Senin, 02 November 2009

Sasak Sang Beberox

[Sasak.Org] Danau Baikal adalah menyedia air tawar terbesar di dunia dengan titik yang terdalam 1637 m. Ikan dan hewan endemik banyak sekali. Lingkungan, kebersihan dan peraturan sangat baik terjaga. Ikan air tawar yang dingin ternyata sangat lambat berkembangnya. Saya mencoba makan ikan bakar terbaik bernama Omul yang sebenarnya hanya diasap seukuran 25 cm ternyata berumur 11 tahun. Harga perekor matang sekitar 12.000 rupiah. Pada saat memilih milih suvenir di pasar yang separuh digunakan untuk ikan dan separuh untuk cindramata itu tiba tiba serombongan turis mendatangi saya dan ntah mengapa mereka bilang dalam bahasa Inggris bahwa kita harus berkonsultasi tentang suvenir yang tepat apakah memilih boneka rusia yang berlapis lapis atau patung atau hiasan berupa nerpa sejenis anjing laut yang hidup di Danau Baikal yan panjangya 600 km lebih. Maka saya sarankan untuk membeli nerpa itu sebab boneka bersusun lima itu ada dimana mana sedang nerpa hanya ada disitu. Kami berbincang dan ternyata mereka orang "Gunug Kidul" ya kami menyebut turis Australia sebagai orang Gunung Kidul di Jogjakarta. Si Australia itu nyemplung di danau yang beku sedikit berendam dan keluar lagi.

Di apartemen ada tetangga dengan anak lelaki 24 tahun dan sudah berumah sendiri. Anak itu sangat manja dan goblok karena memang dimanja sejak kecil. Sekarang dia sakit keras dan harus minum obat tradisional, dari noni sampai kapsul entah apa namanya. Tapi anak itu suka mabuk. Dia menelpon berkali kali minta tolong ibunya untuk ini atau itu tapi dibiarkan saja. Hebatnya anak itu tidak mendatangi saja rumah ibunya. Dia datang ke kantor dan menunggu kapan ibunya mau bertemu tidak maju dan tidak mundur dan dia diberi syarat berat pula. Saya bingung melihat hubungan anak dan orang tua, disiplin jalan terus. Kalau di dasan pasti sudah runyam tetangga akan ikut kasihan baik pada si orangtua maupun si anak. Semua dicampur aduk sampai kusut. Disana mereka kusutkan sendiri dan tak ada orang yang ikut campur.

Tetangga sebelah lagi punya anak lelaki yang telah dilatih potong rambut di salon dan dapat upah 1000 dolar meskipun kerja hanya 2 kali sehari. Dia terperosok untuk mencari kesenangan dengan minum minum dan mabuk. Ayahnya sudah mati dan ibunya pontang panting cari kerja dan menjadi pembersih di rumah sakit setiap 1 kali 24 jam harus bekerja disitu dan 2 hari libur. Hasilnya cukup untuk sewa rumah tapi tak cukup buat makan sebulan. Kemarin siang dia telpon dan langsung datang ke tempat kerja gadis 18 tahun itu untuk minta diberi makan karena lapar. Sesudah makan dia masih membawa pulang untuk makan malamnya. Padahal tuan rumah sedang tidak ada. Dingin lapar dan miskin membuat orang itu lupa menjaga kehormatannya terhadap rekannya. Ibu itu pernah numpang 8 bulan pada tenagganya bersama anak lelakinya. Kata tuan rumah dia itu bodoh dan malas. Jadi ingat dasan yang penuh sesak dengan orang bodoh dan malas. Untung di dasan hawanya selalu panas sehingga kalau lapar cukup minum dan tidur pulas. Setelah bangun kereta sudah jauh berangkat tinggal diri sendiri yang momot meco.

Ketika udara mulai mencapai minus delapan dan segera akan terjadi minus 30 atau lebih, orang bergegas menjemput rezeki dimana mana. Meskipun matahari bersinar terang namun dia hanya lewat disisi langit selatan. Hangatnya tak sampai dikulit tapi orang tersenyum dan bersyukur serta menganggapnya hangat. Masing masing orang berfikir bagaimana dapat mengumpulkan kebutuhan agar tidak membeku. Mereka sangat kuat bergantung pada tangan sendiri. Tuhan tak akan menolong siapapun yang tak menolong diri sendiri. Orang orang malas pasti ada dimana mana tapi semalas malasnya dia harus bekerja untuk dapat makan seperti ibu dan gadis 18 tahun itu. Aku mengepel lantai sendiri dan memasak nasi. Badanku remuk redam ternyata mengepel berat juga. Mengapa kebanyakan dari kita kurang hormat kepada ibu rumah tangga padahal pekerjaannya sangat berat?. Aku memasak nasi seperti di rumah, teman teman yang ikut makan sampai berkedip kedip saking enaknya, sebab orang Rusia atau bule umumnya memasak nasi hanya sampai kelenger tidak sampai matang penuh.

Aku memasak udang namun terlebih dahulu membuang kepala, kaki dan kulitnya. Udangnya gemuk gemuk. Aku perlu menyiramnya dengan air panas agar tidak membeku. Satu persatu aku kupas sampai bersih. Aku termasuk orang pembersih di dasan sampai garam saja aku cuci dahulu. Ketika semua sudah beres seorang ibu melihat udang itu yang sudah aku taruh di penggorengan dan berlumur bumbu yang aku buat. Dia bilang udangnnya belum bersih bagaimana kau mau memakannya. Aku bingung melihat ibu itu. Dia lalu mengambil satu dan menyobek punggung udang itu. Ternyata disitu masih ada garis hitam memanjang sampai ekor. Masyaallah orang ini sangat pembersih. Garis hitam sekecil benang itu dibersihkannya dan aku menyelesaikan semua kembali dari awal. Aku bisa membayangkan betapa banyaknya para babu kita yang bekerja serampangan pada tuan yang kulturnya sangat berbeda. Kita di dasan bahkan kaki dan kepala udangpun kita pakai untuk terasi atau yang lain. Setelah matang kami makan dan aku dapat pujian atas masakan istimewaku. Buat mereka aku adalah chef hebat. Mereka belum tahu seni memasak ala dasan yang melempar apa saja ke dalam cobek. Makanan itu disebut bebrox karena hanya di beber beber dan dri bruk bruk kan. Semua sayuran dan lain lain hanya ditebar dan dijatuh jatuhkan dan orang yang makanlah yang harus menggulung, mencolek colek atau merendam semua bahan lalu dimakan. Cara seperti itu untuk standar Eropa tidak diterima. Lain lubuk lain ikannya tapi kita bukan ikan maka kita harus belajar terus untuk menerima hal baru yang baik dan sesuai kita ambil yang jelek kita buang.

Kekurangan kita yang terbesar dalam kehidupan di dasan adalah tidak banyak yang mencintai iptek meskipun Islam yang kita bela sampai moren itu mewajibkan menuntut ilmu setinggi langit ke tujuh. Makin baik pendidikan orang makin tinggi budi pekertinya. Pendidikan di dasan tidak perlu ada universitas. Cukuplah kita dengan pendidikan dalam keluarga dan diniyah tingkat dasan yang tersebar diseantero gumi Selparang. Kita memerlukan manusia berperilaku terbuka dan mau belajar sebab kematian seorang manusia adalah ketika dia mulai berhenti belajar. Nah silahkan hitung sendiri berapa persen warga dasan yang bergentayangan kemana mana tetapi sesungguhnya mereka adalah mayat hidup. Kita bisa menyebutnya apa saja atau mereka menyebut diri apa saja dengan terang terangan. Ada yang secara terbuka menyebut diri " aku si TG Bajang", "Aku si TGKH sekenox sekenex!" dan sebagaianya. Tapi tak satupun dari mereka berbunyi saat ada orang dasan tua peot miskin dan tidak berdaya mengaku diri nabi. Mereka tidak terusik tentu saja sebab nabi tidak akan merorongrong kekuasaan dan lahan garapan mereka. Tapi coba kalau ada dari KS berani mendeklarasikan Presidennya sebagai TGCKbH* Lalu Muhammad Jaelani, tidak usah lama lama menunggu pastilah salah dua atau salah banyak dari anggota KS sendiri mengamuk sebab sudah termakan oleh keyakinan keliru yang dipelihara di dasan bahwa TG adalah warisan oknum tertentu.

Dua ribu tahun silam ketika Nabi Isya AS ditangkap oleh penguasa Romawi, persoalannya adalah kekuasaan dan ketakutan penguasa kehilangan lahan garapan. Tapi ketika Nabi Isya berkata bahwa kerajaannya bukan disini, sambil menunjuk tanah, tetapi disana, sambil menunjuk langit. Penguasa Romawi puas, tersenyum lalu berkata, dia tidak berbahaya. Lepaskanlah! Sayang Nabi Suci itu akhirnya ditangkap juga dan disiksa. Kini anak bangsa Sasak didasan tercinta bertindak seperti orang Romawi itu. Orang dasan yang mengaku nabi dilepas karena tak berbahaya dan dianggap gila. Tapi semua orang lupa bahwa orang yang mengaku TG sesungguhnya jauh lebih berbahaya daripada mengaku nabi. Sebab istilah TG adalah distorsi umum untuk istilah ulama. Ulama adalah penerus para nabi bukan penerus seorang nabi tapi semua nabi, dahsyat sekali bukan?. Maka sesungguhnya seorang TG adalah nabi juga tapi jamaah telah digoblokkan selama bertahun tahun sehingga mereka anggap TG bisa bertindak sebagai raja dan lihatlah mereka kaya raya tanpa tangannya kotor atau badannya bau keringat sedikitpun. Mereka tiap hari minghiba hiba agar jamaah rajin bersedekah sementara mereka tidak bersedekah. Jamaah diminta puasa senin kamis atau puasa Daud sementara mereka harus ganti jubah karena mode atau kegemukan.

Sudah waktunya anak bangsa Sasak merdeka dari kebodohan dan beranjak menuju jalan terang benderang yang diretaskan Rasulluah SAW tanpa basa dan basi. Jangan membabibuta tunduk dan taat pada siapapun tapi lihatlah segala sesuatu dengan mata terang dan dengan hati bersih yang ikhlas. Berserahlah kepada Allah sahaja karena manusia tak boleh dipercaya. Datanglah kepada para akhli ilmu untuk mengambil hikmah. Peganglah Al Qur'an dan Hadits kalau perlu ikatkan dan gantunglah dileher dan bawa kemanapun melangkah.

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Irkutsk - RUSIA, 26.10.09 08.32

GLOSSARIUM:
moren = mampus

*TGCKbH istilah baru untuk Tuan Guru Cendekiawan Kyai belum Haji

Komentar yahoogroup:


Nazar
2009/10/26
Sekali lagi tiang dirobek oleh kata2 miq Junep..
Selamet dait rahayu miq..

kadu kelambi sak anget2 laun kisut kulit pelungguh...
Tabek..

2009/10/26 Samsul Ma'rif

Ass. Wr. Wb.
Saya tertarik sekali mengikuti perjalanan Mamiq Junep. Saya kebetulan punya perhatian atas kawasan yang sedang dipaparkan. Terkait hal tersebut sekiranya bisa diinformasikan secara faktual dari pengamatan langsung di lapangan, karakteristik sosial-budaya dari kawasan-kawasan tersebut, khususnya kawasan-kawasan yang berada di lembah Volga, Pegunungan Ural dan utaranya Kazakstan ini. Saya tertarik mengamati dinamika kawasan-kawasan ini menyangkut peran dari etnis Tatar, Kazakh, Russia, Mongol pasca USSR dalam konfigurasi sosial politis (juga perkembangan Islam di Rusia), mulai dari Tatarstan-Baskhorotan, Orenburg, Komerovo, Tyumen, Altay sampai dengan Buryat (Ulan Ude).
Terima kasih atas perhatiannya.

Wasalam

Samsul Ma'rif - Semarang


2009/10/26

Waduh... atas ruen ni pengaji leq kanda Junep.. bingung tiang..
mohon translate artine nike :

kadu kelambi sak anget2 laun kisut kulit pelungguh...
Tabek..

ampurayang...
ragards
abdullah AM

2009/10/26
Saya sejak dari dulu setuju bahwa sebagai term baku, titel
ulama tak bisa dgantikan oleh idiom apapun, entah itu oleh
term Tuan Guru (TG), Kyai, maupun Buya. Hal inilah mengapa
Rasulullah SAW tidak menyebut ulama asli, atau ulama palsu
dalam sabda beliau.

Namun mengingat bahwa setiap kelompok masyarakat / manusia
mempunyai kebudayaan!, dan itu merupakan suatu keniscayaan
sejarah, maka dari segi pembahasaan, or penerjemahan, term
TG, Buya atau Kyai masih bisa dipake untuk menyebut ulama.
Sayang seribu kali sayang, keniscayaan budaya itu juga-lah
yang justeru mendistorsi term ulama itu sendiri.

Oleh sebab kenyataan itulah, tidaklah salah apabila Hujjah
al-Islam Imam al-Ghazali membuat tipologi ulama menjadi 2,
ulama al-akhirah (ulama baik) dan ulama al-su' alias ulama
busuk. Dan salah satu ciri yang membedakan keduanya adalah
kedekatan dan pengabdian buta pada penguasa dan kekuasaan.
[Ihya 'Ulumuddin]

Nah, jenis ulama', atau TG al-su' inilah yang sesungguhnya
mendistori term ulama. Dan jenis itulah yang paling banyak
beredar saat ini.

Alhasil, karena mayoritas pendidikan umat masih sekedarnya
maka, mereka belum bisa membedakan antara keduanya, lantas
menerima TG al-su' itu bak Tuhan yang infabilitas - (tidak
mungkin salah). Artinya, penerimaan yang membabi-buta oleh
umat awam itu juga-lah yg semakin mendistorsi term ulama'.
Sehingga umat memiliki andil jg dalam proses pendistorsian
itu. Syukur bila ada yg menyadarkan.

Eniwei, apa yang dikatakan oleh Mamiq HRJ ini bener adanya
dan menjadi pelajaran untuk semua umat terutama yg sarjana
atau mahasiswa supaya tetap kritis pada siapapun, termasuk
pada TG manapun. Hal itu mengingat, siapapun bisa berdusta
dan melakukan manipulasi saat membela, atau mempertahankan
kepentingan-kepentingan pribadi atau politiknya.

Kasus Seven Diamonds sudah cukup menjadi bukti tertipu-nya
ratusan bahkan mungkin ribuan umat awam saat harus menjual
tanah dan harta benda lainnya karna dibohongi oleh para TG
gadungan bin palsu, dan para pemimpin yang dengan pédé-nya
mempolitisir ayat sakral: "sami'na wa ata'na".


// Terima kasih atas perhatiannya

Salam Manis,
--
Rifki H
Teruna Sasak Si Mule Tulen Gagah
Pubs : http://www.maleficarum.net/
Contact : bajang[@]maleficarum.net

1 komentar:

Unknown mengatakan...

semoga bangsa sasak smakin maju dan modern.. terus menulis miq junep`,,,oks