Selasa, 30 Juni 2009

Sasak Yang Piawai

(Sasak.org) Saya mengira hanya tukang momot meco yang tidak mau belajar yang bisa bikin saya kelinggitan, ternyata anak Bangsa Sasak yang menggondol title akademis tertinggi pun bisa bikin keki. Saya tentu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan tidak bermaksud su'uzon tapi sekilas saya menangkap keterjebakan tokoh kita ini dalam pola pikir yang dependen sekali. Bagaimana tidak kelinggitan, saya berpandangan bahwa memiliki hak paten adalah kesempatan paling langka untuk 230 juta bangsa yang ada di Nusantara ini dan lebih langka lagi khususon bagi anak Bangsa Sasak.

Mengapa saya begitu menyayangkan keputusan sang cendekiawan yang melepaskan kesempatan mengangkat harkat martabat 3 juta bangsa Sasak, dan menukarnya dengan sekedar title yang hanya berlaku di lingkunagn akademis atau kampus saja. Dulu waktu SMA kasek saya beprestasi nasional dan kepala SMP saya berprestasi nomor satu nasional dan sangat diincar pusat, beliau tidak mau sebab ingin tinggal di Lombok saja. Saya membayangkan seandainya beliau menerima tawaran itu niscaya kita punya dirjen atau menteri. Itu tahun 80-an. Kakak saya seorang jenius dengan nilai hampir sempurna sejak SD dan autodidak tulen dalam ilmu pasti dan teknologi, sayang dia tidak berani mengambil langkah besar untuk minggat dari gumi paer dan terima hanya sekolah PGSLTP. Seandainya dia ke Malang atau Jogjakarta niscaya kita punya pakar IT pertama Bangsa Sasak di tahun tahun awal kemunculan komputer. Menyesali nasi yang sudah jadi bubur tidak baik, maka bubur itu kita harus buat spesial dengan telur dan ayam pelalah. Kelak bila kita memasak hendaknya menakar air dan pengatur panas agar nasi jadi pulen dan sedap. Manusia Sasak ke depan, dengan demikian, akan menjadi manusia matang, berdikari dan sedap dipandang karena ketokohannya mendunia. Bersama dengan Kangkung, Pelecing dan Brugax Elen yang siap kembali mempersenjatai pepadu dan dedare , para sarjananya perwira, pemudanya kesatria dan pemimpinnya integrasionis. Inilah daftar panjang keistimewaan intergritas anak bangsa Sasak masa kini dan masa depan.

Setelah saya indeng indeng dengan kapasitas orang menyesal tingkat dasan, saya mencatat hal hal besar yang mempengaruhi pepadu dasan dalam mengambil keputusan yang menentukan hidupnya.

Fikiran
Seorang anak dasan pertama tama harus mampu membebaskan keterbelengguan berfikirnya. Belenggu itu datang dari mitos mitos yang dikembangkan oleh orang lain untuk mengambil keuntungan dari kepicikan kita. Mitos merajalela di dasan, seperti mitos kebangsawanan, mitos goib dan mitos klenik.

Mitos kebangsawanan menghambat orang untuk menggugat ikatan istimewa segolongan orang sehingga kesempatan maju dikontrol satu fihak.
Mitos Goib, biasanya dikaitkan dengan keistimewaan seorang yang dianggap mendapat wahyu atau karomah sehingga dia dianggap mempunyai hak jadi pemimpin spiritual, yang sekali lagi menyebabkan penguasaan tertentu atas hajat orang banyak di satu fihak saja.
Mitos kelenik, masih adanya masyarakat yang mengkultuskan sesuatu atau seseorang karena mempunyai kekuatan supranatural. Kelompok masyarakat klenik ini menjadi santapan fihak lain, karena diekploitasi dengan tipuan dan permainan ala dukun.

Pembebasan fikiran itu sudah dimuali sejak lahir saat ayah mengazankan dan mengikomahkan sang bayi, tapi lambat namun pasti lingkungan yang penuh mitos itu membentuk mental blok yang dahsyat sehingga terbawa sampai tua. Syahadat adalah pembebas fikiran manusia, karena satu satunya batas adalah syirik. Manusia yang tidak syirik inilah yang dapat mengontrol daya fikirnya yang terintegritas.

Kalbu
Kalbu yang sifatnya bergolak, berputar dan berputar adalah seperti halnya mata, hanya alat kelengkapan saja. Kalau mata adalah jendela hati, maka hati adalah filter dari fikiran itu. Mata dapat melihat yang jelek dan yang cabul kalau tak ada kendali dari fikiran dan filter dari hati. Inilah yang disebut rasa. Rasalah yang menentukan penggunaan alat alat itu dan semua alat kita.

Kelak tiap alat yang terlibat akan mendapatkan perlakuan sama didepan pengadilan terakhir untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Bukankah kita adalah alam kecil dengan planet yang berputar ditempat masing masing? Jagalah planet planet kita agar tidak meledak karena bertabrakan. Kalau bertabrakan kita menjadi gila dan bagai meteor akan melayang dan jatuh berkeping.

Amal sholeh
Ketika kita sudah bebas dalam berfikir, kitapun bebas bertindak. Kebebasan kita itu dibatasi oleh kebesan dan hak orang lain sehingga sebebas bebasnya masih tidak bebas juga, apalagi kita telah bersyahadat pula. Lantas apalagi yang dapat kita lakukan selain beramal sholeh selama hidup kita. Untuk dapat beramal sholeh kita harus mempunyai integritas, loyalitas dan kesediaan berkorban.

Integritas berarti menjaga kualitas diri sebagai manusia utuh yang bermutu tinggi karena kemampuan berfikir menyeluruh dan berpandangan luas.

Loyalitas adalah kesetiaan pada janji pati yang berpegang teguh pada akidah, sebagai buah dari syahadat. Sehingga dalam mengambil keputusan tidak ada keraguan dan ketakutan selain kepada Allah. Ditingkat ini pangkat, jabatan, uang dan iming-iming lain tak akan berpengaruh.

Kesediaan berkorban, suatu tindakan yang dilandasi keberanian mengambil resiko apapun karena berprinsip semuanya milik Allah. Seorang dapat mengorbankan diri karena ia berfikir bebas dan loyal maka oleh karena itu ia mengerti skala priotas dalam hidupnya. Mana yang utama, membawa manfaat lebih besar dipilih dari yang tidak penting dan mnedatangkan mudarat.

Kembali saya membayangkan seandainya kita dapat menata diri menjadi manusia yang berintegritas tinggi, maka kita dapat memilih sesuatu yang lebih besar yang akan membawa kita kepada keuntungan lebih besar bahkan bukan untuk kita pribadi tapi untuk seluruh anak Bangsa Sasak dan seluruh manusia. Gelar akademis itu mudah sekali didapat tapi kesempatan besar untuk menyelamatkan dan memberi kesempatan banyak bagi anak bangsa untuk meraih title akademis, tidak akan datang dua kali.

Marilah semeton jari inax amax kita buka diri dan rasakan dengan seksama apakah kita sudah memasang niat untuk belajar, bekerja dan beramal dengan menimbang sebesar besarnya manfaat bagi segenap anak manusia, khususnya bagi anak Bangsa Sasak. Janganlah kita terjebak pada kepentingan pribadi yang sempit dan sesaat.

Wallohulambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat Hari Raya Idul-Fitri, Mohon Maaf lahir Batin