Kamis, 21 Mei 2009

Sasak Merarix

(Sasak.org) Senin, 22 Desember 2008 19:28
Bangsa Sasak adalah salah satu dari setidaknya tiga bangsa di dunia ini yang melakasanakan tata cara perkawinan dengan cara mencuri calon istri mereka.
Selain bangsa Sasak di Nusantara ini ada satu lagi yang mencuri calon istri yaitu Bangsa Lampung dan satu Bangsa Asing adalah bangsa yang mendiami wilayah selatan Rusia yang beragama Islam.

Tradisi mencuri calon istri ini berasal dari peradaban primitif. Satu bangsa yang hidup nomaden mencuri istri dari satu bangsa nomaden lainnya. Makin primitif sebuah bangsa makin dangkal nilai nilai yang dianutnya. Bangsa bangsa itu mengukur segala sesuatu berdasarkan kebutuhan materi dan badaniah. Persoalan mencuri wanita dari kalangan bangsa sendiri ataupun dari bangsa lain kerap kali mendatangkan konflik berkepanjangan bahkan peperangan yang memusnahkan kedua belah pihak yang bermusuhan akibat saling curi perempuan.

Cerita mencuri calon istri tidak hanya dilakukan terhadap wanita yang masih sendiri tapi yang sudah bersuami sekalipun. Kisah Ken Arok yang merebut Ken Dedes dari suaminya Tunggul Ametung sangat terkenal dan mendatangkan bencana kutukan tujuh turunan.

Bangsa Sasak yang dahulunya tinggal secara terpisah dan terpencil juga tidak luput dari kebiasaan primitif itu. Sejalan dengan kemajuan zaman bangsa sasak modern mempertahankan tradisi primitif mereka dengan merekayasa sejumlah perubahan mendasar dan disesuaikan dengan kepercayaan dan moral baru mereka.

Merarix yang berasal dari kata rari atau lari berarti melarikan atau membawa lari. Secara adat orang Sasak menculik calon istrinya setelah ada kesepakatan antar calon mempelai itu. Setiap tradisi adalah celah yang sempurna bagi mahluk ekonomis. Bangsa Sasakpun pandai memanfaatkan celah celah itu untuk keuntungan ekonomi mereka. Dahulu ketika masih primitif setelah menculik akan ada pernikahan atau pembunuhan karena balas dendam dari pihak perempuan yang diculik. Kini setelah terjadinya penculikan yang disepakati itu pihak keluarga pria segera harus melapor dalam tempo sesingkat singkatnya. Kalau tidak ada aral melintang semua hajat dapat dilaksanakan dengan seksama.

Masalah yang sering timbul adalah bahwa keluarga wanita dapat menuntut beban biaya besar karena kebiasaan begawe yang juga berbiaya besar. Begawe adalah salah satu kebiasaan yang sangat boros dari Bangsa Sasak. Dari musim mau tanam sampai panen ada begawenya. Mau menikah, beranak bahkan kematianpun dibuatkan begawe yang menelan biaya tinggi.

Kebiasaan menculik istri itu dapat berdampak buruk pada wanita yang tidak mencintai prianya. Tapi karena si pria sudah ngebet maka dia dapat saja merancang penculikan. Yang paling menderita pada kasus pemaksaan dengan penculikan ini adalah si wanita. Orang Sasak sangat malu kalau sampai anak wanitanya diculik lalu dikembalikan ke orangtuanya karena tidak disetujui atau karena wanitanya tidak cinta. Sering perkara ini berakhir di kepolisian.

Kalau orang orang di Rusia Selatan akan membayar denda dengan ternak yang banyak sebagai lamaran setalah mencuri, maka orang Sasak akan membuat kesepakatan keluarga. Pihak wanita dapat menuntut sejumlah harta atau uang dan apabila tak sanggup dipenuhi pihak pria maka perkawinan dapat gagal dengan mengembalikan si wanita kepada keluarganya atau pihak pria melaksanakan pernikahan sendiri dengan wali hakim.

Banyak kasus pemuda melarikan anak gadis orang bahkan yang dibawah umur. Kasus ini rentan menimpa gadis gadis desa atau gadis kota yang berhubungan dengan pemuda desa yang masih mempertahankan cara primitif dalam kehidupan sehari hari. Tidak jarang pula terjadi orang yang sudah modern menggunakan cara merarix itu untuk tujuan ekonomis atau politis. Ekonomis berkaitan dengan begawe dan politis berkaitan dengan menaikkan harkat martabat keluarga. Biasanya yang politis ini terjadi pada orang Sasak yang masih mempertahakan faham rasis kebangsawanannya.

Orang orang yang bermotif politis itulah yang membuat cerita bahwa merarix adalah jalan kesatria. Karena Anak wanita bukan ayam yang bisa diminta. Maka si pria harus mencuri calon istrinya kalau memang satria. Kisah kesatria itu muncul setelah adanya agama islam yang tentu saja melarang perbuatan mencuri calon istri karena akan mudah sekali mengakali dan megorbankan bidadari bidari Sasak. Banyak terjadi perkawinan antara seorang pria awam dengan gadis dari golongan bangsawan itu akhirnya direkayasa dengan upacara dan begawe belex untuk menobatkan si pria menjadi seorang arya. Kasus demikian sama dengan orang membeli titel dengan harapan agar dapat mendongkrak harkat martabatnya.

Merarix sebagai bagian dari kebudayaan hendaknya berpegang teguh pada prinsip bahwa kebudayaan adalah seni memelihara dan mengembangkan moral atau akhlak sebuah bangsa. Mempertahankan cara penculikan calon istri berarti membuka kemungkinan adanya konflik berkepanjangan antar keluarga besar Bangsa Sasak. Selain itu juga berdampak pada pemborosan karena pembiayaan yang luar biasa besar untuk melaksankan berbagai aturan ikutan yang dibuat untuk memuaskan semua pihak.

Ada baiknya anak Bangsa Sasak modern berpikir lebih matang dan bijaksana dengan merancang sebuah perkawinan yang mudah dan sederhana sedangkan dana besar yang seharusnya dihabiskan untuk perayaan sepekan itu dapat dipakai sebagai modal awal membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah.

Wallahualambissawab

Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP

Tidak ada komentar: