Kamis, 05 Maret 2009

Sasak Berbisik

[Sasak.Org] Kamis, 26 Februari 2009 19:49
Papuk merebot baru saja bersih bersih setelah sepanjang siang yang terik memacul dan menyirami tanaman sayur di lingkungan masjidnya. Kami ikut duduk mengitari papuk itu. Sambil kipas kipas dia mulai menasihati kami, wajahnya selalu kemos dan teduh. Nikmat sekali berbincang dengan orang tua ini.

Dia menggoda kami dengan cerita ceritanya yang menggelitik dan bikin penasaran. Siang itu dia bilang bahwa akan ada tiga kejutan di syurga akhirat bagi dia kelak. Satu, bahwa dia tidak bertemu dengan orang yang sangat ia kira akan ada disana. Dua, bahwa dia bertemu dengan orang yang sama sekali tak pernah ia perhitungkan akan masuk kesana. Tiga, adalah kejutan luar biasa dan tak terkira kalau papuk sendiri menemukan dirinya ada disana.

Meskipun ada saja diantara kami yang menanyakan hal bodoh, papuk selalu memberi jawaban yang mengandung misteri baru. Sudah bodoh sipenanya dihadiahi lagi dengan cerita yang lebih susah. Pantaslah kalau kami ini kelompok anak bodoh yang senantiasa wajib bersyukur bahwa kami masih terus punya kesempatan unutk belajar dan belajar. Oh, alangkah nikmatnya belajar itu. Kami tak tahu bahwa orang sesholeh papuk merebot ini tak berani memastikan bahwa dia akan ada di syurga kelak!

Dunia ini penuh dengan ketidak beresan, penuh dengan para pendosa, penjahat, pencoleng, penipu, tukang zina, koruptor, waduh tak cukup tempat untuk menuliskan yang jelek jelek. Mengapa begitu banyak hal jelek di dunia ini?. Karena kita memang suka mengoleksi, memelihara dan melihat pesatnya pertumbuhan kejelekan dunia ini. Apakah kita sanggup menghilangkan kejelekan itu dengan berbuat kebaikan? Tentu tidak, karena kita tidak seharusnya punya target untuk memusnahkan hal buruk. Kita hanya berusaha menjadi baik, berbuat baik dan terus menjaga kebaikan kita. Kalau kita sudah punya kebaikan barulah kita tahu betul bahawa ada banyak yang kurang baik dimana mana. Sebanyak ketidakbaikan itulah kita harus perbuat kebaikan, dalam lingkup kesanggupan kita. Ibarat kita berdiri dalam gulita malam, kita hanya perlu dilah jamplung yang cukup menerangi lingkar seluas langkah kita ke depan. Kita tak perlu menerangi seluruh desa kalau kita hanya mau mengikuti jalan setapak menuju surau kita. Setelah menggenggam dilah jamplung itu jangan lantas sibuk memelototi kegelapan yang tiada batas itu.

Seorang pencuri mengendap endap menengok kiri kanan akan membongkar kandang kambing tetangganya. Seorang anak kecil yang baru pulang mengaji di tempat papuk merebot mengintipnya. Ketika maling itu terus saja mengendap dan menengok kiri kanan, depan belakang, anak itu berbisik: " tuwax gitak andang atas!". Paman lihat ke atas! Maling itu serta merta mendongak tapi kosong. Dia maju lagi mau membuka pintu kandang, anak itu mengulang lagi bisikannya. Maling itu melihat bintang gemintang yang jumlahnya lebih banyak daripada butir pasir diseluruh pantai bumi ini. Maling itu melepaskan pintu kandang dan berabalik pergi menjauh. Entah apa yang membuatnya mengurungkan niatnya mencuri. Mungkin salah satu bintang itu berkedip padanya dan menembus jantung hatinya yang gulita. Untung ada bisikan anak kecil itu. 

Di Tanah Sasak ini, ada ribuan orang yang mencoba membuka pintu kandang dan banyak sekali yang berhasil. Penjara makin penuh, rumah sakit makin ramai karena para pembuka pintu itu telah  mendapatkan hasilnya. Apakah masayarakat tak tahu tentang hal itu? Oh… tentu saja mereka sangat tahu, tapi hati mereka sudah gundah gulana dan penuh dengan kebencian. TG juga tahu bahwa banyak pencoleng dan pezinah dimana mana tapi mereka sudah lama jadi modern dan menganut demokrasi. Jangan mengganggu kenikamtan orang lain!. Itu HAM! Itu privacy!. Gumi Sasak memerlukan anak kecil untuk membisikkan SMS (Selamatkan Manusia Sasak) pada orang orang yang mulai gatal untuk berbuat curang. Masyarakat Sasak yang beringas dan saling hasut sampai bunuh bunuhan tidak kunjung sadar karena kita selalu menunggu seorang TG untuk membisikkan SMS. Setelah semua rusak ternyata para TG yang dianggap ulama atau para ulama yang disebut TG saling tuding menyalahkan yang lain.

Seandainya kita setia memelihara kepolosan kekanakan kita dalam menyampaikan kebenaran niscaya kita tidak akan sesusah saat ini. Kanak kanak selalu polos tanpa tedeng aling aling apalagi tujuan tersembunyi ala politikus. Mari kita mulai berbenah diri, bila kita sendiri dapat menjaga kebersihan diri, ketulusan dan keikhlasan menjaga keselamatan bangsa kita insayallah satu kata yang kita bisikkan akan efektif menghentikan sebuah kejelekan dimuka bumi ini. Sembari kita angkat dilah jamplung masing masing mari kita telusuri jalan yang lempang.

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf

Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Glossarium:

Papuk Merebot : mbah penjaga masjid, Marbot

Kemos : senyum

Dilah Jamplung : lampu/obor kecil dari buah jamplung yang ditumbuk dan dikeringkan

Tidak ada komentar: