Senin, 18 Mei 2009

Sasak Sang Professional

(Sasak.org) Senin, 18 Mei 2009 11:47
" Anakku sayang, engkau dititip Allah kepadaku agar engkau kutempa, sebab engkaulah yang akan membebaskan Si Bodoh dari kepandirannya, Si Miskin dari kemelaratannya, Si Pelit dari kekikirannya, Si sombong dari kejumawaannya dan Si Kafir dari keingkarannya. Selamat belajar!". (SMS kepada Khalista, Risecha dan Hassan)

Sudah beberapa bulan aku tak bertemu dengan ketiga anakku seperti sediakala karena aku harus bekerja mulai saat hari masih gelap dan pulang sesudah hari gelap pula. Tak boleh putus komunikasi dengan mereka terutama soal menanamkan idealisme tentang membangun manusia dan kemanusiaan. Aku sudah dibiasakan amax mulai bekerja ketika orang masih lelap tidur. Sebelum mentari terbit aku telah membuang ulat dan seli seli tembakau kami. Setelah itu pergi sekolah dan sore hari kembali ke sawah. Anak anakku tak mengalami hal itu tapi mereka ku gosok dengan cara yang sama seperti amax menggasakku. Ah betapa indahnya saat aku dituntun amax di tete kayu ditiap parit yang kami seberangi.

Di dasan kami yang jauh dari kemajuan akhlak, ilmu dan teknologi, saudara kami tak henti saling serbu. Kalau perlu saling bunuh satu sama lain. Kalau perlu memusnahkan saudaranya yang ada di sisi lain pengorong dasan. Entah mengapa berpuluh tahun kejadian saling serang tak mau diselesaikan baik oleh diri masing masing apalagi oleh para tetua atau pemimpin kami. Nampaknya perkelahian antar gubuk disatu pengorong telah menjadi ajang bermain untuk kepentingan berebut pengaruh politik, ekonomi dan kultural.

Ketika orang lain kasak kusuk mempersiapkan diri untuk menyambut gegap gempitanya bisnis pariwisata dengan akan dibukanya Bandara yang lebih besar dari Ngurah Rai International Airport di Bali, orang dasan kami terus berkelahi, sementara yang lain mekok dengku dan ada banyak lagi yang momot meco saja. Orang yang dihadiahi gelar Tuan Guru tak lagi dapat menyiram rohani yang gersang diterpa panasnya kapitalisme. Orang yang dipilih untuk menjadi Pemban, lebih asyik menuntun dan menunggang kuda sedang yang lain asyik mengelus mobil barunya dengan khusuk. 

Para pepadu kami yang menyerbu negeri jiran telah berjuang menyabung nyawa agar dapat mengirim uang untuk meningkatkan harkat diri. Tetapi semuanya baru sekedar untuk mengangkat gengsi saja. Rumah baru berdiri di tepi jurang dan motor barupun memenuhi pengorong dasan. Tapi setelah kembali kedaan mereka berputar pada pusaran syetan yang sama. Diantara orang yang momot meco dan berkelahi apalagi yang dapat dilakukan, kecuali ikut meradang atau menjadi korban keberutalan sesama. Baik tinggal di gubuk atau dirumah permanent, sama saja, tak ada nilai tambah dari segi kemanusiaannya.

Orang tua kami di dasan telah menjadi rabun karena banyak menangis dalam doa yang panjang, siang dan malam agar bebajang kami tidak menjadi bebajing, tapi tetap saja kami menghadapi saudara kami sendiri yang menjadi musuh dalam selimut. Sudah berulang kali mereka memberi nasihat agar masing masing pemimpin menggandeng pepadu dijalan masing masing dan dengan cara masing masing. Sayang para teladan tak lagi sanggup memberi tauladan. Semua mencari alasan agar dapat merengkuh apa saja sehingga tak lagi ada batasan yang jelas antara yang menjaga dan memelihara ruh manusia dasan kami dengan yang menjaga keperluan perut dan nafsu di sisi lain. Mengurus ruh masyarakat memang sangat sulit oleh kerenanya semua orang ingin mengurus yang logistik saja. Akibatnya monster monster yang berebut jatah lahir disetiap pojok dasan dan dengan mudah merampas, memperkosa dan menghianati anak bangsanya.

Papux kami telah menorehkan darahnya dalam menuliskan takepan duntal mengenai bagaimana memimpin diri dan anak bangsa agar berhasil gemilang dalam kehidupan dasan yang sejahtera lahir dan bathin. Baik pemimpin maupun masyarakatnya sama sama harus patut, patuh, pacu, pasu, tuhu dan tresna dalam menata peri kehidupan. Ada sayarat yang harus dilewati oleh siapapun yang mau menjadi professional dalam segala hal agar dapat menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

1. Ilmu

Papux balox kita tidak pernah datang kesekolahan tapi mereka mengaji dari sesepuh, pemban dan pemikir di zamannya. Di masa kini kita dapat ilmu melalui pendidikan formal maupun non formal.

2. Pengalaman

Di masa lalu tidak ada perusahaan atau lembaga untuk bekerja mencari pengalaman, maka papux balox kita berkelana dari satu dasan ke dasan lainnya. Jiwa mereka ditempa lewat kerja praktik di tempat pandai besi, kemasan, bahari, peternakan dan pertanian langsung. Sekarang kita dapat memasuki dunia apa saja lewat praktik sebagai asisten disegala bidang. 

3.Motivasi

Segala sesuatu akan berjalan dengan baik bila dikerjakan dengan niat penuh. Apa yang menjadi alasan kita memilih suatu bidang haruslah jelas. Segala suatu itu tergantung dari niat kita.

4. Imbalan

Sebagian orang memang dapat bekerja denga tekun dengan imbalan yang tidak sesuai, tetapi yang demikian itu sangat sedikit mencapai tingkat professionalisme. Apabila seseorang melakukan sesuatu dengan baik maka kenikmatannya akan bertambah bila mendapat imbalan yang sesuai. Imbalan yang tepat akan meningkatkan semangat kerja kita.

Akan tetapi apa yang kita lihat di kantor kantor pemerintah maupun diperusahan swasta, orang orang yang telah meperoleh pelatihan dan pendidikan sampai S3 di manca negarapun, kerjanya hanya bermalas malasan saja. Banyak yang menjadi jahat, korupsi dan tidak disiplin dalam bekerja. Kemajuan di dasan kami sangat perlahan dan bahkan dapat dianggap stagnan atau mundur.

Ketika kita berada diposisi memegang amanat ada hal hal penting yang harus dipegang teguh dan tak boleh lepas dari nurani kita, yaitu:

1. Totalitas

Seorang yang telah mempunyai syarat professional harus total dalam melaksanakan amanatnya. Di Alam ini tidak ada suatu ajaranpun yang memaksa manusia untuk menjadi total dan menjaga totalitasnya kecuali Agama Islam. Apalagi yang lebih dahsyat daripada Syahadat A'in?. ketika kita telah bersyahadat, Allah tak memberi kita setitikpun peluang untuk menduakanNYA. Sejak lahir kita telah disematkan pada kunci yang tak dapat dibuka oleh tangan manusia, yaitu bergantung pada tali Allah. Inilah modal terbesar anak dasan untuk menjaga totalitasnya. Orang yang berjihad itu adalah manusia yang total!

2. Tanggung Jawab

Bekerja, belajar dan berbuat apa saja demi kebaikan adalah ibadah. Karena segala sesuatu adalah ibadah maka kita hanya tahu bahwa kita akan mempertanggungjawabkan apa saja yang kita laksanakan. Pendeknya kita bekerja hanya karena kita bertanggung jawab melakukannya. Dan tanggung jawab terakhir adalah kepada Allah semata.

3. Kesadaran

Belajar itu harus dilakukan dari buaian hinga ke liang lahat. Siapa yang belajar?. Bayi yang lahir mulai belajar dan yang melihatnya juga belajar. Yang mati juga belajar apalagi yang masih hidup, yang menatap jasad beku itu. Siapakah yang dianggap bodoh?. Orang bodoh adalah orang yang lalai! Celakalah orang yang sholat tetapi lalai. Orang lalai adalah orang yang tidak memiliki kesadaran diri. Tak mengenal akan diri sendiri. Orang yang momot meco adalah orang yang lalai. Tidak punya kuasa menuntun dirinya, bahkan kalah oleh anak ayam yang menceker tanah untuk mencari rezekinya. 

Sebaliknya, orang yang telah berjuang mencari limu dan bekerja keras melawan kelemahan diri adalah orang yang sadar. Orang yang sadar adalah orang yang tercerahkan lahir dan bathinnya. Orang yang sadar akan diri akan melihar cermin pada orang lain sehingga dia dapat memimpin dirinya dan masyakatnya agar tidak ada yang terus berkelahi, busung lapar dan mengemis terus.

Orang yang telah memiliki kesadaran (the enlightened) inilah yang dapat bekerja professional dibidang apapun dengan hasil optimal. Dasan kami sedang menunggu sosok yang satu ini.

 

Demikian dan maaf

Wallahualambissawab

Yang ikhlas

Hazairin R. JUNEP

 

Glossarium:

Seli = cabang
Amax = ayah
Tete = jembatan
Pengorong = gang
Gubuk = dusun atau rumah jelek
Mekok dengku = memeluk lutut
Momot meco = bengong, tidak berbuat apa apa
Takepan duntal = daun lontar
Papux balox = nenek moyang
Patut = sesuai, proper
Patuh = disiplin, tunduk
Pacu= taat azas
Pasu = rajin
Tuhu = tekun
Tresna = cinta, asih

Tidak ada komentar: