(Sasak.Org) Di apartemen saya, selain dengan anjing labrador seberat 45 kg itu, saya juga ditemani seekor kucing hitam besar jenis siam. Anjing itu bernama Rik dan kucing itu bernama Tsigan. Mereka displin makan minum dan tidur. Kalau mau makan dan ke belakang mereka minta. Tsigan badannya gemuk dan kerjanya tidur melulu. Dia dibantot sehingga gayanya seperti kucing banci. Makanan kedua hewan ini sangat mewah. Mereka menghabiskan biaya besar sekali, melebihi biaya hidup dan pendidikan dua manusia. Mereka punya kelinik dan asuransi kesehatan. Pokoknya terjamin semua dan tuannya memperlakukan mereka seperti anak kandung tersayangnya. Bahkan sering melebihi kasih sayang terhadap anaknya sendiri. Kedua hewan itu kehilangan naluri buasnya dan tak doyan makanan yang selain makanan biasa yang dibelikan di supermarket.
Dizaman dahulu, kira kira 2500 tahun silam, terdapatlah sebuah kerajaan kucing yang sangat makmur dan sejahtera. Kucing zaman itu berbicara dan makan minum ala manusia. Mereka mempunyai kerajaan dan demokratis. Saking majunya kerajaan kucing itu mereka hidup keenakan dan semua sistem yang tadinya berjalan baik perlahan dan pasti hancur berkeping keping. Tikus yang menjadi santapan mereka telah belajar seribu tahun untuk memahami peilaku hidup kucing. Mereka mempelajari tiap detail tentang kucing. Laboratorium dan universitas di buka dengan jurusan perkucingan. Dan hasilnya luar biasa. Dalam waktu singkat ramailah dunia tikus dengan sarjan akhli dibidang perkucingan sebab bidang itu sangat dibutuhkan demi menjamin keberlangsungan hidup bangsa sang tikus.
Seorang profesor tikus yang menguasai bahasa dan perilaku kucing membuat gagasan agar semua tikus mengumpulkan dana untuk membuat lonceng kecil. Banyak rakyat jelata tikus tidak faham tapi wibawa profesor itu dapat mencapai lobang tikus yang bahkan di dasar bumi sekalipun karena komitmennya yang tersohor. Para pengrajin dari skarbela, masbagik dan pancor dikerahkan untuk membuat sejuta lonceng dengan ukiran cerita kerajaan bunut baok. Bangsa kucing sangat bangga dengan sejarah kerajaan bunut baok yang sebenarnya tidak diketahui kepastiannya. Profesor tikus dengan bahasanya yang halus dan bertata tertib menyampaikan maksudnya kepada raja kucing bahwa bangsa tikus hendak memberi kehormatan kepada para tokoh kucing diseluruh gumi paer. Untuk menembus birokrasi yang rumit profesor tikus menyogok tiap aparat dari meja satu ke meja yang lain dengan terasi, kangkung dan beras miskin. Ketika makin tinggi birokrasi yang dimasuki makin banyak pula dibawakan terasi. Meskipun jabatannya tinggi bangsa kucing ini tidak pernah lupa dengan makanan kesukaannya yaitu sambal terasi.
Upacara pemberian tanda kehormatan dari bangsa tikus kepada tokoh penting kerajaan kucing dari esolon tertinggi sampai amak kangkung yang dipanggil mamix oleh warga se RT pun tidak ketingalan diberi kalung kecil. Para pemimpin kucing baik pejabat kerajaan maun para TG nya sekrang sudah berkalung lonceng kecil yang bunyinya nyaring. Mereka bangga dengan kalungnya dan sedapat mungkin langkah diatur agar lonceng dapat sedikit gemerincing didengar orang lain. Jendral, komandan, jaksa, Pol PP sampai hansip kucing berkalung semua. Sang profesor tikus senang dan bicara kepada semua rakyat tikus agar mulai saat itu hidup tenang dan meneruskan aktifitas mengerat mereka diseluruh gumi paer. Tidak perlu ada rasa takut atau sungkan lagi. Tidak perlu tentara, polisi, jaksa, Pol PP apalagi Hansip untuk menjaga mereka dari terkaman kucing. Sebab semua tikus tahu dengan pasti kapan berhenti mengerat dan segera bersembunyi ketika gemerincing lonceng kecil makin jelas terdengar.
Setelah beberapa bulan berlalu kucing telah mulai kehilangan naluri memangsa tikus. Kukunya mulai tumpul dan giginya tak lagi runcing. Mereka mulai doyan makan bakso dan mi pangsit dengn sumpit. Mereka bersaing mencari hidup dengan menipu dan menakuti warga lainnya, sebab persediaan pangan makin menipis. Mereka tidak sanggup menanam sendiri gandum dan harus mengimpor tetapi uang tidak ada. Negerinya mulai digadaikan dan perempuannya dijual jadi budak kemanca negara. Kini buaya, macan, singa dan ular kobra juga memakai lonceng kecil dilehernya. Hebat sekali, tikus tikus itu telah berpengalaman jauh lebih lama dari semua pemangsanya. Masih adakah para pemangsa tikus yang tak berkalung genta kecil dilehernya?.
Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Kamis, 12 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar