Kamis, 21 Mei 2009

Sasak Sayang Sekali

(Sasak.org) Kamis, 01 Januari 2009 16:55
Pagi pagi saya menelusuri jalan didepan rumah sampai di puing pemandian raja, mengelilingi lapangan basket beberapa kali. Di bekas gedung perpustakaan ada seorang laki laki muda duduk menghadap timur menanti matahari terbit. Saya memperhatikan wajah dan segenap badannya. Ia duduk seperti raja dalam panggung sandiwara rakyat. Bajunya kaos berlengan panjang, bersarung sepaha dan celana panjang hitam. Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda. Dia menghela napas panjang berkali kali lalu sebatang rokok dinyalakan dan dihisap dalam sepagi ini.

Dia pastilah orang yang sedang mengalami depresi berat tetapi belum lama, karena pakaiannya masih belum terlalu dekil dan wajahnya masih gagah meski tidak menyentuh air berhari hari. Ketika saya terus berputar dilapangan basket itu dan setiap membelok ke arahnya menatap dengan rasa ingin tahu, tiba tiba dibelokan berikutnya dia telah berjalan disebelah kanan saya di jalan yang terletak dibawah lapangan, dia berlalu sambil menarik napas dalam.

Apakah dia adalah korban dari gempa 2 tahun lalu? Tidak mungkin, rasanya semua korban telah ditolong dan dirawat. Kemungkina besar dia adalah korban dari PHK yang terus merontokkan harkat martabat anak bangsa kita. Kita dihebohkan berkali kali oleh berbagai krisis yang bersumber dari kebrengsekan manusia kapitalis yang menguasai hajat hidup bangsa sedunia. Mereka telah memperaktikkan riba bertahun tahun dan sambil menyelam minum air. Menyelam karena kita tak tahu bahwa kita ditipu mentah mentah dengan perusahaan gadungan dan data palsu mengenai kekayaan mereka.

Keledai yang dianggap paling bloon sedunia belum pernah mau jatuh di lobang yang sama, tapi kita terus dikerjain oleh kelompok yang sama sejak tahun 1930 an. Sana yang rusak kita yang menderita, saking jahil dan mungkin bahlulnya kita jadi manusia. Krisis 1998 menghacur leburkan ekonomi kita lalu sekarang kembali kelompok yang sama menipu kita karena perbuatan yang sama. Mengapa kita begitu terpaut oleh iming iming uang besar dari para penipu dan pemakan riba itu? Karena kita lebih khusuk memikirkan perut daripada kemaslahatan kemanusiaan kita. Kita lebih suka mengejar gengsi daripada mengejar ilmu. Kita puas hanya kalau dapat membeli mobil, rumah besar dan mewah yang akhirnya kita tinggal mati lalu ambruk dan tak dapat dinikmati anak cucu.

Kita sudah mendeklarasiakn diri sebagi mukmin yang bersyahadat tetapi bukan Allah dan RasulNya yang kita taati. Kita menyerahkan batang leher kita kepada kekuatan manusia asing yang tidak percaya kepada Syahadat kita. Kita mengharamkan riba mereka sebaliknya hidup dari riba. Kata orang, kalau bergaul dengan tukang minyak wangi niscaya akan dapat aromanya, kalau bergaul dengan pemakan riba, tentu susahnya saat bangkrut dan krisis akan menyeret kita pula!.

Bagaimana mungkin 6 jutaan manusia Yahudi dan beberapa ratus juta ribawan jahat dapat mengelabuhi satu miliar lebih ummat Islam?. Karena ummat Islam sibuk sendiri sendiri. Kekuatan akidah yang tiada tandinganya ditukar dengan fasilitas murahan berupa jabatan dan kekayaan yang membuat mereka merasa sederajat dengan para ribawan itu.

Tidak terkecuali anak Bangsa Sasak, mereka telah menukar segalanya dengan kehidupan baru yang lebih mentereng yang memuaskan pancaindranya. Ideologi kapitalisme telah berlaku seperti syahadat bagi mereka. Pernah ada orang sholeh yang mengaharamkan sekolahan, dan mengharamkan hutang. Rupanya orang itu telah melihat jauh ke depan! Sekarang buah dari sekolahan, yang hanya bersekolah menghapal taktik kebohongan untuk memepertahankan kebutuhan perut dan nafsu lainnya, telah terbukti menjerumuskan mereka. Tiba tiba amax Baok punya hutang menumpuk karena terpikat iming iming Bank. Motor yang diambil di dealer dicabut satu persatu dari tangan anak anaknya, rumahnyapun segera akan disita bank bila dalam 1 tahun tidak dapat membayar tanggunagannya.

Amax Baok, momot menyesali, perbuatannya, memberi fasilitas berlebih pada anak-anaknya yang sekolah hanya 500 m dari rumah tapi dibagikan speda motor baru. Rumah di agunkan untuk meminjam uang di bank, karena ingin berbisnis dan bermain di arena financial tingkat kampung. Terlibat pada bisnis MLM yang dia tak fahami dan berbagai macam bisnis yang tak jelas juntrungnya. Yang terakhir uangnya ditanam pada perusahaan agribisnis fiktif dan pemilik perusahaan lari ke negeri seberang dengan dana besar dari masyarakat. Sawah Amax Baok juga ludes dijual untuk menutupi hutang yang tercecer diman mana. Setiap hari berbondong bondong para petani kecil yang ikut ikutan langkah amax Baok dengan menyetor uang hasil jualan kelapa dan bambu lewat dia. Kini menagih hasil setelah mereka tahu semua adalah penipuan!

Amax Baox akhirnya, berjalan keliling kampung sambil teriak teriak, mengumpat siapa saja dan bahkan Tuan Gurunyapun yang selama ini ikut disetori dimaki juga sesukanya. Orang gila itu meraung pagi dan petang, tak ada tetangga yang peduli bahkan menanyakan saja tidak. Mereka seperti akhli psikolgi atau akhli keuangan, masing masing menganalisa sebab musabab kegilaan, kebangkrutan dan segala teori kosnpirasipun jadi perbincangn di boug boug dasan. Entah darimana mereka belajar teori sulit itu, padahal Alfatihah yang sering dibaca saat shalat saja tidak dapat dibahas.

Kita sering mengatakan bahwa kita sedang krisis, padahal krisis itu hanya ada dipikiran buruk kita. Kalau kita hidup tentu ada untung dan rugi. Masalah itu harus diketahui dalam berbisnis. Tapi kalau menjadi korban penipuan bukanlah krisis yang disalahkan tapi kebodohan dirilah sumber mala petakanya. Bagaimana mungkin anak bangsa Sasak ikut terlibat krisis yang terjadi 15000 km jauhnya di New York sana?. Itu karena anak bangsa sasak belum merdeka secara penuh. Selama ini sangat bergantung pada orang lain. Membangun BIL saja minta investor asing yang talangi, kalau terjadi krisis di negara asal investor, akan remuk redamlah proyeknya. Kelak bila sudah selesai maka yang akan menikmati terutama adalah para investor bukan rakyat. Uang untuk pembangunan disimpan dibank bank pemda agar bunga berbunga, akhirnya pembangunan diirit sedemikian rupa agar tak banyak duit keluar dan mutu proyekpun rusak rusakan. Pemda sangat cepat mengeluarkan dana diakhir tahun atau akhir masa penganggaran,cepat sekali sehinga segalanya dibuat apa adanya asal uang dapat dicairkan, demikian setiap tahun.

Rakyat tak pernah berhenti membayar pajak tapi kwalitas hidup terus buruk, penyakit dan kemiskinan absolut tak pernah berkurang. Program gratis apa saja digunakan untuk iming iming agar mereka dipilih jadi pejabat. Rakyat setali tiga uang, mabuk gratis semua. Seharusnya malu meminta gratis. Dimana muka kalian wahai bangsa Sasak?. Gratis adalah untuk pengemis dan gelandangan atau setidaknya orang duafa. Kalian yang punya badan sehat harus terus bekerja berapapun hasilnya sedangkan mengenai pendidikan adalah tanggung jawab pemmerintah. Kalian berilah makan minum kepada anak anak. Dan jagalah kesehatan dengan hidup bersih. Jangan sekali menuntut keadilan dan kasih sayang berlbihan dari pemerintah. Apa kata dunia kalau anak Bangsa Sasak yang Pagahnya mengalahkan Syetan, tapi terpuruk minta dikasihani dan menuntut keadilan?.

Pemerintah tidak boleh gegabah mengeluarkan proyek gratis karena rasa kasihan dan sayang pada rakyat. Rasa sayang dan kasihan berlebihan adalah blunder yang membuat rakyat jadi lemah dan berwatak kere! Sedikit sedikit menadahkan tangan. Padahal semua tahu tangan yang diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Sebaliknya jangan pernah rakyat menuntut keadilan berlebihan, akan sangat kejam pemerintah bila memenuhinya.

Di kampung saya tinggal para intelktual, doktor lulusan Amerika, Eropah dan Jepang tak terhitung. Mereka dapat pembagian kompor gas Cuma Cuma, padahal itu adalah proyek untuk orang miskin! Kejam sekali pemerintah menyamakan orang miskin dengan orang kaya. Kejam sekali pemerintah memiskinkan orang kaya. Saya dapat membeli sendiri kompor gas dan menolak pembagian tapi RT bilang itu sudah keputusan agar orang tidak iri. Siapakah yang iri yang kaya atau yang miskin? Keadilan yang bodoh seperti itu merajalela di tanah Sasak, ambil jalan mudah supaya birokrat lancar bekrfungsi. Begitupun pendidikan dan kesehatan gratiskan saja.

Mutu pelayanan disegala bidang sangat buruk karena uang sebagian besar masuk ke kantong pejabat baru yang bermunculan diman mana sebagai buah dari pemekaran daerah. Masing masing pejabat menawarkan pembagian apa saja gratis, karena itulah program yang paling tidak menuntuk kreatifitas apalagi kearifan seorang pejabat pemerintah.

Kita jadi pemberani dalam merancang proyek mercusuar karena kita dapat pinjaman uang, kita lupa besok lusa anak cucu akan membayar mahal semua beban yang kita buat karena ketiadaan kreatifitas, kearifan dan harkat martabat yang kita gadaikan. Apakah kita sanggup memperbesar RS Jiwa Selebung atau membangun lagi ditiap wilayah pemekaran, karena makin hari makin banyak anak bangsa yang kita jerumuskan dan jadi gila? Jangan sampai ada bupati yang bilang: Ndex arax kepeng! Bukankah sudah dibagi gratis?

Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairi R. JUNEP

Tidak ada komentar: