Senin, 22 Juni 2009

Sasak Sang Calon Juara

(Sasak.org)
"Buah nanas buah belimbing
Dibuat rujak segar rasanya
Nilai Unas tak terlalu penting
Akhlak mulia lebih utama".
SMS untuk Hassan dari gurunya).

Assalamualaikum wr wb.

Selentingan tentang kecurangan pelaksanaan UN masih terdengar dimana mana dengan versi cerita berbeda tapi intinya adalah pembiaran atas pelanggaran aturan main. Ada yang mengatakan bahwa siswa saling beritahu lewat HP atau guru mengoreksi lembar jawaban dan lain lain. Apapun itu, dari gosip liar kita dapat menangkap keresahan,dan ketidak siapan semua pihak untuk melaksanakan UN. Guru tidak yakin muridnya bisa lulus apalagi murid. Banyak orang tua yang panik tiap kali dilaksanakan UN. Tapi entah sudah berapa tahun kejadian yang sama berulang tanpa adanya usaha besar besaran dan sungguh sungguh dalam meningkatkan kebiasaan membaca dikalangan anak dasan kita. Setelah kejadian kasus Prita dan Aseng tiba tiba masyarakat jadi sangat ketakutan mengungkapkan kejadian yang menimpa murid saat UN. Kita jadi tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi setelah kelompok airmata guru kurang terdengar lagi kiprahnya.

Anak anak ini adalalah generasi harapan Bangsa Sasak yang mudah mudahan menjadi Sasak Kelet dan insyaallah menjadi Sasak Lokax kelak. Modal utamanya tidak jauh jauh, ya apalagi kalau bukan sifat asli anak dasan, PAGAH. Pagah yang tak dapat ditaklukkan dalam memegang prinsip kebenaran, pagah yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan dalam menjalakan hidup yang polos, jujur dan berani mengambil resiko.

Di Gumi Selaparang ada 9 SMA yang tak dapat meluluskan satupun muridnya dalam UN tahun 2009 ini. Saya terusik sekali dengan keadaan itu. Apakah mungkin kesalahan baca pada komputer atau memang guru di SMA tersebut ádalah para malaikat yang tak tertarik menipu beramai ramai. Kalau mereka betul malaikat mengapa banyak murid yang meraung raung dan putus asa karena tidak lulus. Seharusnya lulus diterima dengan senang sebagai hasil kerja keras dalam belajar dan gagal diterima pula sebagai hal yang merupakan pembelajaran untuk kesempatan berikutnya. Apalagi sekarang tersedia paket C yang lebih sederhana. Kalau belajar sungguh sungguh pasti bisa melewati ujian. Jika memilih untuk mundur berarti tidak dapat ijazah, Namur sudahkah para sesepuh kita di dasan mempersiapkan terune dan dedarenya yang tanpa ijazah ini untuk menjadi generasi mumpuni yang tetap siap bekerja keras mencapai cita cita dengan cara yang berbeda dan melalui jalar lain yang kurang populer? Disinilah dibutuhkan para TG dan sesepuh yang banyak ikut momot meco di seantero gumi Sasak agar serentak bergerak bahu membahu mengawal mereka maju maraih masa depan yang gemilang. Tiap anak dasan hendaknya diberikan pengetahuan akan visi dan misi yang jelas sejak dini. Visi adalah cita cita ideal yang memandang jauh ke depan bagaikan cita cita setinggi bintang. Misi adalah tekad mengoperasionalkan visi itu agar dapat dilaksanakan. Sejauh ini kita hanya mendengar orang berceramah dari tahun ke tahun bicaranya hanya cita cita yang tak pernah di berikan cara operasional untuk meraihnya.

Kami secara teratur mengadakan pengajian dan TPA sejak anak masih balita, dan ustad yang mengisi pengajian tak henti hentinya menghimbau agar kita banyak bersedekah dan mendidik anak agar menjadi generasi terbaik di negerinya sendiri. Kampung kami hanya begini begini saja keadaannya, entah berapa TG telah mengajar seperti ustad itu tapi tetap saja kami terpuruk. Mereka memang mengajarkan untuk banyak bersedekah tapi mereka linglung bahwa kami perlu diajar mencari harta dan rezeki yang dapat membuat kami bersedekah. Potensi kampung kami tak juga dikembangkan sedang penghuninya adalah orang yang kurang pendidikan dan pengalaman. Di dasan juga sama saja, kami disuruh banyak membaca tapi tak ada satupun dari orang yang pandai cermah itu membangunkan perpustakaan, bengkel ketrampilan, pusat kebudayaan dimana kami bisa berkreasi. Terus saja disuruh besedekah dan penghuni dasan tetap saja tidak bersedekah. Sang TG menyindir karena kurangnya masukan dari sedekah sang manusia dasan menyindir kalau TG cuma omong saja dan tak melihat kesusahan jamaah.

Di Singapura pasti ada juga TG atau Ustad yang mengajarkan demikian terus menerus tapi Lee Kwan Yew tidak pernah ikut pengajian dan dia terus membangun manusia sehingga orang orang China perantauan merasa Singapura ádalah tanah tumpah darahnya. Mereka bekerja keras sekali dan rajin membayar pajak, setia menjaga kebersihan dan sekolah serta rumah sakitnya jadi rebutan seluruh bangsa di dunia ini. Ada 15% penduduk Singapura yang muslim dan terus dijejali pengajian ala TG tapi prestasi dan peran mereka minim dan banyak yang akhirnya minder. Kaum Melayu itu kiranya sama dengan anak dasan yang merasa punya tanah air dan hanya sampai disitulah yang diandalkan. Semangat belajar rendah dan malas berusaha, kalau ada orang luar yang berprestasi mereka kurang suka. Tentu akhirnya minderlah yang akan menggerogoti hidup mereka.

Bangsa Sasak punya keunggulan yaitu PAGAH dan JUJUR. Sifat ini dapat menjadi modal besar untuk membangun Lombok sebagai Tanah harapan dimana ketika semua manusia rontok oleh penyakit dunia, bangsa Sasak akan berdiri dan tertawa yang terakhir. Manusia Pagah adalah manusia yang sanggup menghadapi kompetisi dan cobaan seberat apapun. Manusia Jujur ádalah manusia tangguh yang tak dapat ditawar tawar dalam soal prinsip dan nilai kebenaran. Orang Pagah selalu dapat memimpin diri dan orang lain dalam keadaan buruk sekalipun. Orang Jujur dapat selamat dalam keadaan krisis yang terberat. Inilah yang seharusnya dikelola sebagai pintu masuk para sesepuh dalam membangun karakter anak Bangsa Sasak. Hendaknya para penceramah memberi jalan kepada jamaahnya agar dapat memperaktikkan topik ceramahnya. Jangan suruh orang shalat sedangkan mandi saja belum pernah. Kita ajari kebersihan dan membuat sabun terlebih dahulu. Sabun dapat dijual untuk membeli sarung baru kemudian praktik shalat berjalan dan sedekahpun akan mengikuti.

Bangsa Sasak sedang tertatih mengejar bangsa lain yang sudah bersedekah dan makmur. Bangsa Sasak lari keluar dan mengejar kemakmuran di negeri asing, mereka pikir uang dapat menjadikanya hebat. Uang yang mengalir dari para TKI tak membuat kemakmuran karena sedekah tapi nilai nilai kehidupan yang saling asah asuh dan asih menjadi tergerus sedikit demi sedikit. Sekolah harus dibenahi, guru harus diuji lagi karena mereka banyak menipu kredit poin dan lalai mengajar. Masyarkat harus dibenahi, tidak ada kata terlambat, masíh lebih banyak orang baik daripada yang buruk. Tapi satu orang jahat di dasan dapat merusak semua yang baik. Oleh karena itu mari kita bangun akhlak yang mulia yang disandingkan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dapat mendorong semua beramal sholeh. Insyaalh Anak Bangsa Sasak akan mengukir sejarah kemanusiaan dimasa depan, Amiin Ya Rabbal Alamin

Wallahualam bissawab
Demikian dan maaf

Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: