(Sasak.org) Jumat, 21 Maret 2008 01:00
Nasi adalah makanan pokok bangsa Nusantara dan makin lama makin luas masyarakat yang beralih ke nasi. Di Madura dan NTT dahulu orang makan jagung, di beberapa wilayah Jawa dan Sumatera mereka makan ketela pohon dan di Papua penduduk mengkonsumsi Batata atau ubi jalar.
Tiap tiap daerah bahkan daerah terpencilpun, memiliki keterampilan mengolah makanan. Baik dari bahan beras, ketela, ubi atau jagung. Nasi gudegnya Jogjakarta terkenal sampai negara tetangga. Jagung bose adalah makanan lezat di Timor. Sagu bakar adalah andalan pengganjal perut di Maluku. Siapa tak kenal nasi Padang yang tak ada di Padang? Orang Madura terkenal dengan ketupat dan sate kere di Jogjakarta tetapi orang yang di Madura tidak pernah mengenalnya.
Sebagai bahan pokok beras selalu harus tersedia di rumah. Kita mengenal beras merah yang sebenarnya coklat, ada juga beras hitam, beras putih dan ketan yang putih dan hitam saja. Di masa paceklik bangsa Indonesia, bisa makan apa saja dari singkong kering, gadung, uwi, dan semua umbi yang jarang ditemukan dipasar serentak digali dari pangkuan ibu pertiwi. Di sementara daerah mereka makan nasi aking karena ibu pertiwi ngambek, melihat sebagian anak anaknya mengangkangi negeri dengan korupsi. Nasi aking adalah nasi basi yang dikeringkan untuk makanan babi, kata yang membeli di Selong. Tak tahunya jadi makanan manusia juga.
Ada satu yang istimewa di Gumi Selaparang, manakala datang bulan Rabiul Awal, mereka merayakan hari lahir Pemimpin Utama mereka yang hanya dibincangkan sekali setahun dan tak begitu diikuti nasihat dan jalan hidup yang dituntunkan. Nabi itu menorehkan sejarah terbesar dalam peradaban manusia yang kala itu manusianya suka membunuh anak anak perempuannya dan melakukan perbuatan nista sesuka hati. Kalau Tuan Guru atau kiyai mulai bercerita tentang kisah Sang Nabi, orang Sasak sangat tunduk dan memberi rasa hormat tertinggi dengan menyebut beliau sebagai JUNJUNGAN. Karenanya Islam diterima seratus persen sebagai tuntunan moral atau akhlak dan etiket Bangsa Sasak.
Nabi Agung itu lahir pada 20 april 571 M atau tahun Gajah. Beliau membawa ajaran yang berintikan Rahmatan Lil Alamin. Orang Sasak menerima semua yang disebutkan dalam Hadits Shohih tanpa rewel apalagi keterangan dari Al Qur’an. Tetapi sangat diragukan bahwa mereka sungguh sungguh tahu, makna Hadits maupun Ayat Al Qur’an itu.
Merayakan Maulid atau Mulud adalah peristiwa penting dalam kehidupan tahunan Bangsa Sasak. Mereka akan mengadakan bagawe, dengan membuat panganan istimewa untuk dihidangkan di Masjid atau di santren atau mushalla. Pada acara Mulud jamaah datang ke tempat yang ditentukan dengan membawa dulang atau wadah berisi penuh makanan dan buah buahan.
Masing masing dulang disusun rapi di pelataran Masjid atau mushalla dan pada saatnya nanti mereka akan makan bersama, makanan yang dibawa tidak mesti akan didapatkan karena tidak ada daftar siapa membawa apa. Begitu jamaah selesai shalat dhuhur dan menerima siraman rohani, mereka lantas berbanjar duduk bersila dan petugas mengedarkan dulang yang berkaki sehingga letaknya pas di depan dada. Satu dulang bisa dimakan berenam atau kurang atau lebih tergantung dari jumlah jamaah dan jumlah dulang yang ada.
Setelah selesai makan kenyang dan masih banyak tersisa, maka tiap orang boleh membawa berkat pulang. Anehnya meskipun sudah makan orang yang dirumah senang menerima berkat, yang dianggap membawa berkah atau kebaikan. Ya tentu kebaikannya makin kenyang dan sehat. Sungguh keterlaluan sebenarnya acara makan ngamuk seperti itu. Bagaimana mungkin, semua orang terang terangan menentang Nabi Agung itu dengan pongahnya!. Nabi berpesan, agar kita makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang… aduh bahkan Tuan Gurupun ikut bawa berkat juga.
Saat seperti itu bangsa Sasak seolah tak pernah mengalami njeleng atau busung lapar. Sehari itu manusia tiba tiba begitu ikhlas mendarmakan rezekinya pada sesama. Tidak ada tanda tanda bahwa ditempat itu, dimana dulang dulang penuh makanan, buah-buahan sampai setinggi Rinjani, dapat terjadi busung lapar dan TBC. Hari itu kemakmuran yang penuh dengan ciri Rahmatan Lil Alamin benar benar tak disangsikan aplikasinya yang sejati.
Nanti dulu, selain, makanan enak enak itu, masih ada jajanan yang dapat menggambarkan kreatifitas dan selera tinggi Bangsa Sasak itu. Renggi atau rengginang dibuat dari ketan matang atau ketan halus dan dijemur. Ukurannya bagai parabola yang akan dipakai nonton pertandingan sepak bola langsung dari London. Buah pisangnya yang terbaik dari sisir bagian atasnya saja. Ada lagi yang paling istimewa, namanya NASI RASUL atau NASIX LASUR atau LASUR saja. Kalau menyebutnya Nasi boleh pakai Rasul tapi kalu tanpa nasi orang desa omong Lasur….
Nasi Rasul dibuat dari ketan putih yang berkualitas dan dibuat seperti nasi kuning. Seperti itu saja sudah enak sekali . Tapi karena mau menghormati Mulud atau memang karena keturunan Doyan Nade, tidak puas kalau hanya begitu saja. Masih harus ada serundeng dengan suwiran ayam kampung panggang dan kuah pelalah yang berwarna kuning jingga. Mereka menghidangkan makanan ini dengan sangat takzim. Dapat digambarkan seperti puteri Jepang menghidangkan teh kira kira.
Andai saja, bangsa Sasak, terus memelihara Rahmatan Lil Alamin dalam keadaan lapang dan sempit, niscaya mereka adalah bangsa paling mulia dimuka bumi ini. Tuntunan Nabi Agung itu membawa ummat ke dalam kehidupan penuh welas asih, penuh silaturrahmi. Maka tak ada tetangga yang sampai busung lapar karean tak mungkin ada manusia yang mengotori tangan dan hatinya dengan kenistaan macam korupsi atau maling.
Nabi Agung itu membuat Bangsa Sasak menjadi satu, tidak hanya dengan saudaranya segumi Selaparang tetapi pun juga dengan saudaranya diseluruh dunia. Nasi Rasul dibuat dari ketan bukan asal ngawur. Papuk Balox Bangsa Sasak sesungguhnya menitipkan pesan bahwa hendaknya anak cucunya, saling bersatu erat bagai ketan di Nasi Rasul itu. Warnanyapun kuning Jingga. Kuning adalah simbul kebeningan, kesucian hati. Jingga adalah semangat yang datang dari rasa asih. Ditaburi kelapa adalah ibarat rezeki yang merata untuk tiap orang yang memelihara persaudaraan yang erat itu. Karena begitu besar isi titipan pesan itu seolah membawa begitu banyak ajaran Nabi maka disebutlah panganan istimewa itu Nasi Rasul.
Berdoalah dengan rasa syukur atas apa yang kau dapatkan, dan darmakanlah rezekimu kepada semua keluarga dan tetangga, kepada orang yang demikian Allah karuniakan rezeki yang datangnya tak pernah diduga. Bangsa Sasak,… jadilah bagian dari Nasi Rasul Besar bernama Gumi Selaparang…
Wallahualam bissawab,
Demikian dan maaf,
Yang Ikhlas,
Hazairin R. JUNEP
Sabtu, 23 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar