Senin, 29 Juni 2009

Sasak Yang Telanjang

(Sasak.org) Lombok tidak hanya lebih indah dari Bali tapi dari semua negeri lain, karena Lombok adalah tanah airku! Baik Tidak baik Seleparang lebih baik! Ungkapan yang berkata, Bali dapat dilihat di Lombok menandakan ketergantungan dan rasa minder manusianya. Mau Promosi? Di Lombok juga bisa Lihat Malaysia, Timur Tengah, Jawa dst. Bukankah ratusan ribu mantan TKI dan keluarga TKI sangat berbau bau Malaysia dan Arab?. Itu tidak berarti apa apa. Oleh karena itu marilah kita putar kepala kita ke kiri kanan depan belakang atas dan bawah. Lihatlah apakah kita bicara sambil bertindak atau hanya bangga di tempat saja? Bagaimana mau bangga dengan masyarkat bali yang 10% yang sudah mendarah daging jadi Bangsa Sasak tapi masih belum kita perlakukan sama dengan semeton sendiri? Apakah Bali yang dilihat di Lombok itu adalah Bali pengecualian?. Kecuali bahwa di Lombok mereka hidupnya tidak sehebat Bali yang di Bali.

Gubernur Lombok sudah dipegang oleh orang Sasak. Tapi gubernur darimanapun hanyalah seorang manager saja meskipun diambil dari datok datok dan Tuan Tuan Tidak akan membawa perubahan karena masalahnya adalah masyarakat Sasak yang tinggal di Gumi Paer sendiri masih morat marit, pendidikan rendah, kesehatan buruk, ketrampilan jauh dari harapan, itu ibarat Jendral Naga Bonar memimpin korban gempa untuk berbaris rapi dalam menyelamatkan diri. Lihatlah terlebih dahulu rohani rakyat sudah tenangkah, jasmani rakyat sudah normalkah, adakah kita sudah memberi pilihan yang memungkinkan mereka untuk berkata aku bisa maju! Sudahkah kita berfikir tentang membangun karakter yang kuat?. Harapan itu masih jauh panggang dari api.

Identitas Kesasakan sangat Rapuh. Pemimpinnya saja sisebut Tuan Guru atau Datok! Mengapa bukan Amax Guru dan Papux! atau lebih tinggi lagi Balox! Tuan tidak pernah ada dalam khasanah budaya Sasak sebelum kemerdekaan. Apalagi Datok yang diambil begitu saja dari Minangkabau kelak akan ada juga Buya. Kalau kiyai haji yang dari jawa sudah lama nempel kayak perangko. Ada juga yang nggeremon menyebut Ninik Tuan, entah apa maksudnya.Kalau berbahasa saja bingung bagaimana mau lempeng? Kakak Tuan? Adik Tuan? Papuk Tuan? Cucu Tuan? Tuan siapa? Makanya TKI disiksa dan diusir, ngomong saja bikin bingung orang.

Kemajuan disegala bidang yang diklaim Bangsa Sasak belum sampai pada perilaku kesasakan yang mencerminkan karakter khas. Lihat teruna dan dedare yang tidak pernah becus berpakaian ala Sasak. Mereka akan pandai bercuap cuap kalau ada kontes ratu ratuan Sasak. Pakaian adat perempuan Sasak adalah salah satu desain terindah dan efektif sesuai dengan negerinya. Belum pernah ada model terlihat memakai lambung berlenggak di papan kucing bahkan gadis di Lombokpun tak memakainya. Seharusnya desainer lokal mengakali dengan bijak, seorang dedare dapat menggunakan dekker dan menutupi bagian atas badan dengan lambung dan stocking dan celana panjang yang sesuai dibagian bawah atau pakai kain tenun. Sampai sekarang tidak ada keberanian untuk menerobos dalam hal berpakaian.

Semua anak Bangsa Sasak sangat suka makan yang enak enak bikinan inax kita, seperti Beberox, Urap dan Pelecing. Itu baru sebagian kecil karena masih ada ribuan makanan khas tapi tidak juga ada pengembangan kuliner agar makin bervariasi. Berapa banyak dari kita yang sungguh sungguh mempelajari bagaimana membuat sambal beberox dan pelecing dengan rasa Standar? Masing masing membuat makanan itu dengan rasa yang berbeda, berapa kali membuat sebanyak itupula banyaknya perbedaan rasa. Karena membuatnya angin anginan maka seringkali warung yang ada di dasan buka tutup sesuka hati. Rasa makanan yang tak standar adalah cermin kurang teguhnya hati. Selain rasa pedas apalagi yang kita tonjolkan?

Cobalah kita jujur, apakah generasi kita yang sekarang ini becus berbahasa Sasak dengan baik. Kebanyakan mengelak dan berkata bahwa dia tak bisa bahasa halus. Siapa yang suruh berbahasa halus, memangnya mau bicara dengan makhluk haluskah? Bahasa Sasak itu sama diseluruh gumi paer mau pakai dialek yang mana saja dari yang 4 macam shahih saja. Mau campur aduk juga boleh, komunikasikan diri dengan jelas sebagai bangsa yang jelas. Mengaku bangsa Sasak tapi bahasanya tidak becus padahal lahir dan besar disitu juga. Silahkan pakai mamix sebagai tanda sayang pada lelaki lain tapi mamix bini itu adalah bahasa bingung. Karena mamix adalah untuk AMAX, bukan? Diminutif dipakai untuk rasa sayang bukan rasa hormat. Kalau mau hormat pakai saja Yang Mulia Inax Tegining, Yang Mulia Amax Teganang, eh base Sasaknya bagaimana? Nah, kan memang tidak ada, apakah kita mau bikin?. Kalau begitu saya pakai jurus maut bangse Sasak; silax tiang ngiring.

Kemajuan tanah Selapatrang 100% tergantung dari tangan terampil dan keteguhan hati anak bangsanya. SDM yang memiliki ketrampilan dan ilmu kalau sudah kembali ke gumi paer tiba tiba jadi lumpuh tak berdaya. Sedangkan mereka yang sudah duduk di kursi kekuasaan setengah hati mendorong dan mengangkat harkat martabat bangsanya.
Dari sisi manapun SDM Sasak ini dapat kendala karena tidak adanya ikatan yang kuat antara yang muda dan yang tua terutama diantara sarjana baru dan pejabat. Pejabat yang bekerja sebagai kerbau dicucuk hidungnya tidak bisa berbuat apa apa karena tidak biasa mengambil keputusan dalam hidupnya. Bahkan untuk berhenti jadi pegawai saja tidak berani tapi ngomel terus sampai pensiun dan mati sebelum sempat membuat perubahan kecil yang dapat mngubah hidup diri dan anak bangsanya. Sebaliknya papadu Retour aux champs (orang yang kembali ke kampung halaman) merasa semangatnya sudah sampai diubun ubun minta diperhatikan dan tancap memaksa pejabat untuk memberi tempat. Enak saja kelakuan macam Arya arya Sasak yang Cuma mau menuntut hak tapi kewajiban tidak dilaksanakan. Rasa hormat antara mereka tidak terlihat sama sekali. Yang muda nggeremon bahwa mereka lebih pintar dari para pejabat. Para pejabat melirik dengan satu mata pada pepadunya seolah berkata, kamu masih bau kencur! Nih lihat aku sudah mau pensiun saja cuma jadi pejabat tidak terpakai kayak jas hujan di musim panas!
Lama lama pejabat dan pepadu sarjana hanya saling ejek seperti kebiasaan anak anak dasan saling polox olox!

Sudah waktunya anak bangsa Sasak berembuk duduk bersama seperti anggota KS sangkep, semua sama dan sederajat, telanjangi diri dan jadilah kesatria Sasak sejati. Setelah itu mari bicara dengan rasa hormat kepada tanah lelulur kepada inax amax dan papux balox. Kepala yang sama hitam dan hati yang sama merah harus dibiarkan mengkomunikasikan diri ke segala arah agar kelak dari setiap silang menyilang akan kita temukan ide brilian yang membawa kita terbang dari sekedar menghembus hembus rasa pedas kayak makan sambal segenggam. Para pepadu yang brilian sudah sepantasnya dan seharusnya berpikir jauh ke depan, bahwa dunia ini kecil, meskipun tak selebar daun kelor tapi sebagai anak peradaban modern kita harus merasa sebagai warga dunia. Memelihara ambisi untuk jadi datu di gumi paer sudah harus dihentikan. Hanya kalau punya sesuatu yang dahsyat saja baru memutuskan retour aux champs dan berjihad untuk merebut kesempatan menjayakan Bangsa Ssak di tanah sendiri.

Mari kita ganti pemimpin yang kurang tepat dengan pemimpin yang gemar beramal sholeh yang dipandu oleh ilmu pengetahuan tinggi dan akhlak mulia . Generasi baru harus berubah jangan hanya yang momot meco vs anak gaul yang keduanya sama sama bloon, menjadi teruna dan dedare yang cinta iptek dan rajin membantu orang lain. Kembalikan petani, nelayan dan peternak agar mendatangi kembali maqom mereka masing masing tentu saja pemerintah harus mendorong dengan infrastrukur dan fasilitas yang diperlukan. Makmurkan terlebih dahulu bagian terbawah masyarakat kita niscaya semua kita akan makmur. Bangunkan dahulu kaum wanita kita niscaya kita akn mulia. Hentikan kebiasaan kawin muda dan jebakan kawin lari yang bertentangan dengan akhlak mulia. Bangunkan para ustad dan TG agar tidak terus bicara teori tapi praktik sangat utama. Pesantren di Jawa menelurkan banyak intelektual muslim karena mereka kuat dalam praktik. Mereka mengaji sambil berdagang, bertani , beternak dan memelihara ikan. Semetara kita hanya punya ustad yang hafal hadits dan mungkin Al Qur'n tapi memberi makan anak istri saja tak sanggup, bagaimana kita memakmurkan sebuah bangsa.

Bangsa Sasak sangat potensial apalagi jumlahnya hanya 3 jutaan, mari kita mulai dari diri sendiri, disini dan sekarang. The JUNEP Centre siap memberi sebutir pasir untuk membangun menara peradaban Bangsa Sasak yang menjulang tinggi sehingga tampak di lima benua, bukan karena diteropong tapi oleh sebab anak bangsanya menjadi Warga Dunia yang Pagah dalam mempertahankan kebenaran, kejujuran dan daya saing yang prima. Amiiin Ya Rabbal Aalmiin.

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ihklas

Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: