Jumat, 22 Mei 2009

Sasak Asal Usul

Sasak.org) Rabu, 30 April 2008 01:00
Penting kita susuri asal usul sebutan yang sangat akrab di telinga dan dekat dihati bangsa Sasak. Mengingat bahwa sepanjang diskusi di sesangkok KS ini terus menerus disinggung mengenai salah satu sebutan sasak itu, karena ketidak jelasan asal usulnya.

Dalam surat surat pribadi yang menjawab pertanyaan perorangan di KS pernah saya ungkapkan serba sedikit soal itu tapi tidak menyeluruh.

INAX

Saya pernah berdiskusi dengan Bapak Sumenggep mengenai hierarki kebangsaan bangsa Sasak dan beliau mengutip penjelasan Lalu Sahak seorang budayawan Sasak (Ayahanda Lalu Satriawan) di Selong. Beliau mengatakan bahwa hierarki kebangsaan Sasak yang tertinggi adalah Inax dan Amax. Pernyataan itu memprovokasi saya untuk mencari lebih jauh dan lebih jauh mengenai dari mana Bangsa Sasak mewarisi kedua sebutan istimewa itu. Dalam kisah dan dongeng dongeng Sasak yang paling kuno, semuanya bercerita tentang keberadaan Inax sekenox dan Amax sekenex (Inax dan Amax fulan). Tidak ada kisah yang menyebut nama nama yang kemudian kita ketahui seperti Raden lalu dan Baix.

Sebutan Inax ternyata terkait langsung dengan sejarah yang sangat kuno yaitu dari bangsa Sumeria yang hidup antara 3.500 SM - 2.500 SM. Bangsa ini mewariskan kebudayaannya kepada bangsa bangsa yang sekarang hidup di Timur Tengah. Bangsa Sumeria adalah bangsa yang sangat maju budaya dan bahasanya. Mereka memiliki seoarang Dewi yang disebut Inanna. Dewi kesuburan ini adalah Dewi yang banyak disembah di zaman purba dengan nama nama berlainan sperti Ishtar, Asshtoreth, Isis, Ceres, Aphrodit dan Venus. Di Nusantara Dewi ini disebut dewi Sri.

Bagaimana bangsa Sasak dapat mengambil nama Dewi Sumeria itu tentu sebuah perjalanan sangat panjang. Bangsa Nusantara diketahui berasal dari anak benua India dan Yunan di India belakang sekarang wilayah China. Melalui Bangsa Greek dan Romawi kemudian Persia dan India lagi mereka menyerap atau mewarisi, bukankah mereka adalah hasil akulturasi berbagai bagai bangsa dunia?

AMAX

Sebutan ini jauh lebih gampang sejarahnya dibanding Inax karena asal katanya mudah ditebak yaitu dari Bahasa Sanskerta, Kama yang berarti sperma. Dari kata kama ini lahirlah berbagai kata turunan seperti Amax, Amix kemudian jadi Mamix. Bandingkan dengan kata mama (ibu) yang artinya susu kemudian menjadi mami. Dan jangan lupa orang Sasak suka mengatakan O Gamax… yang artinya aduhai Ayah!, Atau alangkah…, betapa…dst.

Kedua sebutan Inax dan Amax adalah warisan paling kuno yang dimiliki Bangsa Sasak maka itulah sebabnya oleh Lalu Sahak dikatakan sebagai hierarki tertinggi. Nama itu adalah simbol dewi dan dewa yang dihormati bangsa Sasak kuno ketika mereka masih menyembah Roh.

TUAN dan RADEN

Di zaman feudal sejak sebelum berdirinya kerajaan Hindu di Nusantara, masyarakat hidup berkelompok dengan pemimpin mereka yang mengatur sebagai tuan tanah. Dalam bahasa Sanskerta Rahadian berarti tuan. Kata Tuan belakangan muncul karena berasal dari bahasa Nusantara dengan berabagai varian bunyi seperti Tun, Teuku, Tengku dan Tuang. Orang Sasak sangat aneh dalam mengambil sebutan itu. Mereka dapat dengan mudah menepelkan Tuan sebagai maksud seseorang telah menunaikan ibadah haji. Maksudnya adalah karena mereka ingin disejajarkan dengan Tuan tanah atau Rahadian yang dihormati itu. Sudah dapat hadiah sebutan Haji di Mekkah khusus bagi jamaah yang datang dari negeri yang jauh sekali. Di Lombokpun masih diberi gelar Cuma Cuma sebagi Tuan hatta mereka tidak punya tanah.

LALU

Sejarah sebutan ini agax suram tetapi coba kita perhatikan, bahwa rahadian itu berasal dari tanah Jawa tadinya hanya sekedar sebutan tetapi oknum tertentu mencantelkan sebutan itu tanpa malu malu sebagai tambahan pada nama mereka. Setelah berakhirnya kerajaan kerajaan kecil Lombok yang kental akan pengaruh Jawa terutama dan Bali, maka orang Sasak mulai membuat sebutan sendiri. Tentu tidak dapat menggunakan Tuan karena mereka bukan tuan tanah tetapi sebagai keturunan orang terhormat yang sudah hilang kesaktiannya perlu mencantelkan sebutan tertentu. Dapat dipastikan ide itu datang dari keturunan para rahadian itu. Ingat Rahadian belum tentu raja. Maka proses kreatif mereka melahirkan sebutan LALU yang mencerminkan sebutan LA dari Ibu karena sebutan perempuan adalah La atau Le dan Lu dari sebutan Ayah karena laki laki disebut LU atau kemudian LOX. Demikianlah sekarang kita mendapati banyak orag Sasak menggunakan nama LALU.

BAIX

Sebutan untux seorang perempuan yang mengalir darah keturunan ditubuhnya tidak diambil dari bahasa Sanskerta umpamanya Empu atau dari bahasa melayu Puan. Karena orang Sasak juga memiliki warisan dari bagian lain Asia yaitu Persia(Asia Barat). Di Negara Asia barat dan tengah ada satu sebutan yang popular yaitu Bay atau Beg (Bek) artinya Tuan. Dapat dilihat pada nama orang India dan Pakistan dan Uzbekistan serta Asia Tengah Lain, menggunakan Bay atau Beg diakhir nama mereka. Sebagai bukti kuatnya warisan Persia kita bisa mendapatkan gambar Buraq di desa desa Lombok. Mereka adalah bangsa yang paling awal datang ke Nusantara untuk menyebarkan Islam. Mengingat kebiasaan Orang Sasak yang dalam hal menyebut istrinya sebagai epen bale atau empu rumah atau yang punya rumah, maka terjemahan kata itu adalah Tuan juga. Dengan senang hati mereka menempelkan sebutan Baix tetapi tidak dibelakang melainkan didepan namalah dicantelkan.

TG

Seperti diuraikan dibagian TUAN dan RADEN bahwa orang Sasak senang main comot dalam menyebut orang, maka sebutan Tuan yang tadinya untuk Tuan Tanah (Rahadian) serta merta dicomot untuk menyebut siapa saja yang dihormati seperti kasus penyebutan haji menjadi Tuan itu.

Salah satu dari orang yang sangat dihormati di masa lalu adalah Guru. Orang Sasak yang polos itu juga langsung menyebut Guru mereka dengan Tuan sebagai wujud hormatnya. Yang celaka adalah baik Haji maupun Guru orang Sasak itu sama polosnya atau sama nakalnya dengan mereka, tiba tiba dicantelkan juga sebutan itu sebagi bagian dari nama mereka, baik resmi apalagi tidak resmi. Mungkin daripada orang tidak tahu bahwa oknum tersebut dihormati lebih baik mendahului menulis pengumuman dengan menambah nama di depan sebagai Tuan Guru dan Haji lagi. Kalau diterjemahkan maka artinya si fulan dengan titel itu adalah seseorang yang dihormati yang pekerjaannnya mengajar dan pernah bepergian jauh titik!

Soal titel titel itu bukan hanya kebiasaan Bangsa Sasak di kampung saya yang waktu pertama kali saya datang tidak ada TPA, sekarang bergelimpangan orang muda dengan sebutan KH padahal orang itu sekolah saja tidak becus… Kiyai adalah sebutan untuk orang yang dianggap bisa berbuat sesuatu. Waktu ada acara kumpul kumpul dan diperlukan seseorang untuk membuat kata pengantar, maka peserta kasak kusuk menunjuk seseorang dengan berkata iki ae! Iki ae! Capek capek ngomong berubah jadi kiyae! kiyai! Artinya,ini saja atau dia saja… pada pertemuan berikutnya dan berikutnya dan berikutnya orang yang sama ditunjuk dengan omongan yang sama, setelah ingatan memudar orang itu mencantelkan sebutan di depan namanya Kyai tentu dengan ewoh pekewoh beberapa hari sesudah itu jadilah….KH artinya ini lo orang yang sudah bepergian jauh….kalau perempuan mula mula disebut Nyah e! Nyonya ini! Lama lama jadi Nyai deh….

Ternyata hanya seperti itulah manusia, mengambil apa saja untuk menambah sesuatu, maksudnya agar tambah tinggilah martabatnya…usaha yang sia sia. Martabat tinggi berarti setia menjaga harga diri dan punya rasa malu, kata Inax Amax kita.

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas,

Hazairin R. JUNEP

1 komentar:

Aan Laloe mengatakan...

maaf dgn sgala hormat, hanya sdkit saja coment, anda tidak bisa dan tidak boleh mnyatakan sesuatu tanpa brdasarkan sumber asal usul yg jelas,, trm ksh..