Senin, 02 November 2009

Sasak Bersumpah Pace

[Sasak.Org] Jogjakarta,17 oktober 2009, Bandara Adi Sucipto. GA 203 berangkat jam 7.45. Pada jam 7.10 Andy kawan saya dari travel agent di Jogja menelpon dari smoking area di luar ruang tunggu. Kami berbincang banyak dan dia cerita kalau teman teman heran dengan kepergianku yang lamanya 3 bulan.

Saya telah persiapkan diri dengan dokumen untuk mencari pengalaman dan pekerjaan di Rusia. Paspor lamapun saya bawa untuk jaga jaga klau ada pemeriksaan karena isu populer untuk menstigmasi ummat Islam masih terjadi. Di paspor lama saya melihat diri saat umur 20 tahun, sebagian sudut kanan dimakan rayap. Itu adalah foto resmiku yang kedua untuk dokumen penting. Sebelumnya saya pernah punya kartu C7 untuk urusan di Pos dan Giro dengan foto gaya lama. Tapi dokumen itu sudah dimakan rayap. Kita sangat lemah dalam menyimpan dokumen penting.

Pesawat tiba di Cengkareng, keluar dari tempat pengambilan barang saya langsung pergi dan naik kelantai atas. Ada seorang porter yang membantu menguruskan dan mendorong barang bawaanku yang berat berisi buah buahan. Di Jogja saya mau dipunguti biaya ekstra untuk kelebihan berat koper, saya bilang bahwa saya dari travel agent tapi petugas gerundel namun saya bebas juga. Di Jakarta saya sekali lagi ditegur petugas Thai Air. Setelah berdebat saya diizinkan bebas dengan mengubah data berat barang. Bego sekali dia, untuk apa data diubah gampangnya tulis saja komplimentary untuk pelanggan.Saya kena airport tax 150.000 rupiah ditempat lain tak ada yang begitu apalagi fiskal 2 juta 500 ribu rupiah. Untung saya punya NPWP yang saya urus dengan perasaan malas seminggu sebelum cabut.saya cukup menyrahkan foto kopy NPWP lalu petugas menempelkan sticker di boarding pass, bebas fiskal. Memang bangsa kita belum merdeka kok keluar negeri dipunguti pajak fiskal macam hindia belanda saja.

Thai air ternyata mempunyai pelayanan prima, sepeti Garuda Indonesia ditahun 90-an. Bisa disejajarkan denga Malaysia Airlines System. Garuda Indonesia terpuruk sekali dibanding yang lain dua macan ASEAN itu. Penerbangan memakan waktu 3 jam. Saya sangat khawatir ada bawaan yang akan disita. Ternyata di bandara tidak ada buka buka barang seperti di Indonesia. Saya menginap di Novotel Svarnabhumi dengan tarif kamar 185 dolar termasuk sarapan pagi. Malamnya saya dinner di restaurant denga 1000 bhat. Hotel ini melsayakan service yang sekelas dengan Hyatt dan Melia Jogjakarta pada tahun 90-2000an. Sekarang Kedua hotel itu hanya gedungnya yang bagus tapi servicenya sekelas hotel melati zaman orba. Di Bandara yang baru 3 tahun beroperasi itu pelayanan sekelas bandara besar seperti Osaka atau Amsterdam. Bandingkan denga Cengkareng yang telah menjadi tempat orang nongkrong seperti terminal bis di Jakarta yang kumuh.

Saya harus berjalan sangat jauh untuk mengambik koper melalui pintu imigrasi dan pasporku dicap visa 30 hari. Barang kami keluar di lorong nomor 6, saya sampai keringatan jalan begitu jauh dan panas. Saya menukar uang 100 dolar dan dapat 3000 bhat lebih. Saya bertanya pada gadis penjaga yang berderet tiap beberapa meter dengan sikap sempurna. Di pintu keluar 4 sudah ada dua mobil Novotel dan salah satu sopir mengurus koper dan menghidupkan AC. Ada satu lagi yang naik dan kami hanya berputar dijalan yang melingkar lingkar lalu masuk hotel dikawasan itu juga. Saya memberi tip 10 dollar pada sopir yang menangkup tangan untuk sembah dan berkata "kun krap" atau apa yang artinya terimaksih. Seorang petugas mengantar koper ke kamar setelah chek ini, dia dengan sigap menerangkan fungsi fungsi semua peralatan dan apa yang tersedia. Saya memberinya tip 10 dolar juga. Tak ada pegawai hotel di Jogjakarta yang seramah dan seenergik itu. Ini adalah buah dari kedisiplinan di negeri gajah putih itu.Mereka bekerja dan bersikap disiplin. Tak ada anak nongkrong disekitar hotel itu.Hotel dengan tarif 185 dolar di Bali tidak sebagus hotel ku untuk servicenya. Makanan mungkin saja 100an ribu tapi mutunya tak bagus. Semua kita bikin murah agar tamu senang tapi yang kita beri makanan yang tak begitu bagus dan pelayanan kitapun buruk. Maka jumlah wisatawanpun tak beranjak naik. Untung kita punya alam yang indah sehingga mereka datang. Seorang turis Italia baru saja menghabiskan liburnya di Jakarta, bercerita bahwa Malaysia jauh lebih murah. Untung masih ada keramahan yang kita punya. Kumuh tapi ramah masih lumayan.

18.10.09 Saya kehilangan komunkasi sama sekali karena ada yang misscall 4 kali padahal saya baru minta disiikan kartu mentari 100 ribu untuk sms. Dengan adanya misscall 4 kali itu pulsa habis meskipun saya tidak menjawab. Pagi pagi saya jalan ke mini market dan membeli simkart Thai seharga 30.000 rupiah dan pulsa 125.000 rupiah agar bisa banyak sms dan nelpon satu dua menit. Indosat dan kartu indonesia berlalu di Bankok tapi mahal sekali jadinya. Lebih baik pakai simkart thai ini.
Saat sarapan pagi saya duduk sendiri dan makan nasi goreng dengan mi goreng yang segar, mungkin mie buatan sendiri juga. Makanan bermacam tersedia dan saya tambah lagi nasi goreng dan mie gorengnya. Saya memberi tip 60 bhat pada gadis pelayan yang ramah dan trajin sekali mengurus. Setelah makan pagi saya bergegas ke reception untuk mengecek jam berapa peaswatku terbang. Reception bilang info ada di concierge lalu saya ke concierge. Di sana ada gadis dan pemuda yang gesit mencari yang satu menelpon yang satu mencari pada buku panduan. Saya ingat buku panduan yang saya mintakan untuk temanku berupa buku guide Thailand waktu SMP kelas 1 dan temanku gak mengerti lalu saya diberikannya begitu saja. Buku itu saya hafal sampai SMA. Sekarang saya di tempat yang terus saya hafalkan itu. Tapi saya tak berminat jalan jalan karena saya tak lagi penasaran dengan kota metropolitan seperti Bangkok dan sebagainya. Saya telah jatuh cinta pada desa dan tempat terpencil yang ada dibelahan dunia manapun yang kurang dikenal. Saya ingin pergi ke Mali dimana Tuhan memberi rezeki pada rakyat setempat dengan gunung garam yang cukup digali dengan tongkat kayu dan diekspor ke seluruh Afrika Utara.

Saya bergegas masuk ke Bandara di pintu 9 dan langsung mendaftar di counter pesawat S7 760. Rupanya saya yang pertama dan supervisor yang orang Rusia sangat penasaran saat dia tahu saya bukan orang Rusia. Petugas counter memakssaya memasukkan barang di bagasi. Tapi saya tolak dan hanya koper besarku yang masuk. Kelebihan berat ditagih dengan biaya 10 dolar per kg. saya berdebat dengan orang Rusia itu dan dia keras berdisiplin. Akhirnya saya bayar juga. Agak lama menunggu saya manfaatkan internte yang berserakan dan tak ada yang pakai. Terbalik denga Cengkareng, manusia bergelatakan dimana mana tapi internet mati semua bahkan wc pintu E1 rusak dan kami harus bolak balik ke pintu yang lain hanya untuk ke wc.

Masuk di pesawat ternyata Boeng 767-600 Ini adalah penerbangan perdana dengan 14 penumpang yang adalah staf pemasaran mereka . jadi hany sayalah satu satunya penumpang sebenrnya. Saya bebas duduk meskipuni kursiku bisnis saya tetap duduk di Ekonomy paling depan. Orang yang 14 itu berjarak 13 deret kursi kosong dibelakangku. Sayapun mencoba tidur di tiga deret kursi tengah. Beberapa saat kemudian pilot datang dan menyelimutu saya. Kemudian menawarkan bantal. Sesudah itu pramugari dan pramugara bergantian mengurus makan minumku. Meskipun tak ada penumpang tapi mereka tertib mempergakan cara penyelamatan diri. Tentu saja saya hanya menonton sambil memabaca majalah sebab saya gak tega melihat dua pramugari menerangkan ke abngku kosong. Dan masih ada lagi di deretan belakang entah berapa orang yang memperagakan hal yang sama.

Tiba lebih cepat satu jam saya bergegas keluar dari pesawat dan udara dingin minus 1 drajat menampar muka ku, uap tebal keluar dari mulutku saat berucap "здравствуйте!" (zrastvuitye), Salam! Berulang kali kepada semua polisi dan petugas imigrasi. Mereka heran ada stu orang Indonesia. Kok tumben dalam sejarahnya ada orang Indonesia nongol jadi turis disaat dingin ketika mereka bermai ramai mengimpikan panasnya matahari kta. Dasar bego saya bukan turis tapi Sasak yang berkelana…mereka tidak tahu sih Sasak.org. Coba kalau tahu pasti lebih heran lagi kok ada babad ditulis sambil membabat dan saat berangkat sempat makan babat juga. Ternyata buah buahan yang kerangjangnya akhirnya putus persis saat tiba dan bumbu bumbu tak ada yang persoalkan. Kecuali sampo yang kegedean botolnya gak boleh di bawa naik pesawat. Saya sempat membuang sampo anti ketombe Selsan Blue itu ke tempat sampah di counter Bangkok tapi saya ambil lagi lalu saya sisipkan didalam plastik bungkus koper.

Saya keluar dengan segera dan dijemput 2 orang kawan dengan pakaian dingin lengkap. Tapi saya sudah bawa dari Jogja yang saya beli di toko pakaian bekas impor seharga 350.000 lumayan untuk darurat. Yang saya heran kok ada yang pakai seperti itu di jogja dalam cuaca 31 drajad. Karena banyak sekali persediaannya. Taksi membawa kami ke apartemen sekitar 20 menitan dengan tarif 400 rubel. Kami sampai di apartemen dan disambut 2 orang yang sudah menyiapkan makan malam. Mereka telah saya peringatkan bahwa babi, alkohol dan hewan aneh aneh gak boleh saya makan bahkan cokelat dan sejenisnya lebih baik tidak saya makan. Mereka " samikna wa atokna". Saya capek sekali dan langsung rebah tak bisa merem. Rasanya tempat ini sudah saya kenal…letak kota ini kurang lebih sama dengan kota belahan utara yang pertama kali saya kunjungi di Kanada. Saya sempat berhujan salju saat muda itu sekarang dinginnya ternyata membuatku besin, ternyata peringatan yang tiga mulai bereaksi. Gigi nyeri, rambut beberapa uban dan gampang lupa serta badan lebih lemah. Sang waktu jauh lebih berkuasa dari diri yang sekedar menempel kos direntangnya. Malam pertama penuh dengan bersin bersin, salju tipis menutupi tanah dan jalan yang kulihat dari apatemen di lantai 4 gedung yang dibangun zaman sovet.

19 oktober 2009 siang pergi menemui rekan rekan lain dan ke "дача" (dacha, rumah peristirahatan di desa dekat hutan. Dinginnya lebih menusuk dan kami harus menghiupkan pemanas ruang baru bisa lega. Kembali ke kota dalam keadaan capek dan tertidur sampai sore. Makanan banyak daging dan roti. Orang Rusia ini banyak sekali mengkonsumsi jajanan. Coklat yang berbagai macam menumpuk dimana mana dan manisan serta panganan lain tak saya sentuh sebab melihatnya saja saya capek. Saat saya menunggu teman lain saya diajak sopir menunggu di mobil yang hangat. Sopirnya ramah dan banyak bercerita segala macam dari masa Uni Sovyet sampai saat ini.

20 otober 2009 kami makan siang di keluarga yang pernah ke Bali dan Borobudur. Mereka menghidangkan daging sapi, jamur, sop borsh dan kol gulung daging serta kentang goreng yang lezat. Mereka membuat sendiri selai buah liar, mengambil madu Siberia yang sangat kental dan mengumpulkan jamur dan membuatnya asinan. Semuanya didapat setelah naik mobil 5 jam ke hutan terdekat. Kita suka menyangka mereka susah hidup karena alamnya tak sesubur punya kita. Ternyata usahalah yang lebih penting. Di hutan yang seragam warnanya itu ada potensi besar makanan dan obat obatan. Ginseng Siberia adalah yang paling baik di dunia dengan skor 5. Tapi di masyarakat yang saya lihat justru mereka membeli sirup pace atau noni dengan harga 700.000 rupiah perbotol yang dimport dari Australia, meskipun pacenya adalah dari Tahiti sebagai Pace top dengan skor 5. Selain itu mereka mengkonsumsi minyak buah merah papua. Itu jauh lebih mahal dari semuanya. Kok bisa bisanya buah pace yang kami pakai saling sumpah dengan menghanyutkannya di kali sambil bilang, "agen ne bedok lok sekenox ino!" Biar si fulan itu kena gondok! Jahat sekali kami waktu kecil. Pace melimpah di dasan tapi semua bilang hiiii bau…dengan tampang jijik. Saya kira kalau amax kangkung yang anak anaknya berlagak hidup macam pangeran tidur makan itu dikerahkan menyebar bibit pace lalu memanen dan memerasnya dengan tangannya sendiri, maka dasan akan dapat income besar dari ekspor jus pace alias sirup noni. Saya menanam pace dirumah dan berbuah setelah 3 tahun, buahnya melimpah dan besar banyak orang mengambilnya untuk obat. Tapi tak satupun ikut menanam.

Dari Siberia yang dingin saya sumpah pemuda momot meco dengan sumpah Pace, kalau terus momot biar gondok semua dan biar jadi manusia paling jelek sedunia karena pemalas!

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP

Comments (3)

abdullah al muzammi: ...
[Dari Siberia yang dingin saya sumpah pemuda momot meco dengan sumpah Pace, kalau terus momot biar gondok semua dan biar jadi manusia paling jelek sedunia karena pemalas!]


semoga saya tidak akan mejadi manusia pemalas,,,
dan semoga bisa membaca tulisan kanda yang penuh semangat memberikan pemuda gumi sasak.org sebuah kado inspirasi dan semangat...

1

October 25, 2009


Le Mujitahid Amien: ... http://lemuji
Salam, buat anak muda sasak yang sedang mencari identitas mari ikuti semeton " sasak sang pengelana ",karena pengalaman " bertualangnya" akan membuat pepadu dan srikandi yang digenerasi berikutnya akan menambah perbendaharaan atau stock 'pemimpin ' lek zaman sik jemak .2

October 26, 2009


Atun: ...
Saya senang sekali membaca tulisan semeton H.R Junep.
salam kenal dari pengagum Anda

groetjes

3
Atun

October 29, 2009


komentar di yahoogroup:

Nazar
2009/10/21
kayaknya lebih menantang perjalanan miq junep ke siberia.. daripada perjalanan dari jakarta ke pakem jam 9 malem dan mengganggu miq junep sampai 11.30 malem..
he.he..he.. nantikan saya miq.. saya tidak akan momot meco ..

2009/10/21 lalu sudirham


perjalanan yang sangat melelahkan mamiq junep dan semoga sekarang agak rilexxxxxxxxxx...

Tidak ada komentar: