(Sasak.org) Senin, 26 Januari 2009 19:22
"Alam raya ini penuh dengan kemakmuran karena tiap makhluh lahir bersama rezekinya, aku adalah bagian darinya maka jamaklah kalau aku hidup dalam kemakmuran ini".
Orang Sasak tidak mengerti bahwa negerinya penuh dengan kelimpahan rezeki yang dijanjikan Allah SWT kepada semua makhluk tanpa kecuali. Mereka lebih sering terpukau dan waktupun melintas dengan cepat di depan mata. Sang waktu memamerkan kejayaan dalam gambar tiga dimensi tapi yang terlihat adalah layar wayang kulit yang tidak dicuci sesudah pesta makan ares dan layar itu telah dijadikan alas duduk.
Mereka ribut bercerita tentang ikan yang lepas saat mancing dan bersungut sungut membersihkan ikan ikan kecil meskipun satu bebosang penuh. Begitupun mereka suka melihat jauh keseberang untuk melihat kesalahan orang lain sehingga mereka tak dapat mencari satupun koruptor di dasan masing masing. Bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami, susah ditemukan. Koruptor adalah jarum dan jerami adalah maling, bagaimana memilahnya?
Berabad anak bangsa Sasak terbuai oleh kedigdayaan Oemar Maja sekarang kita tulis Umar Maya karena sudah ganti ejaan sejak jaman kopra jadi sabun. Umar Maya adalah tokoh penyelamat yang memiliki kesaktian berupa gegandek. Beliaulah yang telah memasukkan kota suci Makkah dan Madinah dalam gegandeknya agar tidak direbut musuh. Penonton terpesona dan keesokan harinya anak anak ribut bercerita tentang kehebatan papuknya memasukkan dua kota dalam gegandek, tak ada satupun yang menyoalnya dari segi nalar.
Kini mereka menerima gegandek yang sungguh mampu tidak hanya memasukkan dua kota tapi seluruh apa saja yang mau dimasukkan. Gegandeg itu sudah masuk Pagutan dan orang dasan telah berselancar dalam dunia Umar Maya itu. Pun juga tak ada yang menyoal nalarnya. Mereka mengira mungkin sekali para peneliti Barat yang datang ke Lombok Timur diawal tahun 70 an itu menyerap ide papuk Umar Maya dan mengejawantahkannya dalam bentuk gegandeg yang disebut Komputer itu. Mereka mengangguk angguk kagum pada kehebatan papuk Umar Mayanya. Sementara dilayar mereka membaca iklan coca cola, pizza, mc donald, kfc dan semua produk barat disusun rapi persis seperti dua kota suci dimasukkan dalam satu gegandek entah bagaimana caranya, tidak penting.
Meskipun telah menyebar diseantero Gumi Sasak gegandek gegandek modern itu tak membuat Orang Sasak menjadi bagian dari kemajuan yang diciptakan alam maya itu, sehingga mereka tetap menganggapnya hanya mimpi. Aduhai ternyata mereka tetap tidur pulas dan sesekali terbangun mengira Umar Maya datang menyelamatkan mereka dari gempuran musuh dan menerbangkan mereka ke tempat yang makmur dan melimpah.
Mereka menanti dengan khidmat dengan tangan bersedekap dan kaki kaki terlipat, dengkul menyatu dengan perut, persis posisi patung momot itu.
Mereka momot mengira telah masuk dalam gegandeg proyek penyelamatan ala Umar Maya. Sayang seribu sayang mereka salah masuk kedalam bilik tengkulak kekalep yang sudah mengkerut dan berlobang. Dalam kedinginan dan keterpurukan mereka tak merasa bahwa mereka adalah bagian dari gumi Selaparang yang di kiri kanan dan depan belakang, sawah dan ladang tumbuh subur gemah ripah loh jinawi.
Esok atau lusa aku tak ingin mendengar ada ayam mati dalam lumbung padi. Ah mengapa pakai bahasa susah lagi maksudku, aku tak sanggup melihat anak bangsa Sasak berbusung ria lagi karena mereka asyik mengaji bersama Tuan Guru tanpa membawa gegandeknya yang berisi sandang pangan dan papan, bukan gegandeg yang digelar untuk melempar uang logam lagi. Insayaallah.
Wallahualambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Glossarium
Umar Maya = tokoh sakti dalam wayang menak Sasak (seperti Semar)
Gegandek = tas besar yang digantung dipundak, gandek
Tengkulak kekalep = tempurung kelapa terbalik
Patung momot = patung termenung
Rabu, 20 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hebat...
Posting Komentar