(Sasak.org) Kamis, 14 Februari 2008 01:00
Sesungguhnya hidup adalah pendidikan, karena tidak ada manusia yang selesai belajar tahu semua. Belajar dari buaian sampai ke liang lahat adalah ungkapan yang sangat dikenal orang Sasak.. Belajarlah hingga ke negeri China., kata orang bijak..
Yang lebih tegas lagi Allah memerintahkan tiap-tiap manusia wajib menuntut ilmu. Alam semesta adalah guru yang paling baik bagi manusia. Ketika lahir setiap bayi punya kemampuan daya tangkap yang sungguh luar biasa.
Dalam waktu 2 tahun, selama ia menyusu ibunya, ia sanggup menyerap seluruh informasi dasar untuk dapat berkomunikasi. Sampai umur 5 tahun seorang manusia telah menguasai 80% dari seluruh pengetahuannya selam hidup.
Ibu adalah madrasah utama bagi semua manusia. Orang muslim memiliki sistem hukum yang dapat menjawab segala persoalan hidup. Tiap manuasi dibimbing untuk tumbuh berkembang secara utuh.
Mula-mual fisik manusialah yang tumbuh dengan sangat pesat. Ketika mengalami pertumbuhan itu kesadaran akan waktu belum diperhatikan. Segalanya cepat berlalu dan tiba-tiba mulai menyadari lingkungan berputar bersamanya dan mulailah terasa adanya waktu sebagai bagian penting kehidupan ini.
Saat menyadari waktu mulailah tumbuh dan berkembang akal sehat. Setiap apa yang dilihat mulai direkam dan dikumpulkan dalam konsep- konsep yang berupa kumpulan informasi yang tertata rapi.
Setelah akal mulai mencapai perkembangan penuh tiba-tiba perasaan bergejolak tentang identitas diri. waktu kecil memang banyak tanya tapi itu sekedar reaksi dari pengaruh lingkungan. Kali ini kekuatan dahsyat mendorong untuk segera menemukan jati diri.
Tiap manusia diciptakan Allah secara istimewa. Tak ada manusia yang mau hidup dengan gaya yang persis sama dalam segala hal. Pasti masing-masing bertumbuh menurut gaya dan kodratnya.
Ibu telah menuntunnya menjadi manusia dengan watak dasar yang kuat, ayah membimbing bagai menyiram bunga agar subur dan indah. Ayahlah yang mengisi bagian yang penting selanjutnya, sedang ibu tinggal merestui saja.
Dalam masa pembentukan diri inilah saat yang genting bagi anak, dimana pengaruh usia sebaya, lingkungan dan masyarakat mulai menyusupi simpul kepribadiannya. Anak yang telah ditempa Ibu dan Ayah tidak gampang dipengaruhi, tapi kejahatan orang lain dapat menjebaknya. Apalagi kejahatan yang drencanakan secara sistematis.
Malangnya manusia tidak tahu persih kapan tiap tahapan itu mulai dan berhenti, hanya gambaran umum dari pengalaman sehari-harilah jadi patokan. Lebih malang lagi manusia sangat gampang lupa dan mengabaikan hal-hal detail mengenai perkembangan anaknya. Seolah pasrah begitu saja.
Adakah orangtua menyadari bahwa neraka adalah orang lain? Mereka ribut ketika tertimpa kemalangan yang menyangkut anaknya. Inilah sifat manusia Sasak, selalu berkutat pada akibat tanpa peduli akan hal-hal yang diabaikan selam ini sebagai sebab semua kekacauan.
Kasus narkoba pada anak, dimulai saat orang tua mengabaikan anak. Ketika ada orang tua yang terlalu sayang sehingga takut kehilangan anak. Rasa takut kehilangan anak itu membuatnya jadi manusia pengecut dan takut menolak permintaan anak. Mula-mula anak diberi apapun karena rasa sayang tapi lambat laun anak dikuasai dajjal dan takutlah orangtua kepadanya.
Masyarakat adalah mula-mula bagai anak kecil yang juga mengalami perkembangan seperti seoarng manusia. Masyarakat lebih mudah diolah dari luar dari pada seorang anak. Ibu membuai anaknya dengn sabar sampai habis napasnya, habis darahnya habis rambutnya untuk menumbuhkan anaknya agar jadi sehat, kuat dan hebat, berguna bagi nusa bangsa dan agama. Masihkan orang tua menanamkan cita-cita itu?
Masyarkat tidak membuat ibu siapapun jadi peot. Tapi menghancurkan hati setiap ibu yang ada di bumi ini, kalau sampai masayarakat tumbuh rusak. Makanan, pakaian, hiburan adalah pengganti ibu. Ketiga hal itu membuai ,menimang dan memabukkan masyarakat. Mereka tidak tumbuh seperti bayi sehat tapi jadi makhluk raksasa yang tak dapat mengekang hawa nafsunya.
Dalam kisah-kisah kuna sebernarnya tokoh pahlawan adalah cermin seorang anak ibu yang kukuh dan hebat dalam berjuang sedangkan Raksasa adalah makhluk besar bernama, komplotan, gang dan masyarakat yang bobrok , penuh akal bulus dan kultus individu.
Manusia sesungguhnya membutuhkan pendidikan untuk menumbuh kembangkan ketiga bagian dari dirinya yaitu badan/fisik, akal dan spiritualnya.
Ancaman yang paling berbahaya dari kehidupan modern adalah pendidikan ala pelatihan monyet yang mengukur keberhasilan dari kecakapan anak melakukan sesuatu. Kebutuhan mengembangkan ketiga kekuatan manusia yang diperintahkan Allah untuk sama-sama di awasi tidak dilaksakan. Akibatnya, kehancuran akhlak pertama-tama kemudian badan tidak sehat dan akalpun menghilang.
Kehidupan modern yang menuntut segala sesuatu harus berkembang dan menguntungkan membuat sekelompok raksasa tidak suka dengan keindahan, ketentraman dan kesejahteraan yang diperoleh dan dinikmati umat yang berpegang pada penjagaan dan pelestarian tiga kekuatan manusia itu.
Raksasa merancang untuk merusak sistem pertahanan umat dengan meniru cara ibu membesarkan anak. Mulai dengan memberi makanan enak, membuai dan menghancurkan, kesehatan badan, akal dan spritiual berturut-turut. Lewat media cetak, elektronik, sarana pendidikan , sarana hiburan dan sedikit demi sedikit yang haram disuramkan, yang halal disembunyikan maka semua nilai jadi berubah.
Tiba-tiba umat tunduk dengan segala aturan yang bertentangan dengan akidahnya. Manusia tidak lagi melakukan apa yang dituntun Allah tapi mereka berlomba melakukan apa yang dikehendakinya.
Karena semua sudah siap dan tampak benar dari segala sudut pandang, maka antek-antek raksasa menyusup keseluruh rumah penduduk. Dengan serentak dan dengan harmoni yang bagus tiap orang tiba-tiba merasa sudah pandai tanpa belajar.
Titel apa saja dapat disandang, dari sarjana , kiyai, tuan guru dll….Apa yang terlihat sekarang adalah penghancuran bangunan akidah dan akhlaq manusia Sasak. Bagaimana mungkin semua cendekiawan karbitan ini dapat mendorong Tuan Gurunya untuk mengerjakan barang kotor? Tuan Guru pada hakikatnya adalah guru yang harus mengajar dan menjaga akidah manusia. Politik adalah bagian dari tanggung jawab orang yang memang disiapkan untuk itu. Aapakah Tuan Guru sekarang ini juga karbitan, sehingga mau saja didorong-dorong melakukan hal yang tidak pantas dilakukan.
Memang Rasulullah memberi contoh, Beliau adalah presiden, jendral, da’i dll. Tapi jangan lupa Beliau mempersiapkan dan membina masyarakat 40 tahun untuk dapat melaksanakan apa yang menjadi impian Beliau. Tuan Guru dapat maju bila masyarakat itu mayoritasnya sudah berakhlak mulia dan beramal sholeh. Kalau belum maka disitulah Tuan Guru dipaksa oleh kewajibannya untuk memperjuangkan masyarakat yang demikian sampai berhasil.
Pernah suatu hari ditanyakan apa beda orang Sasak dan orang Minang? Selain bahasa dan adatnya, ada satu hal yang kontras yaitu: tiap 10 orang minang 9 menuntut ilmu, 1 naik haji kalau orang Sasak sebaliknya, 1 menuntut ilmu, 9 naik haji.
Orang yang menuntut ilmu dan pergi berhaji sepulangnya ia menemukan warganya penuh dengan hewan dan sedikit malaikat. Itulah sebabnya mereka memilih lebih mengasingkan diri tanpa meninggalkan kewajiban.
Manusia yang telah berhaji sangat dekat dengan sifat malaikat, kecuali masih nampak dan menempel dibumi, mereka melihat, mendengar, merasa, dan apa saja karena Allah. Bebisnis murni karena Allah, berjuang hanya karena Allah. Sedang hewan tidak pernah berhenti berkutat pada kesenangan duniawai.
Betapa banyaknya haji yang membangunkan tidur raksasa, lalu pasrah bergayut dikaki kekuasaan denawa itu. Seterusnya menjadi saksi pemerkosaan, pembantaian dan penghacuran manusi dan alam sekitarnya.
Inilah fakta gumi Selaparang, yang anak-naknya ribut diujung kejadian tapi sebab-sebab selalu diabaikan.
Wallahualam bissawab
Demikian dan maaf,
Yang ikhlas,
Hazairin R. JUNEP
Minggu, 24 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar