"Orang yang hari ini lebih baik keadaannya daripada hari kemarin adalah Orang yang beruntung. Orang yang hari ini keadaannya sama saja dengan hari kemarin adalah Orang yang rugi. Dan Orang yang hari ini lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan hari keamarin adalah Orang yang celaka". Al Hadits.
[Sasak.Org] Merenungkan hadist diatas membuat saya jadi sedih sekali, karena sebagian terbesar anak dasan adalah orang yang momot meconya makin hari makin kronis. Artinya hari kini mereka terus menerus lebih buruk dari hari kemarin mereka. Membandingkan hari kemarin dan hari ini pada kehidupan ahli momot meco itu sperti melihat kebusukan yang terjadi pada penyakit kanker yang tak terobati.
Catatan Pemililihan Presiden kemarin menunnjukkan bahwa yang ikut adalah orang berpendidikan SMP kebawah sebanyak 80%. Pantas saja mereka tak tahu menahu soal memilih pemimpin. Siapa yang dapat mengerti issue issue yang dikumandangkan oleh para kandidat selama ini. Apa itu neolib, pro rakyat, bekerja lebih cepat lebih baik, bahkan yang mau dilanjutkan yang mana dan apa saja juga tidak diketahui. Rakyat ini cukup melihat penampilan dan citra orang sudah berbondong memilih. Itu terjadi secara nasional sampai tingkat dasan. Banyak yang mengelabuhi rakyat dengan mengulang jargon bahwa rakyat sudah pinter, mereka tahu siapa yang harus dipilih. Rakyat sekarang sudah pinter semua. Rakyat hanya ingin tentram dalam bekerja. Berapa kali pemilu dan masih saja hasilnya membikin pilu. Sesudah kenduri besar itu kita selalu kembali berkutat dengan hutang, pengangguran dan masalah penyakit yang diimpor dari para penjajah modern. Flu burung dibuat agar kita lupa serbuan ke Irak. Flu babi dibuat agar kita lupa krisis moneter. Kita yang tak terkait dengan masalah orang asing itu kok ikut ikut menderita. Permainan para kapitalist ini makin membuat bodoh yang 80% dengan mengalihkan perhatian mereka pada satu hal. Gegap gempita kampanye, bagikan uang, bayarkan bonus. Kenikmatan itu membuat mereka menjadi hantu yang digiring ke dalam botol.
Anak bangsa Sasak yang terus celaka itu perlu disetir dengan kekuatan revolusi agar tidak jadi bahan mainan musiman. Pertama perhatian diprioritaskan pada masalah kesehatan. Orang sehat perlu makan cukup dan berimbang, orang yang mau makan harus bekerja keras dan baik. Kedua perbaiki pendidikan. Untuk dapat bekerja dengan baik dan lebih keras, orang harus diberi pendidikan dan pelatihan yang tepat. Ketiga ketahanan pangan. Orang yang ingin makmur, hidup sehat dan sejahtera harus menguasai iptek, bekerja keras dan displin tinggi. Disiplin tinggi hanya bisa dicapai oleh orang yang berbudi pekerti ( Budi artinya pengetahuan dan pkrti artinya kejujuran) alias berakhlak mulia.
Kalau kita buat hitungan kasar tentang isi dasan saat ini pasti kita ketir ketir untuk mulai usaha penyelamatan, apalagi mau buka usaha dagang atau industri. Dari Tiga juta penduduk sebanyak 2,4 juta berpendidikan SMP atau kurang. Kalau yang berpenghasilan Rp. 20 ribu perhari dianggap miskin maka silahkan hitung berapa banyak mereka dengan anak dan istri satu atau dua.Masih ada lagi yang bahkan tidak berpenghasilan karena bergantung pada alam sehingga mereka makan setiap jumat sekali!.Belum lagi yang tidak suka kerja atau kelompok momot meco. Kaum terpelajarnya 10% dan bertebaran di seluruh dunia. Kebanyakan pulang saat pensiun dan menunggu gorong batang baru, handmade asli produk dasan. Kondisi seperti ini menjadi lahan subur pertumbuhan maling, penipu, penjudi, tukang putar putar keling kota dan TKI bermasalah.
Tanah Selaparang ini adalah tanah yang penuh dengan ulama yang disebut TG. Dari sisi manapun TG ini selalu terlibat. Sebagai masyarakat yang cenderung menggantungkan diri pada segelintir orang yang dikultuskan, maka harapan anak dasan tidak bisa tidak , mereka bersandar pada para TG yang sama banyaknya dengan kelompok momot meco itu. Tiap dasan ada puluhan TG masakan mereka tak dapat memutar revolusi lebih cepat?.
Peluang untuk mengubah kehidupan sangat luas. Tanah subur yang terbengkalai dapat diusahakan menjadi lahan pertanian produk unggulan. Bukit bukit bisa disulap menjadi lahan subur dengan mengerahkan insinyur pertanian yang bergentayangan disetiap pengorong dasan. Bekerjasama dengan Insinyur peternakan yang masih menunggu nasib jadi PNS, bukankah lebih baik mulai menggarap apa yang ada didepan mata?. Masih banyak lagi para calon manajer abadi yang menyimpan rapi Ijazah SE dan calon abadi lawyer yang IP kumulatifnya tiga koma. Janganlah pendidikan sarjana membuat mereka jadi tidak mau memegang pacul dan sabit.
Bekerja adalah bentuk ibadah, kekayaan yang utama adalah kekayaan hati. Kekayaan hati inilah yang akan menyelamatkan dasan dari celaka duabelas yang terus menerus menerpa selama 12 bulan pertahun dan entah sudah berapa putaran 12 berlalu.Anak dasan terjebak dalam pusaran yang membuatnya makin momot meco. Inilah saatnya kita hentikan lingkaran syaiton itu dan kita ganti dengan langkah tegap seorang yang bertawaf. Acungkan tanganmu dengan tawaduk(rendah hati dan taat) dan katakan, bahwa Allah menolong orang yang menolong dirinya sendiri.
Walalohualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Comments (1)
mansur: ...
Untuk skala kecil, saja masih banyak orang-orang dasan yang cukup kaya untuk sekedar membuka lapangan usaha buat tetangganya tetapi enggan 1
melakukannya. memang bukanlah suatu kewajiban tetapi sebuah keterpanggilan.1
July 13, 2009
Senin, 02 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar