihara selama 70 tahun, seperti nasionalisme yang tinggi yang kini tak terlihat lagi. Anak anak muda berseliweran tiap senja dengan botol bir serta alkohol lain ditangan. Saya melihat betapa banyaknya apotik dimana mana, ternyata yang paling laris adalah jarum suntik yang bungkusnya terserak dimana mana. Generasi mendatang dalam keadaan bahaya, meskipun sekarang masih minoritas tetapi cepat atau lambat akan merajalela juga. Saya dengar polisi dapat dibeli dengan harga murah. Demokrasi telah memberikan kebebasan berekspresi dan memperluas kesempatan korupsi pula. Situasi dasan ramai sekali orang berebut simpati saat ketahuan korupsi berjamaah di kantor masing masing. Ada oknum penguasa yang minta minta dikasihani oleh rakyat bahwa mereka tidak bersalah yang lainlah yang salah. Demokrasi rupanya juga melahirkan pemimpin bermental kerupuk dimana mana. Ada pemimpi n yang minta dana besar untuk meperbaiki departemennya agar tidak bobrok seperti sekarang. Semua ingin uang besar untuk mengubah kekisruhan yang ditimbulkan oleh penanganan yang salah kaprah dari hulu ke hilir.

Manusia dasan apalagi pejabatnya tak akan dapat diubah meskipun digaji dan diberi makan enak setiap hari gratis. Justru yang tumbuh berkembang adalah kerakusan dan kelicikannya. Perilaku korupsi bukanlah bagian dari kebudayaan sebab ia timbul dari perilaku bejat. Korupsi adalah lawan dari kebudayaan. Kebudayaan adalah budi pekerti yang dikembangkan agar manusia dapat hidup baik dan harmonis. Agama sebagai ajaran tertua sejak homo sapien hadir adalah akar dari kebudayaan yang berkembang sampai saat ini. Seluruh ajaran agama adalah membangun budi pekerti manusia agar tidak mengalami degradasi moral. Ketika manusia semakin banyak dan tidak terkontrol maka mulailah penyakit sosial yang bernama menipu atau bohong. Kita sangat mudah mengeluarkan uang 20 atau 50 ribu untuk menyogok polantas yang setiap tanggal tertentu operasi dan suka mengintip dari tempat tersembunyi lalu hoop pura pura menilang. Kita dan polantas adalah manusia bejat yang melanggar moral kejujuran. Di Negara yang sudah begitu rumit korupsinya tak ada satupun anggota masyarakat yang tak berdosa. Bahkan orang alim yang sangat jujur dan tidak pernah bohongpun ikut makan dari pajak yang dibayar oleh para pembohong besar yaitu seluruh rakyat. Lihatlah bagaimana kita mendidik dengan UN yang dijawab oleh guru agar muridnya lulus. Untuk jadi PNS ada yang menyogok sana sini. Untuk jadi aparat ratusan juta melayang. Untuk menyelesaiakn kasus ada makelarnya silahkan tawar menawar. Saking banyaknya pelaggaran moral maka kita anggaplah korupsi sebagai sudah membudaya. Kita harusnya memasukkan pelacuran, pengemis, gelandangan yang makin penuh, TKI gelap, maling, perbuatan mesum, pornografi, perdagangan anak dan perempuan, serta penyiksaan babu sebagai kebudayaan juga.

Dalam kondisi bobrok seperti ini saya hanya menginginkan satu hal agar negara ini tutp buku secepatnya. Setelah itu kita mulai yang baru sebab kalau sampai Allah turun tangan memberi keputusan akan terjadilah lidah api dari neraka atau guncangan yang akan membalik gumi paer seperti manusia yang sesat terdahulu. Kalau mau ikut menyelamatkan negeri sangat mudah dan sederhana, rakyat jelata semua tanpa kecuali adakan boikot nasioanal dengan tidak keluar rumah 5 hari saja. Jangan rusuh dan anarkis, berdiam dirilah tanpa bicara. Kalau perlu puasa serempak. 240 juta rakyat tidak boleh dikelabuhi oleh segelintir cecunguk korup yang petentang petenteng. Ayo pemuda dan mahasiswa mana dadamu? Jangan bloon, tak ada gunanya menunggu yang tua dan peot, inilah waktu bagimu tentukan, ini negeri dibiarkan rusak atau kalian rekonstruksi agar kembali baru. Pilihan ada ditanganmu!

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP


Komentar dari SO:

Daking&Dulasam: ...

Tiang memang bukan seorang aktivis yang pernah turun ke jalan, apalagi punya pengaruh untuk memobilisasi massa, tapi kenapa beberapa hari terakhir ini tiang sibuk sendiri memikirkan bentuk sebuah gerakan yang bisa disebut pembangkangan nasional di mana dalam kurun waktu 2 atau 3 hari atau bahkan seminggu kita serentak tidak mengindahkan salah satu aturan di negeri ini sebagai bentuk perlawanan kita terhadap kekuasaan yang korup dan tidak punya integritas ini. Tiang juga semakin bingung kira-kira bagaimana format pembangkangan ini, dan aturan mana yang bila tidak diindahkan dalam waktu seminggu tidak akan terlalu mengganggu tatanan sosial ekonomi bangsa.

1
Ada ide selain saran cemerlang Miq HRJ di atas?1

November 11, 2009

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice POST miq
setuju lah dengan tulisan ini 100%

kalau saya pribadi demokrasi yang didengungkan saat ini sebenarnya program barat. Kasus yang terjadi di Rusia adalah program dari GEORGE SOROS . Orang yang berada di balik kehancuran beberapa negara termasuk Indonesia.
Pemimpin2 yang menolak george soros dijamin dijatuhkan! ketika tidak bisa menjatuhkan suatu pemimpin negara, maka moral dan ideology negaranya yang dihancurkan

sayang democracy saat ini berubah menjadi democrazy. Pemuda sasak memberontak? boleh asal jangan menjadi democrazy