Kamis, 05 Maret 2009

Sasak Demokjangkih

[Sasak.org] Kamis, 25 Desember 2008 12:44
Sebagai anak bangsa Sasak saya senang sekali menikmati lagak ragam sastra bertutur orang Sasak yang mencakup segala gaya dan genre. Ada banyak macam sastra tutur dari yang religius sampai yang awam. Ada satu kebiasaan orang Sasak dalam bertutur baik sedang bersastra ria maupun sedang serius. Kebiasaan dalam mengucapkan kata dengan cara mengubah bunyi atau merangkai kata dengan akhiran yang menunjukkan kata asli Sasak. Meskipun orang yang suka memelesetkan kata itu diolok sebagai orang yang sanyax alias sembrono atau sembarangan tapi hampir setiap orang dapat melakukannya sambil kemos atau senyum senyum.

Salah satu kata yang dipelestkan bunyinya adalah DEMOKRASI menjadi Demokjangkih. Kebiasaan mempelesetkan kata itu terjadi karena kebanyakan orang Sasak tak dapat dengan baik mengucapkan kata serapan asing smisal Reformasi yang menjadi repotnasi, Concern dan Konsentrasi dijadikan satu yaitu konsen meskipun makna kedua kata itu jauh berbeda. Selain gagal melafalkan kata itu merekapun tak begitu tahu arti sebenarnya.

Sebagian besar kita menerima apa adanya, tidak pusing bertanya, apa yang datang dan dikerjakan pemerintah langsung diambil dan kemudian akan begeremon atau menggerutu. Demokrasi misalnya diterapkan begitu saja, tak ada yang bertanya kritis sebelum semua setuju. Gumi Sasak seolah telah menjadi Rekiblik Demokratik Sasakstan! Demokrasi masuk dengan pemaksaan tentu saja, tak peduli mau ditentang atau tidak. Cara masuknya sama dengan ideologi lain, memaksa!

Demokrasi bagi Bangsa Sasak yang terpelajar adalah yang paling baik dari semua sistem yang ada. Setidaknya demokrasilah yang dibiarkan hidup oleh kapitalisme modern. Supaya kita tahu serba sedikit demokjangkih atau demokrasi itu seperti apa nanti kita periksa contoh yang ada. Kalau dahulu ada sosialisme dan komunisme sebagai tandingan demokrasi sekarang masih tinggal sedikit dibeberapa negara yang dipersulit oleh USA kecuali China. Demokrasi sebagaimana dikatakan diatas adalah satu satunya yang dibolehkan hidup oleh kapitalisme. Kapitalisme adalah ibu dari imperialisme yang mengembangkan kolonialisme dimana banyak praktik rasisme seperti Apartheid, di Afrika Selatan dan Indonesia. Setelah hancurnya kolonialisme dan runtuhnya imprealisme kemudian hancur pula komunisme di Uni Sovyet, maka sang kapitalis menggunakan strategi neoliberalisme, nah kebetulan ada alat bagus yang tersedia gratis dan dapat ditunggangi namanya demokrasi. 

Demokrasi dalam praktiknya memerlukan kesiapan lembaga pelaksana dan pengawas dan harus didukung oleh ekonomi dan keamanan yang stabil. Masyakatnya harus memiliki kelas menengah sebagai penopang. Kalau tidak stabil sang kapitalis akan hengkang dan mengintip terus agar dapat memancing di air keruh dan kelak akan memancing di air bening juga. Di Rekiblik Demokratik Sasakstan, tidak ada faktor pendukung untuk dapat melaksanakan demokjangkih dengan kaffah. Bangsa Sasak itu kalau melakukan apa apa dengan kaffah. Terutama kalau menganggap demokjangkih paling baik, kaffah sekali.

Kata orang demokjangkih itu banyak dilaksanakan tapi penuh kebohongan, seperti kasus Amerika Latin, para diktator tumbang tapi setelah itu calon calon yang akan dipilih adalah orang yang terlibat pada regim diktator terdahulu itu. Ada bekas pejabat yang merupakan pendukung regim. Ada pengusaha minyak dan bekas jendral orang dekat sang diktator. Orang senang sekali karena mereka merasa sudah bebas memilih sendiri presidennya. Padahal tiap partai politik didukung secara ekonomis oleh perusahaan besar yang kelak akan menyetir mereka sesuai kepentingan masing masing. Orang berpikir kalau diktator memakan sendiri uang bermiliar miliar tapi dengan demokrasi setidaknya uang itu dapat terbagi bagi.

Saya pernah dapat bocoran rahasia tingkat tinggi di tahun 2005, meskipun belum 25 tahun dibuka saja demi untuk membangunkan warga Rekiblik yang sedang momot agar tidak diam saja kalau anaknya yang mahasiswa ikut berdemo dan merusak gedung UNRAM.

Di Afrika ada sebuah negara kecil yang dipimpin diktator selama berpuluh puluh tahun dan keadaan negeri itu sangat buruk. Tak ada yang peduli sama sekali, sehingga sang diktator berbuat semau gue. Di Sapnyol tinggalah seorang tokoh yang diasingkan oleh diktator itu. Negara itu bernama Guinea. Suatu ketika ditemukan minyak, maka berbondonglah kapitalis dari USA, Peranci dan Spanyol. Mereka masing masing medirikan perusahaan minyak besar, 8 Amerika, 2 Perancis dan 1 spanyol.

Yang pertama tama dilakukan oleh 3 bangsa kapitalis itu adalah bertanya kepada tokoh yang diasingkan mengenai apakah kontrak mereka akan dijaga apabila dia menjadi presiden. Sang tokoh menjawab: "Tentu saja". Merekapun serempak berkata, " Kalau demikian kami akan membantumu menjadi presiden". Demikianlah sang tokoh mulai menandatangani kontrak kepada berbagai perusahaan. Salah satunya adalah kontraktor yang akan menangani pembangunan jalan, RSU dsb. Akhirnya sang tokoh dan kawan kawan pulang dan membangun negerinya, hasil minyak dinikamti bersama sama. Demokrasi tidaklah buruk bukan?

Irak dihabisi karena ingin menegakkan demokrasi, sebelunya Afganistan dan Indonesia remuk redam, rakyatnya bebas berkoar sesuka hati, menerbitkan majalah porno menduduki ranking kedua setelah Swedia, bedanya di Swedia orang menjual majalah seronok ditempat tertutup sedang di Indonesia di pingir jalan, hantam kromo saja. Entah siapa yang telah menandatangani kontrak dengan siapa sehingga demokrasi diambil begitu rupa compang campingnya. 

Demokjangkih akhirnya sama saja dengan yang lain, toh kita tetap saja inlander yang tak sangup mengelola sendiri kekayaan SDA, SDM apalagi poleksosbudhankam. Jangan jangan semuanya masuk kontrak. Kalau sampai Datu Kerekek mengetahui bahwa kita menzalimi diri macam begini, pasti dia akan mentertawakan dan berkata: "Wahai penghuni Rekiblik Demokratik Sasakstan, kalian akan hidup senang, sejahtera, damai dan melimpah, laun lamun wah muni GUK!" (tunggulah kalau sudah bunyi guk!).

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP

Glosarium :

Laun lamun wah muni GUK! = Adalah pepatah Sasak kuno yang bermakna,
hal itu tak akan terjadi.

Tidak ada komentar: