(Sasak.org) Kamis, 10 April 2008 01:00
Saya belum pernah bahkan mebayangkan Selaparang secara geopolitis, bagi saya Selaparang hanyalah nama lain tanah Sasak atau Lombok. Saya menulis menggunakan kata Selaparang beberapa kali karena sebagai Sasak perantau, hanya nama itu yang terngiang selain kata Lombok. Saya ingat sejarah kata Jawa, bahwa itu diucapkan pertama kali oleh bangsa Greek (Yunani) yang berusaha keras mencapai Nusantara sejak Zaman Iskandar Makduni atau Yang Agung (325 SM). Mereka tiba pada abad ke 2 M, lama sekali baru ada yang bisa sampai, berapa generasikah? Tidak tahu, yang pasti mereka belum pernah berhenti bermimpi dan berjuang mencapai Nusantara. Saat mereka menginjakkan kaki di pulau yang indah mereka teriak; “YEVA” artinya cantik. Dari kata Eva, Hawa, muncullah Jawa, Java, Hava dan Yava. Lebih dari 1800 tahun nama itu dipakai oleh orang Nusantara. Dan orang Sunda, Banten, Betawi, Baduwi serta 5 bangsa yang mendiami Jateng dan entah berapa bangsa di Jatim, belum pernah ada yang menggugat. Orang Jawapun tidak pernah mengklaim tanah pasundan sebagai miliknya. Tentu salah satu sebabnya adalah karena nama itu hanya untuk penanda peta belaka, meskipun akhirnya ada juga bangsa yang menyebut diri Jawa juga.
Saya mengajak kepada semua dan terutama diri saya sendiri untuk menempa diri dengan senantiasa berlapang dada atas pandangan yang berbeda. Tulisan2 saya berkali kali menyatakan bahwa maksud dan tujuan saya menulis di milis ini adalah dalam rangka saling asah asuh atau sebagai pencerahan. Kalau bukan karena itu untuk apakah saya bersusah payah menghabiskan waktu dan energi. Saya sungguh menginginkan Bangsa Sasak maju dan terutama yang secara langsung membaca tulisan ini.
Tiap orang di milis ini adalah unik dan jalan hidupnya juga unik. Jaminan hak kebebasan diberikan Allah bahkan untuk menentang firmanNYA sekalipun. Apalagi kita hanya di sesangkok ini, hukum kita adalah kesepakatan untuk saling mengerti dan saling mendorong kepada kemajuan bersama. Marilah kita berlapang dada senantiasa, karena pengalaman hidup didunia nyata memberi kita pengetahuan bahwa Bangsa Sasak kurang maju karena tidak lapang dada dalam menerima perbedaan.
Yang saya herankan adalah mengapa kita begitu militan, menganggap seolah kalau ada kelompok yang saling menyahut dalam milis sebagai orang2 yang sempit. Seumpama kelompok yang dianggap terlalu Lotim. Kitapun sangat konservatif dalam mengemukakan pandangan, bahwa kita harus memperhatikan orang lain untuk diangkat kepermukaan. Tetapi bagaimana kalau kita tidak menguasai persoalan? Bukankah akan kacau balau kalau kita paksakan. Alangkah baiknya segala sesuatu dibiarkan tumbuh dari sisi manapun. Milis ini adalah untuk komunitas Sasak, oleh karena itu marilah kita senantiasa membaca dalam kerangka kesasakan itu. Sekali lagi Kesasakan.
Mengapa kita harus persoalkan LOTIM LOTENG dan LOBAR, apakah kita sadar bahwa nama2 itu adalah bersifat administratif. Peta hanya ada di buku geografi dan atlas, garis2 dibuat manusia menuruti kelok2 egoismenya. Untuk apa kita membawa garis2 itu ke sesangkok kita kalau akan memperkeruh keadaan saat sangkep berjalan. Lupakanlah batas geopolitis itu.Loteng dahulunya adalah bagian dari Lotim. Pernah saya katakan pada semeton Sulye Jati yang asli Praye, bahwa saya menetapkan diri menjadi Sasak yang bersahaja. Lihatlah saya menulis menggunakan bahasa Selong untuk pertama kali pada hari ini. Agar saya dapat menunjukkan kesasakan yang lebih mewakili, bagian tertentu. Bila kita tak mengerti bukankah kita dapat bertanya. Kalau ada yang salah bukankah kewajiban kita untuk memperbaiki. Saya juga menulis puisi2 sasak dengan tulisan biasa. Tidak ada penyusunan yang mengarah kepada teknik memudahkan pembaca untuk menikmatinya. Kalau saya susun dengan cara seolah sedang mengajar orang mengapresiasi alangkah tidak bijaksananya. Bukankah semua dapat menyusun kalimat itu dan memotongnya sesuka hati? Dari kreatifitas itulah akan kita dapati pembaca yang mumpuni. Ibarat masakan, ada yang dapat dicampur ada yang harus dipisah atau bisa juga tidak peduli hantam semua. Demikian pula terhadap tulisan lain, setiap orang dapat bereaksi sesuai dengan keunikannya. Hatta dengan persepsi keliru sekalipun. Halaman milis tak akan habis untuk menulis tanggapan dan koreksi dan disitulah intinya, kita saling asah asuh
Marilah kita tunduk kepada hati nurani kita sendiri, dengan pikiran jernih dan kepala tetap dingin kita buka segala kemungkinan untuk menyampaikan pendapat. Tidak ada maksud membela si ini atau si itu. Apalagi hendak menyinggung perasaan seseorang. Orang muda belajar dari orang tua dan orang tua juga belajar dari yang muda.
Demikianlah matahari berputar dari barat ke timur dan sesekali rembulan muncul di gulita malam. Sesiapa yang sanggup mencari hikmah dan menebarkannya, maka dialah orang yang paling beruntung. Hanya sesederhana itu semeton jari inax amax….
Wallhualambissawab
Demikian dan maaf,
Yang ikhlas,
Hazairin R. JUNEP
Kamis, 28 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
terima kasih,,,
anda membuat saya untuk lebih semangat dalam menulis blog,,,
Posting Komentar