Hanya ada satu kesan setelah membaca tulisan-tulisan Hazairin Junep, luar biasa impressive. Bila anda adalah orang Sasak atau pernah hidup di gumi Sasak beberapa dekade yang lalu, buku ini akan membawa anda kembali menyusuri lorong-lorong waktu di sudut-sudut Lombok yang belum sempat tertorehkan dalam sejarah. Dan bila anda adalah orang Sasak atau sekarang tinggal di Gumi Sasak, maka indahnya bahasa dalam tulisan tulisan “sang pengelana” ini akan sejenak menghentikan segala hiruk pikuk aktifitas anda untuk sejenak merefleksikan akan segala fenomena yang ada di bumi Seribu Masjid ini.
Bahasanya yang jenaka mengalir bagai rentetan kembang api hingga kejadian-kejadian di masa kecil dan remaja penulis itu terasa begitu hidup dan nyata, sehingga pembaca yang sedang bermuram durja dijamin akan tersenyum-senyum sendiri. Namun pada saat bersamaan, pembaca juga akan dengan serta merta menangkap makna dan pelajaran dari setiap peristiwa itu untuk diproyeksikan pada masa kini.
Kecintaan dan kepedulian penulis pada tanah kelahirannya tergambar jelas dari bait-demi bait yang ia untai di setiap tulisan. Gumi yang telah menjadikannya seperti sekarang dengan sejuta persoalan dan masalah yang dihadapi penghuninya sangat menyita perhatian penulis. Masalah kemiskinan dan kebodohan yang kian membelit di Lombok hingga masalah degradasi moral coba di petakan di depan pembaca dengan gaya yang mampu mengajak pembaca untuk sejenak terpekur dan memikirkan apa yang bisa diperbuat untuk kemaslahatan orang banyak.
Buku ini adalah bacaan wajib bagi anak bangsa Sasak dan semua orang yang memiliki keperdulian atas kemajuan masyarakat Sasak.
Brisbane di hari pertama musim dingin,
1 Juni 2009,
Nurul Hilmiati
Sedang menyelesaikan Doktornya di Australia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar