(Sasak.org) Minggu, 16 November 2008 20:33
Seorang kawan kuliah saya yang paling nyentrik, mengubah penampilannya sejak seminggu ini. Dia biasanya ganti jean tiap 2 hari dan selalu rapi dengan paduan baju yang sesuai. Kami suka menyanyi saat break menunggu mata kuliah berikutnya. Ada tiga orang mahasiswa yang suka menemani kegilaan saya belajar tanpa batas. Tapi mereka hanya ikut kalau kumpul kumpul nyanyi atau berdiskusi di warung yang sekarang disebut café. Saya lebih suka mengikuti kuliah diberbagai jurusan sebagai pendengar, meskipun kebanyakan dosen mata kuliah tak mengijinkan hal itu, tapi kadang beruntung dibolehkan. Hampir semua mahasiswa yang kuliah seruangan di beberapa fakultas mengira saya adalah orang asing, karena kebiasaan komplotan saya bicara bahasa Inggris.
Kawan satu ini kompak dengan saya dalam mengambil mata kuliah jadi kerap sekali kami duduk bersama dan bahkan dia sering ikut ke asrama menginap. Meskipun dia non muslim saya sayang padanya sebab dia sangat tulus. Saya banyak menerangkan prinsip islam yang rahmatan lil alamin itu. Kata dia hal itu tak pernah diketahuinya. Jadi apa saja yang dilakukan ummat islam bersama kiyainya yang menjadi tetangga kawan ini.
Dia sudah mulai kusut masai, nilai ujiannya sudah remuk redam, bakalan habis waktunya untuk mengulang kelak. Nasihatku tak mempan, dia terus saja kusut masai. Rambutnya seperti sarang burung yang dirusak predator. Dia mulai membikin sebal dosen dan kawan kawannya. Wajahnya tegang dan cepat emosi. Saya butuh dua minggu menunggu sampai dia agak reda. Meskipun lebih tenang dia sudah kehilangan minat kuliah. Dia bahkan berencana pindah ke kampus lain.
Setelah itu dia menghilang entah kemana, tak ada kabar beritanya. Dari kawan lain saya dengar dia patah hati karena putus cinta. Saya jadi ingat rambutnya yang seperti sarang rusak itu. Bagaimana mungkin dia bisa serapuh itu. Gagal cinta sampai merusak masa depannya. Saya sendiri tak pernah berminat untuk pacaran selama ini. Saya lebih memikirkan bagaimana bisa belajar dan juga cari uang, saya tetap istikomah dengan prinsip itu. Kata Inax, kita tak perlu khawatir karena jodoh itu datang sendiri, bila sudah tiba waktunya. 50 ribu tahun sebelum kita lahir sudah ada ketetapan! Waduh itu kan satu hari di akhirat. Hebat hebat, aku pegang teguh nasihat inax itu.
Jujur saja, saya tidak pernah benar benar jatuh cinta, bahkan dengan gadis yang saya sebutkan waktu masang senggeger inax intun itu, hanya sebuah eksperimen belaka. Buku buku tebal membuat saya pusing, memadukan pendapat si profesor badu dan si profesor fulan. Semuanya sableng, memaparkan pendapat sangat rumit, tidak hanya teorinya yang susah dicari ujungnya bahkan bahasanyapun rumit. Dasar orang bego diangap pintar. Itulah pandangan kami mahasiswa yang tak kunjung mengerti isi litertur yang bertumpuk di meja kos kami. Anehnya dosen kami tidak dapat menerima pendapat kami, kalau tidak sama dengan isi buku nilainya jelek. Saya terima deh nilai jelek dari pada jadi tukang menghafal kaya tape recorder. Alangkah buruknya dunia ini kalau semua mahasiswa bicara dengan kalimat yang sama dan gesture yang sama.
Saya sering mentok kalau dapat problem, sepertinya jadi mahasiswa ini selalu dipojokkan, entah memang dosennya yang sok sokan atau kami yang brengsek dan tidak konsisten. Mana ada problem finansial lagi, meskipun tak serumit kasus mortgage di USA itu tapi bikin perut bunyii terus waktu kuliah. Terlanjur beli literatur mahal, sedangkan uang honor belum dapat, kalau wesel dari amax cuma untuk seminggu. Pernah ada cewek yang mencari weselnya, dia melihat weselku, dia teriak kaget melihat angka diweselku. Dia tentu tak dapat mengerti bagaimana aku si Sasak bisa sehat dan sejahtera. Mungkin dia kira aku maling, karena pakaianku yang terbaik dan gayaku berkelas pula. Aku bekerja memeras keringat dan tidak pakai airmata. Aku tidak pernah menghalangi masalah datang dan menari nari di atas kepalaku. Allah pasti memberi kamu cobaan yang sanggup engkau tanggulangi… kata inax. Biarpun masalah beterbangan bagai gerombolan burung pipit yang menyerbu padi kita di sawah, berputar diatas mu jangan pernah kau beri mereka kesempatan untuk bersarang di Kepalamu!. Tegas sekali kata inaxku itu.
Maka terjadilah apa yang harus terjadi, salah seorang dari mahsiswi yang entah berapa, yang suka menjinjit jinjit berjalan di belakangku, akhirnya menjeratku juga. Ah, amax bilang, jodoh itu seperti cecak jatuh, kau tak akan menduga. Cecak sih tau kapan dia harus jatuh, tapi kamu yang kejatuhan pasti kaget. Karena pacaran tak kami kenal, maka setelah beberapa waktu aku sering berkunjung ke rumah yang sekarang sudah aku beli dari saudara IP ku ini, aku disuruh menikah oleh ayah mahasiswi itu. Meskipun dia tahu aku masih kuliah dan kerja serabutan, aku ditantantangnya menikahi putrinya. Kesatria ditantang, untung tidak ada adat mencuri, kalau tidak niscaya rombongan pepadu Sasak berkelewang dan keris datang menculik ke kaki Merapi.
Celaka, orang Jawa ini banyak sekali ritual aneh aneh yang membuang duit, ah tidak masalah kalau ada duit, aku ini tidak punya duit!. Kami berdua mengambil kredit di Bank dan insayaallah itulah satu satu hutang kami seumur hidup. Hanya menikah saja disaksikan oleh sesepuh dan kawan seasrama beberapa orang. Akupun pindah ke kaki Merapi, membuat tempe, jajan dan memelihara ayam. Kadang ada juga job terjemahan tapi, makin susah dengan tetek bengek keluarga sehari hari.
Sekarang 20 tahun lebih berlalu, tidak pernah ada sedikitpun waktu tanpa masalah. Problem datang menari nari tidak hanya di atas kepalaku tapi di depan dan dibelakang, karena selain menghadapi yang berputar di atas kepala sendiri ada 4 kepala dengan ancaman bahaya akan dijadikan sarang….nah aku jadi sibuk menghalau gerombolan burung pipit itu.
Wallahualam bissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Jumat, 22 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar