Kamis, 02 April 2009

KACA BENGGALA

(ASPPI)  Aku bangun jam 04.00 seperti biasanya dan berangkat dengan angkot jam 06.00. Setelah 40 menit aku pergi ke pompa bensin di Sagan untuk mengurangi beban karena aku tinggal di ketinggian 900 m dari permukaan laut dan Jogjakarta hanya sekitar 100 mdpl. 

Setengah jam aku meluncur dengan angkot lain ke arah Bandara Adi Sucipto dan tiba  jam 07.20. Pada jam itu masih agak sepi dan 10 menit kemudian baru terlihat keramaian, ada penumpang di kedatangan dengan seribu calo kendaraan dan penjemput. Di keberangkatan berjubel antre orang yang hendak bepergian ke berbagai penjuru negeri.

Kuhabiskan waktu melahap dua koran yang senantiasa ku beli di pengasong jalanan. Lalu
beberapa catatan utuk hari ini aku baca ulang dengan cepat. Ada banyak kata yang selalu menjadi duri dalam simpul ingatanku. Kata-kata itu sering terucap salah atau penempatan pada kalimat keliru atau bahkan kata yang keluar adalah lawan kata yang ku maksudkan! 

Hari ini aku mebawa grup kecil sebanyak 22 orang plus 2 orang titipan dari agen lain yang terlantar di Bandara. Sering ada klien yang terlantar karena tidak terjemput atau guide yang disediakan tak mengerti bahasa tamunya.

Perasaanku kurang enak karena aku harus mengelola tamu yang berasal dari setidaknya 3
negara dengan kultur, watak, dan kebiasaan berbeda. Memang mereka menggunakan satu bahasa, tetapi ada beban khusus karena sebagaian besar tamu telah mengenal namaku jauh sebelum mereka datang, bahkan ada yang datang untuk kedua kalinya. 

Dahulu sekali, saat aku masih sangat muda pernah juga aku bawa grup dengan 5 kebangsaan dan lima bahasa. Aku dapat mengatasinya karena keberanianku sebagai anak muda dan pengertian klien atas kekuaranganku sebagai anak yang sedang menempa diri. 

Kali ini ada perbedaan mencolok selain beda kebangsaan, sebagain besar mereka ini membeli tur individu, yang seharusnya dilayani secara privat, satu mobil, satu sopir dan satu pemandu wisata handal! Bukankah mereka membeli tur idividu yang sangat mahal?. 

Beruntung sekali ada diantara mereka yang sudah mendengar reputasiku, bahkan kami 
berbincang soal mengapa mereka akhirnya harus masuk dalam bis dan bukan mobil yang untuk 2 orang. Orang inilah yang kemudian mempengaruhi klien lainnya sedemikian rupa sehingga tatkala aku mulai memperkenalkan diri semua diam dan mendengar penjelasan demi penjelasan dengan tekun. 

Sampai di depan candi Kalasan, aku hentikan bicara tentang hal-hal umum, dan mulailah aku
menjelaskan sejarah lebih dalam. Disinilah aku mulai dengan filsafat dan sejarah agama sejak 3000 tahun SM. 

Kulihat klien banyak yang mulai mencatat informasi yang ku berikan, ini pertanda akan ada serangan balik, ya, pertanyaan yang gampang, sulit, sampai berbelit- belit, bahkan ada yang dibuat-buat. 

Tidak banyak yang spesial selama keliling reruntuhan candi Prambanan yang megah itu. Hanya keliling dan tak boleh masuk ke dalam candi-candi utama karena sejak gempa 29 Mei 2006, yang menelan 7000 korban meningal dan beratus-ratus ribu rumah penduduk rata dengan tanah, candi itu ditutup karena banyak batu yang terlepas dan sewaktu –waktu dapat runtuh. 

Kini aku membawa rombongan ke beberapa tempat untuk mengisi waktu sebelum makan siang, ada waktu sekitar 3 jam untuk melihat- lihat beberapa tempat yang mempertunjukkan segi-segi kultural daerah kami. 

Aku mula-mula mebawa mereka ke museum kecil sebagai perkenalan akan nilai-nilai budaya dan sejarah bangsaku dan kemudian kami berjalan-jalan ke reruntuhan rumah bangsawan yang dahulu sangat berpengaruh. 

Seorang pemandu lokal mengambil alih dan aku mengawal mereka  dengan sesekali menerangkan hal-hal serius yang kurang difahami. Pada saat berada di depan bangunan
utama reruntuhan itu mereka ku beri waktu untuk mengambil gambar, foto session! 

Waktu sekejap itu aku gunakan menyelinap ke sebuah ruangan yang agak suram dan tidak
terawat. Tak ada kulihat penjaga tradisional yang biasanya duduk dilantai atau dikursi kayu. Biasanya seorang laki-laki tua sekali, ah mana ada anak muda sekarang yang mau bekerja seperti itu, orang-orang tua itu adalah relawan sejati. 

Di pojok ruang yang berdebu ada cermin besar denga bingkai keemasan yang sudah rapuh di
sisi-sisi luarnya. Aku melihat bayanganku disitu... Aku melihat agak tertegun dan aku merasa berputar dan tertelan bayanganku sendiri... 

Ini adalah kaca benggala yang bahaya tetapi aku tak dapat melawan, bukan gambarku yang ada disitu sekarang. Aku melihat karnaval manusia yang aku kenal dengan baik. Ada si fulan yang rajin, ada si X yang jahat dan tidak terkecuali teman- teman dan tetanggaku ada disitu. 

Aku mengenali wajah beberapa orang saat masih lebih muda, mereka adalah pekerja di sektor wisata, mereka muda, gagah dan banyak uang. Ada yang bekerja di agen perjalanan, ada  pemandu wisata, ada orang hotel dan restoran. 

Sulit dipercaya apa yang kulihat saat itu, orang-orang muda itu mulai mencuri dari kantornya sendiri dan merintis bisnis yang sama ditempat lain! Sebagian masih bekerja dikantor yang sama tapi mencuri klien dengan menyembunyikan fax bookingan dan membawanya ke tempat lain! Celaka, dia ketahuan karena tagihan tetap masuk ke akunting kantor yang dihianatinya. Celaka, pemandu mulai mencuri dari agen perjalanan yang menmpercayainya... 

Para pencoleng itu rupanya, sekarang megah- megah dengan klien banyak dan menerima
penghargaan dari pemerintah karena berprestasi mencuri tamu dari kantornya terdahulu. Pencoleng- pencoleng juga memandu wisatawan dan terus mencoleng. 

Orang-orang itu hanya berpikir untuk keuntungan saat ini, mereka berkelahi memperebutkan
komoditas yang tidak pernah meningkat jumlahnya. Akibatnya mereka harus menekan
semua pengeluaran. 

Bebepara menekan harga dengan menghilangkan sebagian pelayanan dan ada pula
yang memotong gaji karyawan. Bisnis mulai merosot karena tidak mungkin ada profesionalisme diantara para pencoleng itu. 

Seorang direktur agen perjalanan memanggil pemandunya, dan menawarkan gaji rendah, 40 ribu rupiah per hari. Sang direktur mau memberi pekerjaan minimal 20 kali sebulan tetapi pemandu harus mau dibayar 500 ribu saja, keduanya terlihat senyum dan bersalaman… Sang direktur menelpon artshop-artshop dan meminta jatah pemandunya dipotong separuh untuk dirinya. 

Sepanjang waktu pemandu itu tidur, tamu juga tidur! Bangun hanya kalau sudah tiba di
obyek wisata atau artshop. Seorang pakar wisata dari Jepang mengatakan bahwa dia tak menemukan pemandu wisata selama enam kali ke Jogja! Ketua HPI heran dan berkata, bukankah anda didampingi pemandu selama ini? Sang pakar menjawab, oh tidak, mereka hanyalah penunjuk jalan, kawan!

Aku bertanya kepada sang direktu agen, mengapa begitu rupa buruknya dia mengelola
bisnisnya, dia berkata dengan enteng, agen di Bali menekan soal harga, kalau
saya tidak mau mereka akan pindah ke agen lain! 

Aku bertanya kepada pemandu yang tertidur, mengapa begitu rupa ia melayani tamunya, dia dengan enteng menjawab, jasa saya dibayar murah!

aku katakan kalau ada barang bagus tentu harga juga bagus. Begitu juga dengan jasa, ada harga bagus untuk pelayanan yang bagus! Baik sang direktur maupun pemandu itu tidak percaya padaku... 

Aku lupa, mereka hanyalah pencoleng yang berpakain necis dan berbicara bak pangeran dari
rumah bangsawan yang aku kujungi ini. 

Tiba- tiba sang penjaga tua datang dan berdiri disampingku, dia mengatupkan tangan dan
menyembah kearah kaca besar berbingkai emas yang sisi-sisinya suram, sesuram
bingkai pariwisata kita. 

Aku mengangguk dan keluar tamu-tamu masih mengambil gambar bergantian di pelataran
bangunan utama rumah bangsawan itu. 

Hazairin R. JUNEP

00.40. 80022030

Sasak Sang Pewaris

[Sasak.Org] Kamis, 02 April 2009 11:47
Di dasan kami yang sesak dan pengap sekelompok anak muda yang bersemangat, berbakat dan ikhlas membentuk paguyuban bagi dirinya sendiri. Dimulai dari seorang pepadu yang luka hatinya melihat dasan yang lebih tepat disebut dasan pesok dari pada dasan pusuk. Dasan kami pesok karena wajahnya memang porak poranda. Orangtua dan anak tak terurus bergentayangan pagi dan sore. Hanya kalau siang saat matahari terik mereka bersembunyi. Cerita busung dan kematian ibu dan bayi adalah relief yang terus bersambung mengukir wajah dasan. Keadaan ini lebih buruk daripada dasan pusuk yang penduduknya berekor dan makanannya datang sendiri tanpa bekerja. Sebagian kecil dari orang kota yang beruntung lebih suka membawa makanan kecilnya ke pusuk daripada diberikan pada makhluk bergentayangan di dasan kami.


"Barang siapa yang tidak sayang kepada generasi muda maka dia bukanlah ummatku", hadits ini sangat jelas perintahnya dan mengerikan akibatnya bila dihianati. Tapi manusia dasan kami tak suka membangun manusia dan kemanusiaan. Mereka lebih tertarik membangun menara babel yang menjulang. Menghabiskan uang untuk membeli mobil dan membuat rumah mewah dengan dinding tinggi. Satu tetangga tak kenal dengan yang lain. Tak ada basa basi. Apakah kutukan menara babel itu kambuh juga di dasan kami ini?. Mungkin saja, bukankah kutukan menara babel adalah menghilangnya kemampuan berkomunikasi antar para stakeholder?. Insinyur dan arsitek serta pekerja saling tidak faham bahasanya. Bukankah anggota masyarakat dasan sudah tidak dapat berkomunikasi lagi?. Pepadu yang mencari jati diri terjerumus jadi maling dan semua menyerbunya sampai mati bangkang. Sesudah itu semua cuci tangan. Orang tua kelaparan yang mencuri pisang diarak dan dipenjara 3 bulan sama dengan korruptor besar di kabupaten. Aduhai kutukan babel sedang menimpa dasan kami.

Komunikasi yang buruk dari generasi tua ke generasi muda telah memporak porandakan bangunan kokoh yang menunjang dan melindungi anak bangsa kami. Ikatan kekeluargaan dan adat melepuh oleh panasnya kapitalisme. Pepadu kita menyadari bahaya yang mengancam masa depan ibu pertiwi. Maka paguyuban kecil itu dibentuk agar luka bakar budaya ini dapat diobati sendiri dengan bahan bahan alami yang tumbuh di sisi sisi jalan dasan kami. Beruntung masih ada papux papux yang rajin menanam berbagai pohon kehidupan walaupun hanya menancapkan dan meninggalkannya begitu saja.

Merosotnya nilai kemasyarakatan di dasan kami sesungguhnya berawal dari hilangya para pewaris kepemimpinan sejati Wangsa Sasak. Kini tanggung jawab utama membangun kembali karakter sang pewaris ada dipundak pepadu yang tergabung dalam paguyuban itu. Mereka pucat pasi saat menyadari bahwa tanggung jawab sebesar itu harus diperjuangkan. Banyak tokoh pecundang yang meremehkan paguyuban tapi itu hanya omongan orang kalah. Bung Karno merintis perjuangannya dari kamar kosnya yang sempit dan dia sangat muda saat meneriakkan proklamasi dalam waktu 5 menitan saja. Betapa besar efeknya, dunia gempar dan tidak hanya papux yang kelaparan itu yang merdeka tapi seluruh bangsa jajahan di dunia, berjingkrak melompat girang gembira.

Dasan kami penuh dengan manusia yang tidak merdeka. Berapa banyak kita salah sangka ketika melihat tokoh kita yang jadi pejabat dan anggota dewan serta PNS. Orang dasan memandang mereka yang parlente hinggá terbit liurnya. Mereka mengiri, betapa indah hidup dengan seragam dan lencana. Orang dasan lupa merekalah manusia merdeka sesungguhnya. Saking lupanya, hilang pulalah rasa syukur atas rahmat itu. Lihatlah dengan cermat kemana tokoh kita pergi dengan kendaraannya tiap bulan? Selain ke tempat makan enak dan berkerumun di kantor, mereka datang dengan tertib ke Bank untuk membayar hutang atau petugas bank datang tiap bulan kerumahnya. Apakah warga dasan yang tidak pandai bersyukur itu tidak mau mengerti bahwa sesungguhnya HUTANG adalah pertanda utama dari KEMISKINAN?. Ya, orang parlente itu sebagian besar adalah kaum miskin yang mengelompokelitkan diri.

Sekarang jelaslah perkara di dasan kami, begitu sesak dan memilukan keadaan peri kehidupan mereka yang fakir dan miskin. FAKIR adalah mereka yang tidak punya dan tak berdaya alias miskin absolut. MISKIN adalah mereka yang punya tapi tidak cukup. Tapi sesungguhnya penghuni dasan ini masih punya kualitas bagus, karena masih ada rasa haru dan kasih sayang kepada sesama. Mereka minum kopi dengan cangkir yang sama berempat atau lebih. Kalau tokoh kita melakukan hal kotor seperti korupsi bisa sendiri atau gotong royong. Para pepadu tidak lagi heran mengapa pemerintah tak kunjung bertindak dalam mengatasi krisis demi krisis kemanusiaan di dasan kami. Rupanya tokoh tokoh kita yang memegang kendali adalah orang miskin juga.

Paguyuban pepadu dasan itu sedang berjuang keras untuk menyiapkan para pewaris agar mendobrak keterpurukan dan kejumudan dasan kami. Untuk itu harus digaris bawahi lagi pokok pokok ajaran papux balok kita mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin kuat dan kharismatik adalah hasil pembanguna karakter ribuan tahun. Bukankah Nabi Ibrahim meretas jalan kepada Allah Yang Maha Esa 4000 tahun yang lalu?. Nah para pemimpin besar dunia mendapat ilmu dari Beliau melalui guru dan guru dan guru yang berkualitas dari generasi tua kita. Untuk dapat menjadi pemimpin yang ideal setidaknya ada 4 perkara yang harus dimiliki oleh manusia.

1. Kekuasaan
Seseorang harus berkuasa pertama tama atas dirinya. Berkuasa melawan hawa nafsunya sendiri. Berkuasa untuk menentukan langkah tepat untuk keberhasilkan diri dalam menempuh cita cita. Kekuasaan itu bukan manusia yang buat, tapi Allah yang memberi. Lihat berapa banyak poster mengotori dasan kita tapi hanya satu yang sungguh akan jadi pemimpin sejati. Walaupun diakali dengan uang dan main kayu tapi masyarakat yang sholeh akan mendapat pemimpin sejati dari Allah semata.

2. Tanggung jawab
Seorang yang berkuasa hanya bisa berhasil bila semua perbuatannya disertai tanggung jawab dalam menjaga keharmonisan lingkungan. Seorang calon pemimpin harus dibangun tanggung jawabnya dengan disiplin tinggi berdasarkan akidah yang kuat bahwa segala sesuatu itu akan dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Khalik. Tanggung jawab kepada alam dan seisinya serta tanggung jawab kepada Allah.

3. Kekayaan
Seseorang yang berkuasa dan bertanggung jawab dapat menjalankan semua idealismenya bila dia memiliki harta yang cukup. Calon pemimpin harus mempu mengusahakan kekayaan atau harta yang cukup untuk menjalankan tanggung jawabnya. Kelak bila menjadi pemimpin tak akan menjadi penghutang. CUKUP adalah apabila terjadi keseimbangan antara kebutuhan rohani dan jasmani. Bukan keinginan yang tiada batas yang dapat menjerumuskannya ke penjara karena korupsi.

4. Agama dan IPTEK
Seseorang yang berkuasa dan bertanggung jawab itu hanya bisa menjalankan segala sesuatu dengan berhasil guna bila akhlaknya baik dan ilmunya cukup. Bagaimanapun seorang manusia mula mula harus mengerti tentang dirinya sendiri melalui pendidikan yang sesuai dengan karakteristik kebudayaan mereka. Kebudayaan yang gemilang adalah buah dari peribadi yang berkilau oleh akhlak dan ilmu pengetahuan.

Paguyuban kecil ini sedang membangun manusia dari dalam, karena kita telah capai melihat pemimpin gadungan, TG karbitan dan sarjana aspal dari PT dengan rektor tamatan SMA. Semoga paguyuban ini dapat mewarnai karakter anak dasan kami yang sedang batuk pilek dan mencret akibat stamina lemah karena kurang gizi dan tak sanggup melawan cuaca. Semoga makin berkuranglah orang parlente tapi miskin.Semoga makin pandailah wangsa kami mengucap syukur. Dan semoga Allah selalu memimpin kami dijalan yang lurus. Amiiin Ya Rabbal Alamiiin

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf

Yang Ikhlas
Hazairin R. JUNEP