Sabtu, 23 Mei 2009

Sasak Sang Tumbal

(Sasak.org) Minggu, 19 Oktober 2008 01:00
Dahulu sekali nun di kota Yerussalem, seorang Rabi terkemuka memulai sebuah ide tentang cara bertransaksi dalam jual beli menggunakan surat jaminan. Ide itu mendapat sambutan karena membawa emas sangat riskan apalagi kalau hanya mau membeli gandum atau roti yang tak berapa nilainya dibanding dengan nominal yang sekaligus nilai intrinsik keping emas terkecil.

Rabi yan terpercaya itu adalah orang kaya yang oleh penduduk dijadikan tempat menitipkan emas mereka. Lambat laun kepercayaan makin tinggi sehingga dengan membawa nama Rabi saja orang percaya bahwa si fulan punya tanggungan emas tertentu yang disimpan sang Rabi. Untuk transaksi jual beli sang Rabi mulai dipercaya mengeluarka kertas yang menyebutkan bahwa si fulan yang membawa carik kertas itu dapat membayar harga yang ia inginkan dengan cadangan emas yang ia miliki.

Kepercayaan yang berlebihan kepada satu orang kuat itu, seiring berjalannya waktu, menimbulkan spekulasi. Maka timbullah ide jahat dari manusia dengan menipu orang banyak. Kertas jaminan dikeluarkan untuk orang tertentu tanpa adanya jamian emas ditangan sang Rabi. Disinilah permulaan sejarah uang kertas dimulai. Orang yang membawa kertas jaminan yang tak punya emas itu membuat sejarah baru yang kita kenal sebagai hutang atas jaminan orang lain.

Di berbagai belahan dunia, seseorang yang memegang uang kertas dengan nominal tertentu mencerminkan nilai emas yang memang dimiliki. China adalah negara yang pertama mengeluarkan uang kertas. Dikenal sebagai surat raja dan dapat digunakan diseluruh kerajaan.

Selama ribuan tahun tiap Negara, mengeluarkan uang kertas dengan jaminan emas di bank sentralnya. Saat ini negera dengan jaminan emas terbesar adalah Jepang, China, Rusia. Orang Amerika dengan angkuhnya mengahapus jaminan emas pada era Nixon di tahun 1970 an. Orang Jerman lebih berani, mereka berkata, jaminan atas niali uang itu ada ditangan pekerja mereka, selagi mereka bekerja dengan baik dan menghasilkan produk unggulan, uang mereka tetap kuat.

Indonesia dahulu punya cadangan emas di bank nasional di Jogja, tapi konon diambil penjajah dan sejak itu rupiah yang pernah bernilai Rp. 50 per dolar pada 1955 an dan waktu saya ikut asuransi di tahun 1974 tiap satu dolar dihargai 350 rupiah, menjadi bulan bulan dihadapan valuta dunia.

Kapitalisme memporak porandakan perekonomian dunia, karena penipuan ditutupi dengan penipuan. Orang USA yang paling banyak mengambil keuntungan dari bisnis dunia dengan membayar minyak memakai dolar yang tak punya garansi emas. Berarti mereka memperolah minyak dengan cuma cuma. Buktinya kalau mereka disuruh bayar pakai emas tidak berani. Coba tantang Chima atau Jepang membayar pakai emas, dengan gampang mereka menerima tantangan itu.

Tidak ada system yang tepat dalam berniaga di dunia ini, sepanjang sifat rakus dan tamak manusia selalu dikedepankan. Kejujuran telah semakin rusak. Sosialisme runtuh karena sifat korup manusia yang tak terkendali disebakan sentralisasi yang sangat kuat. Kapitalisme sedang runtuh karena alasan yang sama ketamakan dan kerakusan manusia.

Apakah sistem syariah dapat menyelamatkan? Tidak hanya Sistem ini, bahkan semua sistem dapat menyelamatkan manusia, asal dilaksanakan dengan mengedepankan kejujuran dalam berpegang pada azas ideologinya.

Kita sering mendengar kiyai ceramah bahwa sekali berbohong maka kita harus berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan kita terdahulu. Sejak sang Rabi mulai bermain api dengan berbohong lewat kertas jaminan itu entah berapa ribu tahun yang lalu, sudah berapa milyar kebohongan yang harus kita tutupi?.

Pemerintah kitapun mencoba menutupi krisis yang sebenarnya, dengan mengatakan bahwa kita baik baik saja. Tetapi kelimpungan mencari utang bilateral dan ternyata semua negera juga kesulita likuiditas. Sudah ambruk begitu rupa USA, tapi sebagian tokoh kita masih mengharapkan kucuran dana yang katanya akan berkurang jumlahnya kelak. Kita adalah bangsa yang sedang setengah hidup dan mengaharap bantuan dari negera yang sedang pingsan. Kapan kita jadi manusia yang berdikari?

Menghadapi kebohogan ini, marilah kita dorong Bangsa Sasak agar kembali kepada jati dirinya, seperti selalu saya katakan dari dahulu, keselamatan bangsa Sasak ada ditangan mereka. Marilah kita dorong anak bangsa kita kembali terjun kepada pekerjaan bertani, beternak, melaut dan berkebun, untuk mencapai kemakmuran bersama.

Ada ungkapan suku Indian yang terkenal yang saya dengar waktu melawat ke dusun mereka di kaki Rocky Mountain. Katanya: Tunggulah sampai ikan terakhir dan pohon terakhir musnah, baru kau akan tahu apakah uang itu masih berguna untuk mu”. Ya kalau semua sudah rusak oleh kebohongan…apakah arti selembar uang?

Wallahualam bissawab

Demikina dan maaf
Yang Ikhlas

Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: