Minggu, 01 November 2009

Babad Batu Besar IV

[Sasak.Org] Ristambing numpang disebuah rumah seorang petani tadah hujan. Hasil padi sekali setahun untuk satu lumbung. Kedelai, jagung dan sayuran serta ubi kayu cukup untuk memakmurkan keluarga sang petani. Di musim tanam mereka bergotog royong menanm padi beramai ramai melibtakan semua inax inax, dedare dan amax serta papux balox. Mereka bergilir menanam ditempat yang berpindah pindah. Begitupun saat Ngeder yaitu membersihkan tanaman padi dari rerumputan liar sampai pada saat Matax, panen sedangkan untuk Berelah atau mebersihkan lahan dari Roman atau sisa padi dilakukan oleh para pria termasuk anak laki laki.

Sekarang musim padi berbunga, cantik sekali pemandangan disepanjang lahan yang berundak dan berbukit. Sebagian orang membakar sampah untuk mengusir balang (belalang) dan kenango (walang sangit). Ada juga yang menjaring kedua serangga itu untuk dijadikan lauk yang sedap dan bergizi. Rustambing sibuk memberi makan ikan mujair, nila dan lele yang dipelihara di halaman rumah. Dengan modal terpal yang dibuat segi empat dan tingginya 40 cm, sudah dapat bak ikan yang bagus. Bibit lele 2 kg masuk dalam satu bak dan pakannnya habis 2 karung dalam 3 bulan. Saat panen padi lelepun sudah besar dan siap dijual atau dimakan sendiri. Inilah contoh keluarga Sasak yang masih menerapkan nilai lama. Memenuhi kebutuhan sendiri, bekerja keras dengan modal yang telah diberi Allah yaitu tanah yang subur, meskipun hujan hanya 3 atau 4 bulan setahun tapi ketika hujan deras menyiram, airnya harus ditampung. Mereka mempunyai bak penampung air yang dibuat sederhana dengan kolam sedalam 2m dan lebar 1.5 meter mengelilingi rumah. Air itu menjadi persediaan setahun cukup untuk minum dan memasak. Bahkan untuk ternaknya pada saat yang sangat kritis dapat ikut minum setiap siang hari yang terik. Di tepi bak penampung ditanam komak, botor, kemangi, terong, cabai, tomat, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, jagung dsb secara tumpang sari. Ketika padi berbunga semua tanaman tumpang sari inipun memberi hasil yang melimpah. Rumah bambu beratap Rae (ilalang) dengan lantai bersih yang secara teratur disapukan kotoran sapi dan kerbau basah, adalah suarga bagi keluarga Sasak yang tentram dan sejahtera karena hasil upaya tangan dan kaki sendiri. Keluarga ini belum pernah mengalami kekurangan dalam makanan. Itulah sebabnya banyak sekali anak cerdas yang lahir dari dasan ini.

Perjalanan pencarianpun diteruskan ke wilayah sekitar PUSAT NEGERI (Cakranegara) dan mulailah Rustambing memasuki bekas bekas perjalanan sejarah anak bangsanya, dia mulai pergi ke tempat HIBURAN dan KEGEMBIRAAN (Narma- Mada : Narmada) disitu terdapat banyak mata air besar dan salah satunya adalah sebuah tempat untuk bersuci agar awet mda. Awet muda sering disangka untuk tetap muda secara fisik, sesungguhnya awet muda dimaksud adalah kembali ke awal, dan yang dapat kembali ke awal adalah kenangan dan spiritual. Kembali ke janji pati seorang manusia yang berpegang pada janji pati CINTA sang LINGGAM dan YONI (Pemalix dan Kawox). Manusia yang mengulang terus janji itu adalah manusia yang berimbang. Bukankah mereka terikat pada TRI HITA KARANA. Manusia harus menjaga keseimbangan keterhubungannya dengan TUHAN, dengan Sesama MANUSIA dan ISI ALAM?. Awet muda adalah mengawetkan daya pesona kita dengan kekuatan ruh seorang manusia yang menjadi pemban bagi dunianya sendiri.

Rustambing sebagai lelaki sejati, kerap menitikkan airmata mengenang tingkah polah anak bangsanya yang tak kunjung lepas dari keterpurukan, sementara alat dan sarana untuk lepas landas sudah tersedia jauh sebelum kehadiran manusia sendiri. Waktu, Tanah, Air, Lautan, Gunug dan Matahari. Sayang manusia di gumi paer ini ibarat benda kusam yang hanya nyantel di ketiak harta besar itu. Hanya membuat jelek pemandangan saja. Dia ingat betapa banyak tanah ditelantarkan. Di ujung timur negeri ini ada tanah luas yang LANDAI (Rambang) yang hanya cukup diklaim oleh oknum tapi 60 tahun ditelantarkan sebagai landasan nganggur menunggu pesawat luar angkasa jatuh. Memontong bertebaran diseantero gumi, hanya kering kerontang, melompong ditinggal anak dasan menombak sawit di negeri seberang. Bahkan di tanah penuh DURI (Keruak) tanahnya belah belah tapi banjir dimusim hujan, adalah juga seperti tanah tak bertuan berbulan bulan. Padahal disitulah tempat sang DEWA CINTA (Medana) bertahta karena dahulu disana ada suarga loka yang akhirnya dibiarkan jadi ladang penuh duri.

Daripada sedih terus lebih baik perjalanan diteruskan, Dewa Perang yang selalu diam karena bingung melihat betapa gobloknya nak bangsa Sasak, dibentak Rustambing agar tidak melamun. Mereka Pergi melihat taman Kecil bernama BURUNG MERAK JANTAN (Mayure). Keindahan burung merak jantan tercermin di bangunan yang ada ditengah telaga. Alangkah bagusnya keadaan saat kehidupan harmonis, sehingga tangan dan kaki manusia dapat membangun monument sebesar itu. Kini orang cukup bangga membangun rumah berdinding tinggi yang memutus akses tetangganya karena takut berbagi. Orang bangga membangun masjid besar tapi yang datang shalat hanya satu shaf.

Ketika perut makin lapar Dewa Perang protes pada Rustambing. Dia minta makanan yang enak dan banyak. Maka meraka cukup ngacir ke barat sedikit sudah ada restoran ayam taliwang. Sayuran yang DISEBAR ASALAN (beberux), yang DICAMPUR ADUK (Urap urap) dan yang MELURUSKAN (Pelencang: pelecing) agar semangat yeng kendor jadi lurus lagi. Nikmat sekali mereka melahap kelor yang dicampur terong dan kacang panjang dengan kemangi.

Acara terakhir adalah berziarah ke tempat BISIKAN yang MENYEBAR ( Lingsar). Disnilah mereka menemukan tempat ritual kuno bangsa Sasak dimana orang masih berdatangan untuk meminta berkah. Mereka membakar kemenyan sebagai bagian dari ritual kuno, menyebar beras kuning yang disapukan di kepala dan minum air kembang setaman lalu uang logam seratusan yang kuning dimasukkan ke salah satu mata air. Semua ini adalah ritual yang tak dikenal dalam agama Islam. Tapi karena orang masih mempertahankan budaya apa mau dikata. Kepercayaan masih kental pada hal hal yang bebau syirik bahkan ada yang meminta pada LINGGAM yaitu bentuk penyembahan agama tertua di bumi ini yang sudah ada 3000 tahun sebelum ISA. Linggam dalam bahasa Sasak disebut KEMALIX ( Pemali, Tabu, alat kelamin pria) yang menggambarkan kehormatan bila Linggam tetap tegak. Dalam kisah TG dan TT akhirnya TG membunuh diri dengan memukul KEMALIXnya artinya dia kehilangan kehormatan atau melanggar tabu.

Rustambing bimbang untuk menguraikan betapa manusia gumi paer ini sebagian besar telah bersinkretisme. Ada kelompok masyarakat yang mencampurkan dua aliran yang berbeda untuk mencari keselarasan. Sebenarnya hal itu sangat baik apabila dilakukan antara dua aliran sejenis seperti yang terjadi pada Agama SYIWA – BUDA di Jawa atau antara aliran agama KRISTEN. Tapi agama Islam dicampur dengan yang lain sudah tentu bikin pusing. Islam mengajarkan Allah Yang Esa dan Rahmatanlilalamin, kita sebar salam sudah cukup tugas kita. Kita tak perlu mengajak ajak apalagi dengan paksa orang lain agar ikut kita. Begitupun Oarang Hindu dengan Tri Hita Karanya cukup mereka sebarkan itu tanpa mengajak orang lain ikut menjadi Hindu. Sebaliknya Orang Kristen tak perlu menganjak siapa saja jadi Kristen bukankah mereka hanya disuruh menyebarkan cinta. Sebarkanlah Salam dan cinta kepada alam semesta ini agar kita semua damai jangan begejuh terus sampai kiamat. Marilah berusaha memahami diri dengan benar lalu menyelamatkan diri baru kemudian memahami dan menyelamatkan semua makhluk.

Ketika kedua orang itu sampai di tanah WARISAN (Praya), alangakah ramainya manusia memadati lapangan dan jalan jalan dasa. Mereka sedang ada hajat besar, tapi ini jam orang shalat ashar dan mengisi pengajian sore. Massa gegap gempita dengan gendang belex belax dan berbagai pentas budaya dari seluruh negeri se provinsi berjubel ambil panggung dan unjuk kebolehan. Sampai azan maghrib berkumandang, bunyi gendang betalu talu, massa terus bergembira, Ikomah lewat dan mesjid raya bebadan besar itu berisi kaum minoritas tua dan pejabat berseragam yang mengambil barisan pertama.
Inilah buah sinkretisme dan neoliberalisme yang telah menyatu dalam gaya hidup anak bangsa Sasak. Indentitas paling hakiki dikikis habis. Generasi muda senang hidup instant setelah stigma islam teroris ditempelkan dijidat mereka. Sekarang bebajang dapat berkalung salib dan dedare membuka dada sambil berjingkrak jingkrak. Modernisasi diartikan bebas telak. Internet menghidangkan film film lokal di youtube, asli produk anak dasan yang lebih berani dari film barat sekalipun. Layaklah, bukankah murid lebih hebat dari guru?. Bodoh sekali anak dasan ini, orang barat sangat tekun belajar adat istiadat dan agama kita yang nilainya sangat tinggi sementara sebagian kecil anak dasan yang sudah jadi murid para orientalis atau kolonalis, petentang petenteng melebihi kekejaman dan kesombongan gurunya. Rustambing sangat khawatir, TG melanggar janji patinya dan ketika terlambat sadar, jamaahnya sudah habis apakah ia akan memukul pemalixnya juga?

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf

Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP



Comments (1)

mansur: ...
Sinkretisme dalam berbagai bentuk memang sangtlah berbahaya dan merugikan

Khusunya dalam beragama, sudah jarang kita temukan tempat pengajian yang mendasar dari, sifat 20, bersuci, cara berniat, kebanyakan adalah ceramah dari orang2 yang tahunya agama juga dari ceramah sebelumnya. hasilnya banyak yang menghafal niat shalat (bahkan bahasa arabnya) tetapi tidak tau bagaimana berniat yang benar, bersuci yang benar, dan beragama yang benar.
Kalau orang itu mau diajari/diperbaiki sih mending, tetapi banyak juga yang seolah lebih hebat karena telah banyak mengahafal ayat dan hadits.

1
wallahu a'lam 1


July 20, 2009

Tidak ada komentar: