(Sasak.org) Senin, 31 Maret 2008 01:00
Cerita asli Sasak ini adalah sebuah satire (sindiran) terhadap Orang Sasak yang mencerminkan peri kehidupan orang perorang dalam masyarakat.
Kepandaian Bangsa Sasak dalam bertutur sungguh terang dan jelas. Kalau di dalam kesasteraan Bangsa Jawa dan lainnya di Nusantara ini baik karya satire apalagi cerita, nama2 tokohnya langsung disebutkan hatta dalam bentuk fabel (cerita hewan).
Misalnya Kancil nyolong timun (sang Kancil mencuri timun) adalah gambaran watak manusia culas cerdik dan pencoleng. Sedang Pak Tani adalah gambaran Tuan Tanah (Takur) yang pelit pandai dan disiplin. Kancil juga bisa mewakili rakyat kecil miskin yang ditutup jalannya mencari nafkah karena Tuan Tanahnya memagar tanaman timun. Yang berarti menutupi akses bagi orang kecil mencari rezeki.
Orang Sasak lebih terang terangan dalam bicara, sampai rajapun bisa diperoloknya. Karena langsung menohok itu orang Sasak terbiasa mendengar sindiran tajam dan lama lama kebal dan itu membawa petaka dalam kehidupan sehari hari. Mereka kurang saling mendengarkan akibatnya harus teriak keras kepada masing masing lawan bicara. Tidak sedikit yang berakhir dengan perkelahian.
Sekarang kalau ada orang yang menyindir Bupati atau TG paling banter ditertawakan, karena dikira sedang melucu. Bagaimana tidak waktu mereka mau menyindir TG dibuat cerita Tegodek godek, artinya monyet monyetan, bukan monyet asli. Kalau orang mengumpat dengan kata; monyet kau! Terang sekali seseorang telah difitnah sebagai monyet. Tetapi kalau ada yang bicara; monyet monyetan lu! Orang akan geli. TT juga demikian kodok kodaan lu! Yang dengar tentu berfikir; ini orang sedang sawankah?.
Itu kalau kita sekilas saja memperhatikan dongengnya tetapi renungkanlah bahwa kalau yang dimaksud monyet adalah seseorang yang digambarkan berwatak monyet maka baik monyet yang dikorbankan untuk mendeskripsikan orang itu maupun orang yang didiskripsikan sebagai monyet adalah nyata adanya.
Timbul pertanyaan, jadi mengapa bangsa Sasak berputar putar kalau mau menyindir, langsung saja katakan demikian, maksdunya orang tersebut seperti monyet.
Lain lubuk lain ikannya, orang Sasak memang straight to the point maksudnya adalah kalau orang yang disindir sebenarnya adalah orang yang tidak pantas menyandang nama atau gelar yang diembannya. Misalnya Tuan Guru Tuan Guruan jadi bukan Tuan Guru beneran tetapi memangku kekuasaan penuh dan berbuat onar. Tuan Tanah (Takur) bukan TT beneran tetapi mengangkangi tanah rakyat misalnya.
Karena Orang Sasak tidak suka memfitnah maka mereka menyindir dengan gaya senepe atau bahasa simbul. Misalnya seperti dongeng Tegodek godek itu. Tegodek godek mewakili tokoh palsu, culun tapi berlagak hebat. Di Lombok sering ada kiyai kalau ceramah mereka selalu tanya: “BETUL?”. Serentak jamaah yang dibuai menjawab :” Betul”. Mengapa tidak ada yang bilang sebaliknya. Itu juga bagian dari cara orang Sasak untuk menyindir. Betul apa yang dimaksud adalah banyak sekali, misalnya betul kamu tolol, karena kyai kok minta legitimasi pada jamaah yang bego. Kalau kami pintar buat apa berjejal dan melempar uang ke mimbar?
Jamaah bego itu digambarkan dengan TT yang berkuasa tapi bodoh dan selalu berlagak hebat padahal hanya lepang lolat dibawah tempurung. TT adalah tuan didalam dunia seluas tempurung kepalanya. Pisang orang tak pernah dikontrol, karena tidak punya wawasan akhirnya ditipu mentah mentah oleh TG, yang selalu bilang, "Ite ngeno mesi" "saya juga demikian", tiap dia bertanya sendiri tentang berapa daun pisang TT. TG yang belum pernah merasakan panas hujan kecuali memberi bibit (omongan) jadilah dia yang mendapat pulung (keuntungan). TT tahu TG-nya itu tegodek godek dan TG tahu jamaahnya adalah Tetuntel tuntel. Buktinya mereka saling cari untuk saling melengkapi…
Di zaman dahulu cara menyindir mungkin efektif karena itulah strategi yang diterima masyarakat. Dimasa kini Bangsa Sasak harus tetap to the point, tapi lebih lugas begitu. Misalnya harus katakana dengan jujur TG tidak usah mengotori jubah, artinya diam saja di mimbar begitu lo! TT kamu jangan nyalon lagi karena periode kemarin rakyat busung lapar semua. Atau apaan calon independen dari Sasak Community, kalian kencing saja belum lempeng mau jadi datu… sana ikut latihan rudat saja.
Demikianlah Bangsa Sasak mengontrol masyarakatnya lewat sindiran sindiran langsung, bersahaja tapi tajam.
Wallaohualam bissawab
Demikian dan maaf,
Yang ikhlas,
Hazairin R. JUNEP
Sabtu, 23 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar