(Sasak.org) Minggu, 02 November 2008 01:00
Anak Bangsa Sasak yang bertebaran di berbagi bagai belahan dunia, tiba tiba menemukan tempat sangkep ketika sasak.org muncul. Kalau di Lombok bebajang banyak sangkep di gardu atau boug pinggir jalan dan yang lebih afdol lagi di santren atau di masjid mesjid.
Dunia maya memberikan komunikasi cepat sehingga dalam waktu relatif singkat telah terdaftar ratusan anggota di KS yang merupakan sesangkok, tempat bertemunya pepadu dan sesepuh Sasak diaspora maupun yang ada di Gumi Sasak sendiri.
Diawal keberadaannya saya lihat KS banyak berisi pengajian Islami, tentu harus demikian karena Bangsa Sasak adalah Muslim yang bersahaja. Mereka sangat taat dan rajin mengaji. Lambat laun makin ramai ide bermunculan, dari sekedar kontak semacam kelompencapir, komunitas ini telah muncul sebagai sumber inspirasi dan tujuan dalam mencari berita atau apa saja yang berkaitan dengan kesasakan.
Saya telah dengan berani menantang pepadu pepadu agar menulis tentang apa saja untuk mengasah keterampilan dan untuk sekedar berabagi cerita. Tapi sampai 2 tahun ini masih sangat sedikit anggota KS yang berpartisipasi. Mudah mudahan silent mayority ini tetap aktif membaca meskipun tak beraksi langsung, tapi setidaknya dapat menjadi topik diskusi dengan sesama anak bangsa Sasak di masyarakat Lombok atau di perantauan.
Sasak.org adalah tonggak sejarah bangsa Sasak dalam berkiprah di dunia Ilmu pengetahuan dan budaya. Peran penting sebagai sumber informasi dan jembatan antar anggota serta lebih luasnya dengan masyarakat, mulai dirasakan manfaatnya. Para perantau di daerah lain maupun di Luar Negeri, dapat membaca cerita cerita dalam bahasa Sasak dan artikel tentang kesasakan yang secara teratur ditampilkan. Yang paling mutahir adalah dengan adanya kebijakan baru untuk menulis sendiri berita yang fresh langsung oleh para relawan yang bertindak sebagai jurnalis. Mereka ternyata dapat menyajikan berita yang sama berbobotnya dengan wartawan profesional.
Dalam catatan saya telah bermunculan para kritikus sastera yang brilian, pemikiran mereka sangat mumpuni tetapi sebagai kebiasaan orang Sasak di Lombok sana, mereka ini kurang mau terbuka dan agresif. Para sesepuh seperti Le Mujitahid Amien terus mendorong pepadu agar lebih rajin dan hasilnya kita memiliki penulis dan kritikus yang telah mempunyai blog dengan tulisan berbobot. Mereka antara lain; LM Jaelani yang merupakan motor sasak.org, Aswian dan Nazar yang rajin dan kritis, Abdi Sani yang bahasa Sasaknya indah, Abedian Ahmad yang selera sasteranya melewati batas Sasaknya tanpa kehilang akar, Le Wharid Rahmana yang tajam, Rozi yang lucu dan cerdas, Zaky Zamany meskipun jarang mucul, Buni Yani yang hilang, Yusril dan Eri Taruna yang berani dengan ide berbeda dan yang baru muncul adalah MRB di Leuven Belgia dan lain lain.
Sekarang setelah 2 tahun berkiprah, kita semua berharap bahwa sasak.org atau Komunitas Sasak akan terus berjuang untuk dapat membimbing masayarakat agar selalu saling asah asuh dan asih. Mari kita kuatkan kembali prinsip kekeluargaan Bangsa Sasak yang senantiasa beriuk tinjang dalam segala hal. Engkau adalah aku, aku adalah engkau. Kita tak perlu memberi sebutan apa apa sperti title kepada anggota karena kita hanyalah manusia bersahaja yang berjuang memajukan anak bangsa kita. Kita tak perlu disebut cendekiawan ataupun budayawan untuk dapat mempersembahkan sesuatu.
Berapa banyak sudah kita melihat orang yang dengan mudah disebut TG, Syech, Kyai, Romo, perilakunya tak berbeada dengan orang dijalanan. Lebih baik kita jadi orang yang tidak disebut apapun tapi dapat memberi sumbangan hatta sekecil debu bagi kemaslahatan anak bangsa dan kemanuasian pada umumnya.
Saya sering menulis dalam bahasa Sasak dan harus membuat glosarium di bawahnya karena Anak Bangsa Sasak banyak yang tak paham bahasa ibunya. Bahkan tidak banyak yang mengerti kandungan tembang Sasak yang sering dinyanyikan di dalam hati. Bahasa Sasak saya pakai yang biasa dan belum pernah memakai yang bentuk hormat. Jangan terkejut kalau saya pakai yang biasa sebab banyak orang Sasak menganggapnya bahasa kasar.
Bahasa Sasak terbagi dalam dua bentuk yaitu bentuk biasa dan bentuk hormat. Pembagian itu sama dengan bahasa modern seperti Perancis, Spanyol, Jerman atau Rusia. Kalau bahasa Inggris tidak punya pembagian seperti itu. Bahasa Jawa ada Ngoko, Madio dan Hinggil. Jadi orang Sasak sering menganggap bahasa bentuk hormat itu sebagai hinggil. Coba perhatikan orang yang menggunakan bentuk hormat, pasti perilakunya menunjukkan ekpresi rasa hormat. Kalau bahasa hinggil hanya ada di Keraton Solo dan Jogjakarta.
Dengan demikian maka tidak pada tempatnya kita merasa sungkan untuk mengatakan aku/eku/ke kepada orang yang kita anggap seumur atau berhubungan dekat dengan kita seperti anggota KS ini. Bahasa bentuk hormat tentu sangat baik dipakai sebagai bukti keberadaannya, tetapi dapatkah kita konsisten memakainya.
Berikut contoh bahasa bentuk hormat:
Sampun side pirengang ware nike?
Bahasa bentuk biasa:
Wah m dengah berite no? wah si/de denger berite s/ino? Wah di dengah berita senuxn?
Tidak perlu diperpanjang tentang bagaimana menggunakan bahasa Sasak, yang penting kita bersama sama menumbuh kembangkanya dengan kebiasaan menggunakannya sesuai dengan cara kita masing masing. Setelah mengetahui 2 bentuk bahasa itu, tidak adalagi perlunya memikirkan mau pakai gaya mana, sebab gaya manapun asalkan akar katanya jelas dijamin pembaca akan memahami. Jangan lupa untuk kata yang sulit buatlah glosarium di bagian akhir tulisan.
Wallahualam bissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNE
Sabtu, 23 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar