(Sasak.org) Minggu, 09 November 2008 20:54
Apabila ada satu kelompok yang menonjol diantara masyarakat yang terpuruk, maka timbullah dua kutub. Orang yang terpuruk mulai risih dan iri tanpa disadari, sifat buruk itu menjalar sampai ulu hati. Saat sholatpun jadi sebal kalau ada orang yang menyebalkan disekitar kita. Kelompok yang menonjol mula mula adalah orang yang berseragam dan memiliki kewenangan. Mereka adalah pejabat di zaman kita. di zaman sebelum ini para bangsawan dan orang kaya.
Bangsawan adalah sekelompok orang yang mebudidayakan perilaku tertentu dalam klannya sehingga mereka dapat dibedakan dengan masyarakat lebih luas. Bangsawan artinya orang yang memiliki wangsa,yaitu keturunan dari dalam kelompok sendiri berdasarkan prinsip darah murni. Menjadikan klan dan memelihara ikatan antar mereka lebih akurat dan efektif. Dasar perilaku menjaga darah murni berasal dari 2000 tahun sebelum Yesus lahir. Mereka adalah kaum Brahman yaitu wangsa Arya yang menurunkan bangsa modern seperti Jerman, Persia dll. Hitler pernah berteriak; ” Jerman yang terbaik dari semua”.
Para pejabat yang berseragam itu karena menderita penyakit sombong dan pamer yang akut, mereka bertingkah seperti kupu kupu yang hilir mudik diantara pohon pohon yang menderita kekurangan air.
Mengapa kita sering sebal dan muak melihat perilaku sementara anggota masyarakat seperti kadet, taruna, caraka, dan sejenisnya. Kesebalan itu bukanlah timbul pada saat kita melihat mereka tapi sudah ada warisan sebelumnya. Banyak dari mereka itu adalah anak cucu pejabat menyebalkan itu. Dua kutub masyarakat itu berputar dan membesar bersama waktu.
Mereka diberi fasilitas lebih bahkan pada kondisi yang sangat krisis sekalipun. Itulah produk birokrasi, sebuah mesin politik yang ditegakkan oleh akal rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya mereka yang menikmati menjadi mahasiswa, taruna dsb itu adalah pemuda terbaik dari segi inteligensi, kesehatan badan dan rohani. Sayang sekali dalam sejarah bangsa ini, selama beberapa dekade syarat yang tadinya bersih dan baik menjadi kotor dengan adanya penyakit kronis komplikasi dari penyakit hati sebelumnya, dari sombong, menjadi kikir dan takut kehilangan kesempatan, membesar jadi penyakit umum yang mengejawantah pada perilaku, KKN, kelenik dan pelanggaran etika akhlak umum.
Kesebalan masyarakat yang bertumpuk adalah akibat kebobrokan pelaksanaan pemerintahan dengan birokrasi yang tiba tiba berubah menjadi ajang para pejabat melaksanakan segala bentuk hajatan peribadi masing masing dengan menunggangi sarana dan prasarana birokrasi yang bukan menjadi hak perorangan siapapun. Banyak pejabat yang serta merta mengganti pakaian dan pangkat seperti makhluk yang berganti wujud dengan ilmu seribu wajah! Ada yang merasa dan bertindak seolah negera adalah aku, aku adalah negara. Celakanya manusia yang mengelilinginya mengalami waham seolah atasannya yang keblinger itu adalah nabi yang harus diikuti dengan rasa takut; takut tidak naik pangkat, karena atasan dapat menilai sesuka dan berdasakan atas pilih kasih dan jilat menjilat.
Siapa yang suka kepada polisi? Tanyalah anak anak yang memakai sepeda motor, mereka pasti kebanyakan sebal kepada polisi. Pengalaman dikejar dan diintip untuk dijebak memberi kesan negatif yang dalam. Jarang sekali polisi yang benar benar menjalankan fungsinya sebagai pengayom. Di zaman ORBA tentara lebih disukai, kemudian simpati beralih ke Marinir. Sekarang semua orang sudah sebal.
Apakah perasaan sebal pada anak IPDN itu, dapat dihilangkan? Pasti dapat dan akan perlu waktu lebih lama daripada membangun image bobrok itu. Isu isu STPDN yang berbau penyiksaan, yang sok militeristik dan KKN yang mneyeruak, menular ke semua lembaga sejenis. Mahasiswanya juga terlalu tinggi menempatkan diri sebagai akibat pendidikan yang hanya menekankan jaga gengsi. Cobalah datang dan ikut menginap diasrama mereka , dari pagi sampai pagi yang ditekankan adalah disiplin yang terlalu dibuat buat. Senior dapat mencari cari kesalahan junior dengan lagak yang dibuat buat, memperlihatkan kepalsuan karakter mereka. Ketika berseragam badannya tegap dan lepaslah baju itu niscaya loyo! Banyak dari mereka bertindak dengan gaya yang lebih besar dari kemampuan otak dan tunjangan ekonomi yang diterima. Perilaku memalukan terjadi dimana saja kampusnya berdiri. Masyarakat sekitar banyak yang sebal, tapi mereka tak kunjung belajar. Mereka hanya disiplin kalau diawasi, selepas itu kembali ke asalnya.
Perilaku tawuran di berbagai sekolah dan PT. sebetulnya timbul dari perilaku yang sama, kesombongan dan iri hati. Bila ada yang kesombongannya atau kebanggaannya melampaui kesanggupannya menopang penampilan yang terlalu berat itu akibatnya hilanglah keseimbangan diri. Perilaku ini bisa terjadi pada setiap orang apalagi masih muda. Saya banyak melihat di pemda orang orang setengah baya yang arogannya minta ampun. Pernah saya minta waktu 3 menit pada seorang pejabat untuk membahas kemajuan daerah dan dengan tegas saya katakan ini mendesak. Denga arogan dia berlalu dan sok sibuk. Tak lama berselang dia jatuh dengan segala kesombongannya. Aneh sekali pendidikan modern telah membawa manusia menjadi rusak dan binasa. Pendidikan tinggi dinikmati banyak orang tapi tidak membuat makin cerdas bahkan makin merendahkan martabatnya. Kekayaan makin mudah diperoleh tapi tidak membuat kemakmuran. Fasilitas makin banyak dibangun tapi tidak mendatangkan ketentraman. Birokrasi makin ramai oleh pengangkatan pejabat demi pejabat tapi yang dibangun adalah imperium dalam Negara. Masing masing pejabat berlagak seolah mereka adalah Napoleon atau Hitler.
Kesebalan itu tak akan dapat hilang kecuali kita hilangkan sendiri. Mulainya dari hati kecil kita. Janganlah sampai karena tuba setitik rusak susu sebelanga. Aku menolak perilaku sombong, aku tak suka KKN, aku tak suka kelenik. Aku hanya gantungkan diri pada tali Allah, tak ada yang dapat menawar akidahku, tidak jabatan, tidak gaji, tidak demi ini tidak demi itu! Anak anakku harus melihat dunia dengan keadilan dan kasih sayang. Tak ada yang perlu dikejar karena semua sudah tersedia. Kemakmuran ada di dalam diri. Kehormatan ada di dalam diri. Tiap tiap kita adalah istimewa, karena memang kita istimewa.
Wallahulam bissawab
Demikian dan maaaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Jumat, 22 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar