Senin, 29 Juni 2009

Sasak Kembalilah Ke Brugax

(Sasak.org) Seorang amax mengamuk setelah anaknya diajak bersekolah oleh pepadu yang baru saja pulang dari menuntut ilmu di Jawa. Amax itu sangat tersinggung karena dia merasa terhina seolah tak dapat mengurus anaknya sendiri. Tetangga lainnya seorang inax marah marah dan memaki saat seseorang memberi anaknya makanan yang dibawa pulang oleh anak itu. Diapun tersinggung berat karena menyangka pemberi makanan itu menghinanya sebagai anak pengemis. Di dasan kami ada banyak pepadu yang diam saja di rumah meskipun sudah diajak gotong royong. Kalau di tegur, diapun mengamuk karena tersinggung diganggu kebebasannya.

Setelah ada berita Mikail Jackson meninggal, ramai sekali pepadu dasan berbondong ke taman kecil satu satunya disana. Masing masing mengekspresikan perasaan kehilangannya. Ada yang piawai melakukan gerakan moon walk dan menari ala jenazah zombi. Suaranyapun ditiru habis bahkan model pakaian tak ada yang kurang sedikitpun. Biaya untuk melengkapi diri agar sangat mirip dengan semeton Mikail cukup besar dihamburkan, sebab harga bahan dan ongkos jahit lebih mahal dari biaya sekolah sampai SMA. Itu tidak masalah, bukankah sudah biasa menghamburkan uang untuk beli HP canggih yang dapat dipakai berSMS ria dan bertelefon sampai mulut jeweh.

Kekompakan masyarakat kami di dasan sudah agak rapuh, dahulu ketika dasan kami masih temaram karena listrik hanya malam hari dan bioskop bergenerator memutar film hindustan tiap malam, orang masih saling ajak beriringan pergi pengajian dan mengangkat pasir, batu dan apa saja untuk membangun masjid. Bahkan kalau nonton film ratapan anak tiri atau film hindustan mereka menangis bersama dan esoknya mereka bercerita tentang film yang sama dan masih dengan titik air disudut mata.

Kalau ada anak nakal mereka serempak memberei peringatan atau merangkul anak itu, hampir tiap orangtua merasa memiliki terhadap anak bangsanya dan anak anak juga merasa segan, hormat dan sayang pada tetangganya yang dipanggil, kakax, tuax, amax , inax, papux , balox dsb. Mereka memang bertalian darah meskipun jauh sekali tapi hati mereka tertaut erat sampai begawe bersama dan lapar bersama dijalani. Mushalla hanya terbuat dari kayu dan daun kelapa, sempit bebentuk berugax. Brugax berasal dari bahasa Kawi "Rengga" yang artinya tempat duduk, tempat berkumpul. Orang Sasak mengadaptasi kata itu menjadi dua yaitu regang atu ringga dan brugax. Berengga jadi brugax. Brugax adalah tempat duduk sangkep. Nah, " sangkep" ini juga berasal dari bahasa Kawi yang artinya mempersenjatai pasukan. Entah sudah berapa puluh tahun fungsi Brugax yang sempat jadi mushalla itu sama sekali berubah jadi tempat momot meco! Alangkah besar dosa kita kepada papux balox yang mewariskan tempat berkumpul untuk mempersenjatai diri dengan ilmu pengetahuan dan agama, telah kita sia siakan untuk bejorax dan mengahbiskan waktu untuk hal bodoh sehingga kita tak lagi mempunyai generasi mumpuni sejak tahun 70 an!

Kita tak pernah absen mendengar azan dan bacaan shalawat dari megafon masjid dan mushalla di seantero dasan. Alangkah beruntungnya kita menjadi muslim yang hijrah dari kegelapan menuju chaya terang benderang. Tapi kebanyakan pepadu dan dedare kita mendengar lagu Mikail Jackson atau melototi acara dangdut di Televisi kabel sepuluh ribuan. Apa yang mau dipersenjatai, isi otak hanya dangdut dan kepiawaian bermoonwalk saja? Sedangkan si Mikail Jackson sudah pula bersyahadat dan ingin bertaubat serta berserah diri. Sedangkan para penirunya tidak pernah sdikitpun tahu apa yang terjadi kecuali moonwalk dan dia sudah mati!. Kanak dasan selalu menyangka kalau dia dapat berbuat seperti orang lain, umpama berlagak kebarat baratan, makan makanan barat sepertiyang berserakan di jalan dasan, sebut saja pizza yang dibaca PIZA oleh anak dasan dan Mc Donald yang dibaca MAK KDONAL, seolah setelah medengar musik,bergaya moonwalk dan makan barang aneh itu mereka sudah sama dan sederajat dengan orang yang ditiru tiru. Sekarang ramai lagi anak dasan menekuni face book dari pagi sampai malam, dari anak anak sampai dewasa. Sebagian menekuni PS sebagian menekuni Face book dan saat makan lari ke warung sampah, tahukah anak dasan bahwa makanan itu disebut JUNK FOOD?. Tentu tak peduli, bukankah semua orang berbaris antri ke sana?

Ketika semua orang berpaling dari kebiasaan dan adat yang dibudi dayakan ribuan tahun dan menukarnya dengan hal hal instan, maka tampaklah kemerosotan disegala bidang. Sudah berapa ratus ribu anak bangsa Sasak rarut meninggalkan dasan dan mereka tidak lagi taat pada perintah agamanya. Mereka tak sadar bahwa buaian harta benda yang sifatnya sangat sementara telah membawa kesengsaraan berkepanjangan untuk anak bangsa yang kehilangan indentitasnya kelak. Orang Polandia dan Orang Portugis dahulu hidup sangat susah mereka bekerja keras bahkan jadi pembntu dan buruh namun mereka tak pernah menyerah dalam mendidik generasi mudanya. Ibu ibu Jepang sejak kalah perang mengorbankan diri unutk tinggal di rumah demi menjaga harta paling berharga yaitu anaknya. Anak anak Jepang diasuh penuh oleh ibunya dan mereka menjadi generasi muda terbaik di dunia. Sekarang kita dapat bertemu dengan turis dari negera negara tersebut. Mereka tetap jadi pekerja keras dan belajarnya kuat.

Kita pernah mempunya generasi Sasak kekah karena mereka dengans setia dipersenjatai di Brugax. Senjatanya adalah Agama, ilmu Sastera, Ilmu pertanian dan peternakan, perdagangan sampai ilmu falak. Mereka faham kapan menanam kapan memotong pohon dan bagaimana memelihara lingkungan.Mereka adalah generasi yang dipersenjatai, sehingga bila mereka merantau ke Jawa, naik truk dan jalan kaki bahkan ada yang jalan kaki ke kampus pulang pergi sejauh Ampenan sampai Terminal Mandalika! Generasi ini mungkin masih ada tersisa di kantor kantor atau jadi guru dan petani, tapi mereka sangat minoritas. Kini dasan dikuasai oleh orang yang hanya mementingkan diri sendiri. Apa saja dilakukan agar dapat memperoleh apa yang diinginkan.

Shalat 5 waktu adalah pengaturan waktu paling genius yang dapat menyelamatkan manusia dari kecendrungan merusak diri. Wajib berhenti sejenak tiap hari ada jeda lima kali! Kegilaan facebook tak akan berpengaruh apabila kita berpegangan pada 5 waktu itu. Kita bergantung pada Allah dan berkali kali kita lapor dan minta dikasihani agar terus berada dijalan yang lempang. Kini jalan yang lempang sudah bercabang ke PS, Facebook, mancing ramai ramai, pesta pora, kontes hebat hebatan moonwalk, dangdut dan cantik cantikan.

Seorang anak Bangsa sasak pulang ke dasan dan meradang, tangisannya pilu tapi tak ada yang peduli. Dia berkata; `Papuxku mate, inaxku mate, amaxku mate, tao tao capoh!' Mbahku, ibuku, bapakku mati, tau tau semua lenyap! Brugax masih didatangi tapi dia hanya menemani anak anak bermain berlagak sebagai pemain band dengan lagu sangar dari kuburan. Hanya cukup sampai disitu orang dasan sudah sangat senang, makannya cukup beli di mall, pelajaran cukup di sekolah, berugax tinggal kerangka sunyi meskipun dibangun dan dihias dengan dana besar, dia tak lagi punya ruh sebagai tempat SANGKEP. Tak ada yang menguasai satu senjatapun untuk diajarkan, cukuplah dengan beramai ramai bertepuk tangan melihat anak dasan aneh bertopeng zombi.

Subhanallah, anak dasan, segeralah kemabali ke brugax untuk sangkep, sudah saatnya kita siagakan diri, menjadi pepadu dan dedare yang lengkap dengan senjata iptek, akhlak dan amal sholeh. Maju dan jayalah bangsa Sasak!

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: