Kamis, 12 November 2009

Sasak Lawanlah Cecunguk

(Sasak.Org) Malam ini dinner agak ribut gara gara gadis yang 18 tahun itu nimbrung masalah bayi berumur 6 bulan yang tak terurus oleh orang tuanya yang pemadat. Gadis itu mengusulkan pada kami agar bayi itu dipungut dan dipelihara. Sekali ini saya tak berani berkata kata sebab saya tak mengerti kultur mereka namun demikian saya tak dapat sembunyikan perasaan iba saya dan teringat bayi 4 hari yang pernah kami perebutkan dengan RS dimana ia dilahirkan oleh seorang wanita muda yang tersesat. Ibunya tak tahu bahwa RS itu sangat mahal dan dia terjebak dalam permainan mafia dan misionaris. Pada jam dan detik yang sama cerita itu berulang di Siberia. Kali ini tak ada mafia penjual anak atau misionaris yang dihadapi . Menyelamatkan anak manusia dari ancaman orangtuanya sendiri, mungkin tidak sederhana.

Kami memperbicangkan masalah anak dengan kondisi itu dan masa depannya. Manusia dibentuk oleh asuhan keluarga dan lingkungan. Kalau anak itu selamat kelak maka dia akan jadi pemadat dan lebih jahat dari orangtuanya. Saya katakan pada hadirin agar tidk mengambil keputusan malam ini. Si gadis itu telah lenyap pergi mencari bayi itu.Sekembalinya dia minta bicara dengan tuan rumah di dalam kamar. Entah apa yang terjadi. Gadis itu murung dan mengurung diri di kamar mandi. Sebelumnya saya sempat tanya mengapa wajahnya murung. Dia bilang bahwa betapa dia kasihan pada bayi itu.

Kalau ada yang membunuh seorang manusia maka dia telah membunuh seluruh manusia. Demikian pula kalau ada yang menyelamatkan anak manusia mestinya difahami juga bahwa telah terjadi penyelamatan atas semua manusia. Bahwa seorang manusia menyimpan seluruh mistery kemanusiaannya yang tak seorangpun dari 7 miliar manusia hidup pernah atau akan mengungkapkan mistery itu. Bahkan sejak zaman Phitekantropus Erektus sekalipun. Oleh sebab itu manusia adalah alam semesta dalam wujud kecil yang sama rumitnya dengan makrokosmos ini.

Di dasan dahulunya anggota masyarakat sangat rekat dan merasa kasih pada anak dan anggota kuluarga tetangga dekat apatah lagi terhadap lingkungan keluarga sendiri. Kita mengetahui kemunduran dan kemajuan orang perorang bahkan di dasan tetangga. Dan kita ikut bangga dan gembira menceritakan prestasi orang perorang itu. Kalau ada tetangga yang menjadi anggota TNI atu Polisi semua berbinar. Dan mereka yang berhasil jadi orang berpangkat menolong dengan hati senang siapa saja yang perlu ditolong dalam urusan birokrasi dan sebagainya. Begitupun kalau ada satu orang yang jadi maling semua orang akan saling memberitahu agar waspada. Orang yang berhasil akan makin maju yang berperilaku buruk akan terjepit dan menghilang. Itulah sebabnya kita banyak mengenal orang yag telah bertobat dan menjadi orang yang taat ketika telah matang.

Anak anak yang tak berayah atau tak beribu atau tak berorang tua biasanya ditampung di panti asuhan di Pancor atau di pusat pusat NWDI di seantero gumi paer. Tiap bulan ada seorang ibu, yang berkeliling mengumpulkan beras 1 kilogram tiap kepala keluarga. Biasanya tak hanya 1 kg tapi tergantung keadaan, bagi yang sedang panen bisa besar sumbangannya bagi yang sedang susah akan menyumbang semampunya. Anak anak yatim dan piatu itu diasuh dalam suasana kekeluargaan yang sederhana. Mereka banyak yang berhasil jadi anak soleh dan solehah. Anak anak yang dahulu saya kenal pernah menghuni panti itu sekarang telah menjadi ustad dan ustazah yang meneruskan usaha panti mereka ditempat masing masing.

Panti asuhan itu terletak ditepi dasan dekat persawahan, betapapun memperihatinkannya tapi dari situ telah muncul manusia manusia yang berbudi luhur. Sebab mereka telah diasah dengan budi pekerti (pengetahuan tentang akhlak) yang islami. Anak anak yatim sangat bergembira bila tiba hari dimana mereka diberi makanan dan pakaian baru oleh anggota masyarakat secara gotong royong. Buahnya pastilah anak anak yang tumbuh jadi manusia yang lapang dadanya dan penuh dengan empati. Saya bukan anak yatim tapi saya diasuh oleh semua penghuni dasan bahkan di dasan yang jauh sekalipun banyak orang yang mebelai rambutku. Satu kalimat dan satu belaian teduh masih terasa di tiap tiap anak rambut dan pori poriku. Bagaimana indahnya budi perkerti warga dasan kami sehingga menelurkan banyak pepadu yang welas asih pada anak bangsanya dimasa kini.

Keadaan sekarang mulai berubah dengan kecepatan yang tak disangka. Pernah saya pergi ke Pancor dan masuk ditoko buku Hikmah, didepan pintu seorang pemuda tanggung tergelatk mabuk, semua orang membiarkan saja kejadian itu. Ada anak kecil yang melihat, ada kaum terpelajar yang melihat. Saya bertanay pada orang disekeliling agar kita berbuat sesuatu. Mereka sudah hafal kelakuan anak itu dan membiarkannya. Mereka tidak sadar bahwa kita semua telah terlibat dalam pembunuhan karakter semua manusia. Anak jalanan mulai merebak dimana mana, pengemis kecil datang dengan koordinator. Mereka didrop dengan kendaraan dan harus setor tiap hari. Para pemangku kepentingan sosial masyarakat, baik pemerintah maupun para TG telah terang terangan membunuh karakter seluruh manusia dengan membiarkan hal itu terjadi berlarut larut. Satpol PP dikerahkan hanya kalau sedang ada proyek pembersihan kota. Lambat laun pekerjaan menangkap gelandangan dan pengemis menjadi sumber tambahan penghasilan karena ada honor ekstranya. Kalau ada sesuatu yang membawa keuntungan materi sudah semestinya dibiarkan berkembang. Akibatnya pengemis bertambah sebab makin banyak orang malas bekerja toh banyak yang kasihan dan kalau ditangkap tinggal bagi hasil dengan yang menangkapnya, beres. Kalau ditahan koordinator bisa chin chaila dengan aparat. Tebus saja sudah beres. Alangkah jauhnya kita terjebak dari kebohongan satu ke kebohongan lain.

Apa yang terjadi di dasan terjadi juga dalam sekala besar saat ini. Karena kita telah biasa membiarkan pembunuhan karakter dimana mana maka semua anggota masyarakat telah terbunuh karakternya. Polisi sebagai bayangkara makan tanaman. Jaksa yang mengusut tuntas malah merampok sampai tuntas pesakitanya. Hakim yang mengadili dapat dibeli murah meriah.Maka dibentuk saja lembaga yang lebih hebat agar dapat melakukan tugas kedua badan yang sudah ada secara lebih efektif. Apalacur orang yang direkrut untuk melaksanakan tugas itupun sama saja. Mereka adalah para petugas yang tadinya ikut membunuh kemanusian kita. Maka bertemulah para buaya, kobra, macan dan singa. Kita telah lama memulai pembunuhan demi pembunuhan manusia di level dasan dan hasilny sebuah negara penuh dengan cecunguk. Cecunguk yang berkuasa itu memilih teman temannya untuk mengurus negara. Dan lihatlah dasan jadi bopeng dan compang camping dirampok, digali,dirusak tiap detik.

Dibalik balik bukit yang sunyi
ada anak anak kecil yang murni
yang tak mengerti
cecunguk cecunguk itu.
Adakah pepadu
yang bersedia menjadi tameng
agar mereka tidak dibunuh
sebelum mengerti
tentang senyuman para bidadari,
tentang hangatnya cahya matahari,
tentang embun pagi,
tentang nyanyian burung
dan semilir angin
dari puncak Rinjani?

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: