(Sasak.org) Selasa, 30 Desember 2008 09:51
"Kalau aku sudah berada dibalik perisai, musuh tak tahu apa rencanaku. Bila ada kesempatan akanku hujamkan penjalin berujung aspal tepat disisi depan kepalanya. Niscaya ia akan goyah dan tumbang dengan kepala bocor!".
Jangan ribut kawan, ini adalah duel antara dua kesatria dengan pengawasan ketat sang wasit. Kedua pepadu sama pikirnya dan niatnya, kalau tanpa wasit pastilah akan tumpah darah yang menghebohkan. Pepadu hanya dikenal pada seni pertunjukan perisaian. Pertunujukan orang orang yang suka menyakiti diri alias masokhis ini dengan baik dikelola oleh papux balox kita dengan menariknya kegelanggang yang diawasi agar lebih tertib dan terjaga harkat martabat manusianya. Tak penting kalah atau menang karena tujuan pergelutan itu hanya untuk menarik para masokhis agar lebih ditempa dan akan menjadi terlatih menggunakan energy besarnya secara kesatria dan tepat guna.
Pepadu berarti pepa sax te adu, tapi boleh saja kita anggap peradu atau orang yang diadu alias jagoan seperti kata orang yang menonton perisaian, tapi memang maksudnya adalah pepa atau benda atau mainan atau alat yang dibuat untuk diadu. Benda atau hewan yang diadu dibuat aturan mainnya dan bagi yang melanggar akan dihukum. Zaman dahulu manusia diadu atau beradu sendiri karena ada dendam atau mencari keuntungan. Ada juga yang diadu untuk memilih pasukan kerajaan.
Perisaian itu sebernarnya berfokus pada kekuatan pertahanan fisik belaka maka pepadu itu disamakan dengan benda atau hewan sebab pertempuran sebenarnya adalah melawan diri untuk mencapai kebijaksanaan sejati seorang manusia. Lewat pertunjukan perisaian kita dapat belajar menempa fisik agar kuat dan tahan cobaan yang mendera. Tingkatan selanjutnya fisik harus ditinggalkan menuju yang lebih spiritual. Itulah sebabnya banyak pepadu setelah dewasa meninggalkan sama sekali dunia semacam perisaian itu sebab mereka telah berubah menjadi kesatria mumpuni yang menjadi pelita bagi masyarakatnya. Lantas mengapa sangat banyak pepadu yang sampai tua berkelakuan seperi hewan aduan baik di gelanggang maupun dimasyarakat. Karena baik pembimbing maupun masayarakat telah bersama sama memanfaatkan arena itu untuk mencari untung. Atau setidaknya dimanfaatkan pihak lain. Tak ada bedanya dengan bertinju. Mungkin hanya beda level dan uang yang beredar. Kalau perisaian secara tersembunyi judi jutaan atau miliaran rupiah dari segelintir orang yang bertransaksi sebaliknya di seputar ring tinju bisa miliaran dolar dalam sejam.
Disetiap aktivitas olah raga sesungguhnya manusia sedang mencari bentuk diri yang paling senpurna secara biologis. Olimpiade dan even olah raga yang lebih kecil para pemenangnya selalu menjadi idola dan dielu-elukan diseluruh penjuru negerinya bahkan diluar negeri. Anak bangsa Sasakpun demikian, seorang pepadu yang menjadi pemenang di arena paling bergengsi akan menjadi idola. Meskipun sang idola tidak memiliki uang tapi ia adalah bibit unggul. Kelak pepadu itu akan menurunkan kesatria kesatria pengganti yang akan meneruskan tradisi bangsanya.
Sayang seribu sayang pepadu pepadu yang dahulu disegani karena kekuatan fisik dan kebijakasanaannya telah menghilang dari gumi Sasak sejak mereka berubah menjadi suku Sasak di dalam negara Indonesia. Kini pepadu adalah pemuda kekar yang dapat memenangkan tiap pertandingan karena dibina dengan instan untuk menguasai teknik teknik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yaitu membocorkan kepala lawan. Setelah itu dada membusung dan tangan diangkat tinggi tinggi sampai ketiaknya yang godrong dan dekil dilihat semua orang. Pepadu istan itu telah keluar arena dan melakukan tindakan kekerasan di jalanan , di kampus dan sekolahan. Mereka adalah pepadu yang merusak apa saja yang dijumpainya untuk melampiaskan dendam kesumat yang diucapkan dibalik perisai. Angkat tongkat, batu dan kalau perlu molotov lalu bakar habis semua yang dibangun papux balox dengan susah payah.
Penyakit pepadu modern telah merajalela merasuki anak Bangsa Sasak sehingga kita dengan mudah mengenali mereka dari ekpresi dan perilaku sehari hari meskipun bersembunyi dibalik perisai. Pernah ada seorang seniman yang menyindir masyarakat dengan menangkap seekor babi dan memberinya gincu sehingga bibir alias cerubeknya sangat seksi, mirip dengan bibir bintang film Indonesia yang menang kontes karena nyogok juri. Meskipun di gincu dan dimake up babi tetaplah babi. Boleh saja penampilannya cantik tapi ia selalu adalah hewan kotor dan menjijikkan.
Pepadu pepadu yang grond ke mana mana dengan pakain mahal, kendaraan mahal dan gaya bicara anak ibu kota, untuk menutupi kotoran jiwanya berupa, kedengkian, kebencian, kecurigaan, kecemburuan, kecongkakan, rendah diri dan sejenisnya, tak akan dapat ditutupi dengan minyak wangi bermerek terkenal dari Paris sekalipun!
Pepadu yang rapuh dengan penampilan bintang top Bollywood atau bintang sepak bola dunia dapat digertak seketika dan rapuh seperti kerupuk masuk pelalah. Setidaknya ada 7 langkah untuk menghajar mereka.
1. Aro dex arax kepeng!
Serta merta mereka akan sangat minder, karena anak Bangsa Sasak adalah manusia yang menganggap kepenglah yang membuat badan tegak. Inilah sebabnya anak bangsa sasak modern berlomba lomba mencari uang sampai ke negeri jiran agar dapat mengeruk uang dan membangun rumah mewah di dasanya yang terpencil. Kelak setelah 5-10 tahun akan kembali menjadi miskin lagi.
2. Sasak Tukang merarix!
Semua bangsa lain di nusantara mengenal bangsa Sasak sebagai tukang kawin! Dan banyak sekali bebajang diaspora yang dihindari oleh oragtua gadis dari daerah lain. Meskipun Sasak diaspora telah berjuang puluhan tahun, masyarakat masih ada yang memandang sama saja.
3. Anak maling!
Banyaknya pencuri di gumi Sasak yag disebabkan oleh kemiskinan absolut yang dipelihara oleh para pemimpinya sejak zaman Halal Lepang, adalah stigma paling dahsyat yang menempel di muka pepadu hatta dia bersembunyi dibalik perisai baja.
4. Sasak pemalas!
Karena keterbatasan kesempatan pendidikan, SDM Sasak jauh ketinggalan dari bangsa lain. Kalau bekerja mutunya kurang bagus dan gampang mengeluh serta paling pemalas dibanding pekerja lain.
5. Sasak tidak jujur!
Banyak korban dikalangan masayarakat yang ditipu oleh pengusaha Sasak dengan mengirim barang berkualitas rendah atau ditipu uangnya.
6. Sasak fanatik!
Orang sasak dikenal sebagai penganut Islam yang taat tapi yang lebih terkenal adalah mereka sangat fanatik dan suka menyerang orang lain. Berapa rumah ibadah telah mereka bakar dan rusak. Sampai saat ini masih sering terjadi keributan masalah sara itu.
7. Sasak pengotor!
Sudah hidup tidak displin, keadaan dasan dasan kita sangat kotor dan dirumah tangga masih banyak masalah sanitasi dan lingkungan yang mendatangkan penyakit sperti malaria dan TBC
Solusi atas permasalahan stigma ini sangat sederhana, bahwa Anak Bangsa sasak modern harus berlomba lomba meningkatkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cara tanpa harus lewat institusi pendidikan formal. Di Lombok tersedia pesantren dan masjid masjid yang penuh dengan TG dan ustad yang siap menggembleng mereka 24 jam. Bahwa Anak bangsa Sasak adalah sama dengan bangsa lain, pandai mencari uang halal dan pandai mengelolanya. Untuk itu harus berani berwiraswasta dengan kekuatan pepadu pemenang pertarungan tertinggi. Kalau ada yang ingi menikah lagi tidak masalah tapi ekonomi, ilmu dan akhlak harus top!. Dengan demikian anak Bangsa sasak akan dikenal sebagai tukang kawin yang adil dan beradab yang dapat memelihara keluarga dari api neraka, dengan memberi keadilan pada istri dan tidak menyia siakan anak.
Agar maling dapat dikurangi sampai habis, keadilan dan rasa cinta para pemimpin harus tercermin dalam peri kehidupan sehari hari. Membantu yang lemah dan mengayomi yang termajinalkan. Semangat kerja yang tinggi diperoleh dari pengetahuan yang cukup, motivasi yang kuat dan pengalaman yang memadai, bangsa Sasak punya hal itu, yang kurang adalah persatuan dan rasa memiliki dari para sesepuh dan pemimpin mereka. Masalah ketidak jujuran timbul dari kemiskinan absolute juga, orang kekurangan dan apalagi miskin akan cenderung menjadi munafik dan akhirnya jadi pembohong, laksanakan pendidikan yang lebih baik. Masalah kefanatikan itu sebenarnya juga berawal dari penuh sesaknya penduduk yang sebagian besar menganggur. Meskipun beragama Islam tapi tidak semua tahu bahwa kebersihan adalah bagian dari ciri orang beriman, harusnya fanatik pada kebersihan jiwa dan raga. Sudah nganggur, lapar dan marah, aduhai mudah sekali di rekayasa. Sedikit provokasi dan uang jajan, batu kali dan ranting pohon bisa terbang keman mana dan itu lebih buruk dari bencana puting beliung manapun.
Ayo anak bangsaku, hapus stigma buruk yang menempel diwajahmu, lawan dengan kekuatan seorang pepadu kesatria! Maju Jaya bangsa Sasak!
Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Kamis, 21 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar