Sabtu, 23 Mei 2009

Sasak Sang Keabadian

(Sasak.org) Senin, 08 September 2008 01:00
Semua warga sesangkok pasti sudah melihat gambar bangunan bangunan menjulang di dunia dan bahkan ada yang langsung melihat, meraba, memeluk dan menangis di depannya. Bukan pencakar langit tapi bangunan kuna sperti Piramid, Tembok China, Borobudur dan Prambanan, Taj Mahal dll.

Pada tahun 778 seorang pepadu bernama Gunadharma, mengores gores sketsa untuk membuat tempat merenung. Sebagai seorang Budis dia mencoba mengambarkan Kosmos yang dalam istilah mereka disebut mandala. Ia seorang diri di bukit kecil sisi barat gunung Menoreh. Menyepi dan merasakan betapa rahman dan rahim Allah meliputi sendi urat nadi kehidupan ini. Pohon pohon, angin semilir, bunga beraneka warna, gemecik air dan mata air asin yang bersebelahan dikaki bukit barat daya. Sungguh menggugah keimanannya dan mendorongnya mencari tahu Yang Di Balik Semua Ini…

3000 orang pemahat, seniman, petani, buruh saling membahu mengerjakan bangunan besar yang tadinya hanya stupa kecil diatas bukit, menjadi bangunan sangat dahsyat dengan lebih dari 2 juta meter kubik batu andesit.

80 tahun dibutuhkan untuk mendirikan candi terbesar di dunia itu tanpa terselesaikan tuntas. Seorang Gunadharma tak dapat melihat hasil goresannya dalam wujud yang diimpikan, karena ia harus mati. Perjalanan hidupnya harus berhenti sebelum semua usai.

Berpuluh tahun aku dicari orang dari seluruh penjuru dunia untuk menolong mereka mengungkap misteri candi itu, demi tuhan aku tak tahu… Tiap kali aku menerangkan rahasia kepada orang orang itu tiap kali pula aku mendapat informasi baru.siapakah yang hendak belajar? Aku atau mereka? Aku lebih sering jadi murid ketimbang guru, dengan begitu aku boleh bertanya lebih menohok agar aku selalu mendapat pengetahuan dari sisi sisi yang berbeda.
Bangunan agung itu hanya dipakai sekitar 200 tahun karena pada tahun 1006 gunung Merapi meletus dengan dahsyat. Setelah itu waktu 750 tahun menguburnya dalam rimba tak bertuan.

Aku bukan sedang bicara mengenai sejarah,aku sedang melayang layang diatas bangunan bangunan kuna itu. Alangkah dahsyat fikiran dan karya manusia. Kita sering berfikir kitalah makhluk homo sapien paling modern, padahal nenek moyang kitapun sangat modern. Bagaimana tidak modern bangunan rumit, tinggi menjulang dapat tegak dan kukuh serta indah. Mereka tentu menguasai matematika dan fisika sperti kita saat ini.
Materi bangunan tak terbanding mutunya, mereka memilih yang terbaik yang tersedia dan mengerjakannya dengan cara tersendiri, sungguh genius lokal tak terperi. Meskipun sudah berjuta bangunan megah didirikan dan hancur, baik oleh waktu maupun dirusak sendiri oleh manusia, tapi ada satu bangunan yang terus menerus dikerjakan dan tiada henti.
Apakah yang memberi kekuatan pada orang yang membangun dengan tangannya segala kemegahan arsitertur kuna itu. Tentu tekad yang sangat kuat dankeyakinan akan keberhasilan yang terus bergelayut di dada para pendirinya.

Jauh berbeda dengan bangunan megah itu, bangunan ini tiada rusak oleh waktu tak juga dapat dihancurkan sendiri oleh tangan manusia. Sejak Nabi Adam sampai kiamat terus kita bangun bersama sama, bangunan itu bernama Rahmatan Lilalamin….
Kita mendapat hak istimewa mengawal pembangunannya karena kita ditunjuk menjadi khalifah yang merangkap manager proyek. Sungguh luar biasa bahwa tiap orang dapat membangun sendiri proyeknya namun demikian bentuk bangunannya yang komplek semakin indah dengan berjalannya sang waktu.
Bangunan Rahmatan Lil Alamin adalah terbuat untuk segenap makhluk hidup dan mati. Semua terjamin pasti terlindung didalamnya. Sering kita merasa kecil dan tak berguna, tetapi didalam bangunan itu tak ada makhluk lain yang lebih istimewa dari pada kita karena kita adalah pemiliknya.

Bangunan inilah satu satunya yang memberi kita kebahagiaan yang tiada batas, Rahmatan Lil Alamin abadi adanya. Amiiin Ya Rabbal Alamin.

Demikian dan maaf

Wallahualam bissawab
Yang ikhlas


Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: