(Sasak.org) Sabtu, 20 Desember 2008 20:31
Legenda adalah sebuah ceritera tentang seorang tokoh yang dikaitkan dengan sesuatu yang ada di alam. Misalnya legenda Tangkuban Perahu diciptakan untuk menggambarkan peristiwa atau tanda alam berupa gunung yang bentuknya mirip dengan perahu di Bandung.
Cerita dalam legenda Rara Jonggrang (gadis langsing) sangat mirip dengan tangkuban perahu. Bahwa sang pahlawan tak sanggup melaksanakan tugas dan gagal mempersunting gadis pujaan yang lalu dia kutuk menjadi patung. Tidak pernah ada 999 patung disana tiba tiba ceritanya ngelantur menjadikan puteri itu patung ke 1000.
Baik Gunung Tangkuban perahu maupun patung Rara Jonggrang itu sudah ada sejak zaman baheula, lalu seorang trubadur menguntai kisah kreatif sebagai bagian dari tradisi sastra lisan. Kini legenda itu lebih banyak dipakai untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke tempat yang diceriterakan itu. Kalau mau jujur, ini skandal besar dalam pendidikan sejarah bagi bangsa kita sebab orang kemudian sangat meyakini legenda tersebut dan tak hapal sejarah sesungguhnya dari tempat monumental seperti Candi Perambanan itu.
Legenda Puteri Nyale setali tiga uang dengan legenda legenda di Jawa dan Tanah Melayu lainnya. Seorang Sasak yang kreatif telah mengadopsi legenda dari berbagai sumber dan merangkainya begitu rupa sehingga kita tak tahu persis settingnya. Zamannya pasti zaman laex tapi waktu yang digunakan adalah saat azan yang mulai ada pada zaman Islam. Nama puteri yang digunakan adalah nama tokoh dari Jawa. Nama nama kerajaan semuanya dari Jawa dan Melayu.
Nama dan sebutan yang berbau Sasak hanyalah Tunjang Beru, Nyale dan nama belakang para Arya. Arya adalah sebutan bangsawan yang merujuk pada keturunan bangsa ARYA yang datang ke Idia pada 1500 tahu SM dan jauh kemudian nama itu masuk melalui agama Hindu ke Indonesia. Sudah pasti tidak adalagi darah murni yang dapat disebut Arya. Bangsa Arya adalah bangsa rasis yang membuat 5 kasta dan menempatkan diri sebagai yang tertinggi. Hitler adalah penerus ide bangsa Arya.
Kisah Puteri Nyale itu sesunggunya lebih menyedihkan dari sekedar kisah seorang gadis membuang diri ke laut lepas. Kisah gadis dibuang orang tua atau gadis itu membuang dirinya, dengan pergi atau diusir sampai nasabnya hilang sampai detik ini masih terjadi. Lain maksud sang trubadur lain pula yang kita tangkap dari kisah itu. Sang trubadur tentu tidak bermaksud merayu anak bangsa Sasak agar ramai ramai pergi ke Kute untuk Bau Nyale agar mendukung pariwisata. Kalau dahulu hanya orang tua yang pergi menangkap nyale untuk obat atau sebagai pelengkap pupuk tanaman padi. Sekarang semua berduyun duyun berebut nyale. Apakah ini akibat dari legenda itu? Entahlah.
Nama para Arya itu antara lain adalah; Datu Terune ini adalah pangeran atau putera tertua dari raja yang berkuasa. Berikutnya adalah Pangeran Maliawang. Datu ini kemungkinan berbangsa Sasak sedang yang kedua sangat Melayu. Anehnya nama kerajaan kedua orang itu sangat Melayu. Kedua tokoh itu mengirim preman untuk memaksakan kehendak. Masing masing mengirim dua preman. Dua preman pertama adalah Arya Bawal dan Arya Tebuik, yang satu seperti bawal kejam, beringas dan memakan segala jenis ikan atau makhluk hidup lain yang dapat disambar dan yang satu lagi adalah preman yang tebuik atau yang dipenjara alias residivis. Sedangkan dua lagi adalah Arya Bumbang dan Arya Tuna, celaka yang satu bumbang alias gendeng dan yang berikutnya adalah tuna atau kurang sesuatu mungkin gila atau cacat lain.
Karena puteri menolak para pangeran melempar senggeger yang anehnya disebut Utusaning Allah. Sang trubadur benar benar ingin menunjukkan bahwa bangsa Sasak ini masih kental berkait dengan kehidupan kelenik. Bahkan setelah mengenal Allah sekalipun. Perbuatan melepas senggeger adalah irasioanal dan biasanya dilakukan oleh orang yang kurang percaya diri dan picik, karena latar belakang pendidikan dan keluaraga yang tidak mendukung.
Digambarkan bahwa sang gadis sangat putus asa karena dipakasa oleh orangtua dan kerabatnya untuk memilih salah satu dari dua pelamar yang terlanjur diterima barang lamaran yang mewah mewah sehingga membuat kebelinger. Senggeger tidak hanya berupa jampi tapi apa saja yang dapat membuat geger (riang gembira) misalanya uang, mobil, perhiasan dan sebagainya. Kerajaan Tunjang Beru adalah kerajaan jajahan dan bergantung dari pusat. Tunjang Beru artinya penunjang yang baru. Itulah sebabnya posisi sang raja sangat lemah.
Kawin paksa atau kawin dengan cara mencuri tanpa cinta sang gadis ibarat memakan cacing dari jasadnya yang telah mati, apalagi yang dapat dikatakan hidup pada seorang gadis bila cintanya harus dipaksakan pada seseorang? Sang Puteri tidak bertapa tapi putus asa dan dalam kebisuannya yang penuh rahasia dia memutuskan untuk bunuh diri. Biarlah ulat ulat dari tubuhnya jadi makanan manusia manusia yang tak dapat memahami apa arti cinta sesungguhnya. Bagi sang Puteri cinta adalah sesuatu yang abstrak seperti halnya iman yang tak dapat diuraikan atau digambarkan dengan nyata. Tak ada manusia diseluruh jagad ini yang dapat mengontrol cinta karena cinta adalah Nirvana. Cinta bukanlah sesuatu yang ada di dunia ini yang dengan mudah dapat diraih hanya karena diingingkan. Cinta adalah misteri kehidupan ini, sedangkan orang disekitar puteri itu adalah orang yang menganggap cinta sama dengan fenomena dan kegiatan sehari hari seperti kawin, beranak pinak dan sejenisnya.
Keritikan pedas sang trubadur terhadap cara mengawini anak gadis orang secara mencuri tidaklah pantas bila tidak saling mencintai. Kisah pedih yang menghancurkan perasaan masih sering terjadi. Salah satu kawan saya mencuri gadis dengan mengatakan bahwa si fulan, kekasihnya menyuruhnya menjemput dan kemudian gadis itu dibawa lari kerumahnya dan langsung dilaporkan ke keluarganya bahwa si gadis telah dicuri untuk dinikahi. Gadis malang itu sangat malu dan tak berdaya, ia masih hidup dan entah menderita atau tidak saat ini. Tapi semoga dia dapat mencintai penjahat yang menculiknya dan kini menjadi suaminya itu.
Puteri Mandalika adalah wanita cerdas bermartabat dan memilih mati dari pada hidup menderita dan akan mendatangkan konflik berkepanjangan karena dua pelamar telah membelinya dengan segala materi yang diberikan pada orangtuanya. "Aku lebih baik mati dan mejadi ulat, biarlah ulat ulatku kalian makan sekalian".
Nyale itu sudah ada sejak entah kapan, seorang Sasak yang perihatin telah mengisahkan legenda tak masuk akal kerena ingin mencerahkan anak cucunya mengenai nyale yang istimewa itu dan sekaligus memberi peringatan keras kepada bidadari bidadarinya agar bersikap cerdas dan tegas. Orang Sasak menyebut anak gadisnya dedara artinya bidadari. Dasar banyak sekali Sasak dungu, bidadarinya sering dikorbankan untuk sekedar kepentingan hedonis. Dengan kawin paksa atau mengirim mereka dengan terpaksa jadi TKW. Dan kisah puteri nyale ini sering dan sering sekali berulang di negeri jiran dimana para bidadari bekerja jadi budak sedang para datu dan pangerannya enak enak beli handphone mahal, celana levis dan motor berkilau. Inilah senggeger yang telah membuat bidadari bidadari mati membusuk dan ulatnya kita makan. Namun masih ada lagi yang tidak mati tapi terkurung dipenjara karena menjaga harkat martabatnya yang akan diperkosa. Apakah kita menunggu juga agar semua bidadari kita jadi ulat? Silahkan ulangi semua kisah legenda Sasak manapun, sang trubadur tidak pernah main main.
Wallohualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ihklas
Hazairin R. JUNEP
Kamis, 21 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar